Mohamad Hudaeri
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Published : 25 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

MENENTANG SEKULARISME: Upaya Membentuk Kesalehan Subjek Muslim di Banten Hudaeri, Mohamad
Jurnal THEOLOGIA Vol 27, No 2 (2016): TEOLOGI ISLAM DAN ISU-ISU KEBANGSAAN
Publisher : Fakulta Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/teo.2016.27.2.980

Abstract

Contemporary Islamic movements have undergone many changes of outlook, social and political orientations. The movement is not directed to establish an Islamic state or to support the use of military forces to achieve individual and communal programs in preparing "good Muslims". But the project is directed to self-transformation through moral cultivation and ethics as the foundation to be performed in public spaces. The movement is more directed to the process of reislamization related to social and discipline practices to prepare a good Muslim. This article explores the Islamization of public space in the Banten province. That is related to the construction of Islamic identity of the body and the public place. Construction of Islamic identity of the body is stressed by obliging veils (ḥijāb) for Muslim women. While Islamization of public places is through mounting names of Allah (Asmaul Husna) and other Islamic messages in several major highways.Gerakan Islam kontemporer banyak mengalami perubahan visi dan orientasi sosial dan politik. Gerakan tersebut bukan diarahkan untuk mendirikan negara Islam atau mendukung penggunaan militer dan kekerasan untuk me­wujudkan program menciptakan individu dan masyarakat “Muslim yang baik”. Tetapi proyek tersebut diarahkan untuk transformasi-diri melalui penanaman moral dan etika sebagai landasan untuk bisa tampil di ruang publik. Gerakan tersebut lebih diarahkan kepada proses re-Islamisasi yang berkaitan dengan praktek sosial dan praktek disiplin untuk membentuk subjek Muslim yang baik. Tulisan ini mengeksplorasi tentang Islamisasi ