Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Analisis Jenis dan Penyebab Anemia Berdasarkan Kadar Hemoglobin dan Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Baru Di Puskesmas Dasan Tapen Nova Ramdhani, Iid Nirmala; Rohmi; Lalu Srigede; Agrijanti
Journal of Indonesia Laboratory Students (JILTS) Vol. 3 No. 2 (2024): Journal of Indonesia Laboratory Students
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jilts.v3i2.106

Abstract

Background: Tuberculosis is an infectious lung disease caused by Mycobacterium Tuberculosis which can cause several complications, including a decrease in hemoglobin levels, abnormal erythrocyte index values that can cause anemia. Examination of hemoglobin levels and MCV values to determine the type of anemia in tuberculosis patients. There are several types of anemia in tuberculosis patients and causes, one of which is microcytic anemia caused by a decrease in iron. Research Objective: Determine hemoglobin levels and erythrocyte index in patients with new pulmonary tuberculosis at Dasan Tapen Health Center Research Method: This study is observational analytic with Cross Sectional approach, the number of samples is 24 samples using the lomeslow formula with hemoglobin levels and MCV values. The collected data is then analyzed using descriptive tests. Results of the study: From 24 samples of tuberculosis patients as many as 5 people (21%) with a very mild degree of anemia, 16 (67%) people with a mild degree of anemia and 3 people (12%) with a moderate degree of anemia. A total of 18 people (75%) with microcytic type anemia and 6 (25%) people with normocytic type anemia. Conclusion: From 24 samples as many as 18 people (75%) with MCV values of <80 which indicates tuberculosis patients have microcytic anemia.
Gambaran Kadar Protein Urine Pada Atlet Sepak Bola Berdasarkan Frekuensi Latihan Vivi Oktapia; Inayati, Nurul; Zaetun, Siti; Agrijanti
Journal of Indonesia Laboratory Students (JILTS) Vol. 3 No. 2 (2024): Journal of Indonesia Laboratory Students
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jilts.v3i2.140

Abstract

Latar Belakang Latihan berlebihan dapat meningkatkan kadar protein urine, menandakan proteinuria. Permainan sepakbola memerlukan kebugaran fisik yang tinggi, maka pada atlet sepakbola perlu dilakukan skreening funsi ginjal.Protein urine merupakan salah satu parameter fungsi ginjal pada urine.Pada penelitian ini akan dilakukan pengamatan hubungan frekuensi latihan terhadap protein urine. Tujuan Penelitian untuk mengetahui gambaran kadar protein urine pada atlet sepakbola yang latihan selama 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, 4 minggu, dan 5 minggu setelah latihan, serta menganalisa gambaran kadar protein urine pada atlet sepakbola tersebut. Metode Penelitian Pada penelitian ini bersifat observasional analitik dengan teknik pengambilan sampel purposive. Sampel penelitian berjumlah 30 atlet sepakbola, kadar protein urine pada penelitian ini dipriksa menggunakan metode carik celup. Hasil Penelitian Rata-rata kadar protein urine atlet sepakbola per minggu meningkat dari minggu pertama hingga minggu kelima, dengan nilai tertinggi mencapai 62,67 mg/dL pada minggu terakhir. Kesimpulan menunjukkan bahwa kadar rata-rata protein urine pada atlet sepakbola mengalami peningkatan secara bertahap dari minggu ke minggu, dengan nilai tertinggi mencapai 62,67 mg/dL pada minggu kelima. Analisis terhadap 30 sampel menunjukkan bahwa aktivitas fisik berpengaruh signifikan terhadap kadar protein dalam urine (proteinuria), dengan nilai tertinggi 86 mg/dL pada beberapa sampel dan nilai terendah 21 mg/dL pada sampel lainnya.
Hubungan Hasil Pemeriksaan Kultur Urin terhadap Hasil Protein dan Berat Jenis Urin sebagai Pemeriksaan Fungsi Ginjal pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Supriyanti, Ispi; Agrijanti; Ari Khusuma; Lalu Srigede
Journal of Indonesia Laboratory Students (JILTS) Vol. 4 No. 1 (2025): Journal of Indonesia Laboratory Students
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jilts.v4i1.146

Abstract

Background : Laboratory examination for UTI consists of urine culture and dipstick urinalysis consisting of glucose, protein, bilirubin, urobilinogen, erythrocytes, pH, ketones, specific gravity, leukocytes and nitrites. In this study, only protein and urine specific gravity were examined, because one of the causes of proteinuria is post-renal which occurs due to infection in the urinary tract. Meanwhile, for urine specific gravity, patients who are suspected of having a urinary tract infection usually have a high urine specific gravity due to an increase in the number of leukocytes in the urine. UTI can cause a decrease in kidney function due to the risk of infection in the ureters which can cause several complications of kidney disease. Research Objective : To find out whether there is a relationship between the results of urine culture examination and the results of protein and specific gravity of urine as an examination of kidney function in UTI patients. Research Method : This research is an analytical observational research with a cross sectional research design. By examining urine culture and urinalysis using the dipstick method and analyzed using the chi square test. Results of the study : The results of data analysis showed a significant relationship in the positive direction with the strength of the relationship being quite strong between urine culture examination and urine protein results in UTI patients (p 0.030˂0.05). And there is a significant relationship in the positive direction with the strength of the relationship being quite strong between urine culture examination and urine specific gravity results in UTI patients (p 0.021<0.05). Conclusion : There is a significant relationship in the positive direction with the strength of the relationship being quite strong between the results of the protein examination and the urine culture results in UTI patients, as well as the results of the specific gravity examination and the strength of the urine culture results in UTI patients, there is a significant relationship in the positive direction with the strength of the relationship being quite strong.
Pengaruh Konsumsi Berbagai Jenis Sumber Karbohidrat terhadap Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Sufina Zikria Putri; Agrijanti; Thomas Tandi Manu; Lalu Srigede
Galen: Jurnal Riset Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol. 1 No. 2 (2025): Galen: Jurnal Riset Ilmu Farmasi dan Kesehatan
Publisher : PT Pustaka Cendekia Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71417/galen.v1i2.100

Abstract

Latar Belakang: Diabetes Melitus tipe 2 merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus meningkat di Indonesia. Salah satu faktor penting dalam pengelolaan diabetes adalah pengaturan konsumsi karbohidrat karena berpengaruh langsung terhadap kadar glukosa darah Postprandial (2 jam setelah makan). Jenis karbohidrat yang dikonsumsi diduga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap respons glukosa darah penderita diabetes. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh konsumsi berbagai jenis sumber karbohidrat terhadap kadar glukosa darah 2 jam Postprandial pada penderita Diabetes Melitus tipe 2. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain pre-eksperimen (pre and post test group design). Subjek penelitian terdiri dari 28 orang penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang dibagi ke dalam 7 kelompok berdasarkan jenis karbohidrat yang dikonsumsi (beras merah, kentang, singkong, ubi talas, ubi jalar, jagung, dan nasi putih). Data dianalisis menggunakan uji Paired t-Test. Hasil Penelitian: Rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi karbohidrat beras merah (434,5 dan 394,5 mg/dL), Kentang (337 dan 185,5 mg/dL), Singkong (447,25 dan 404,75 mg/dL), Ubi Talas (354,25 dan 305,5 mg/dL), Ubi Jalar (311 dan 257,25 mg/dL), Jagung (369 dan 353,75 mg/dL) dan nasi putih (293 dan 315,75 mg/dL). Uji Paired t-Test menunjukkan bahwa kelompok beras merah (p=0,001), kentang (p<0,001), ubi talas (p=0,023), ubi jalar (p=0,008) mengalami penurunan signifikan, sementara singkong dan jagung tidak signifikan (p>0,05). Nasi putih menunjukkan peningkatan signifikan (p=0,008). Kesimpulan: Terdapat pengaruh konsumsi beras merah, kentang, ubi talas dan ubi jalar menunjukkan penurunan signifikan terhadap kadar glukosa darah, sedangkan konsumsi singkong dan jagung mengalami penurunan yang tidak signifikan. Sementara itu, konsumsi nasi putih justru meningkatkan kadar glukosa darah secara signifikan.
Identifikasi Sel Ragi (Candida sp.) pada Sedimen Urine dengan Menggunaka Metode Preparat Basah dan Preparat Gram pada Penderita Diabetes Melitus Cahayaningrum, Aryani; Agrijanti; Manu, Thomas Tandi; Khusuma, Ari
Journal of Indonesia Laboratory Students (JILTS) Vol. 3 No. 1 (2024): Journal of Indonesia Laboratory Students
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jilts.v3i1.75

Abstract

Latar Belakang: Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida sp. Diabetes melitus menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya infeksi jamur. Diagnosa dari kandidiasis bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan melihat sel ragi pada sedimen urin di bawah mikroskop dengan menggunakan metode preparat basah atau melakukan pewarnaan gram . Tujuan Penelitian: Mengidentifikasi sel ragi (Candida sp.) pada sedimen urin dengan menggunakan metode preparat basah dan preparat gram pada penderita Diabetes Melitus. Metode Penelitian: Rancangan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang dilakukan dengan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional sehingga variabel bebas dan variabel terikat diamati dalam satu waktu. Hasil: Didapatkan 8 sampel positif sel ragi dan 14 sampel negatif sel ragi pada metode preparat basah dan preparat gram. Kesimpulan: Berdasarkan kualitas, preparat gram lebih unggul daripada preparat basah karena sel ragi yang terlihat pada preparat gram lebih jelas daripada sel ragi yang terlihat pada preparat gram. Sedangkan dari segi efisensi waktu dan biaya, preparat basah lebih unggul karena cepat dan murah.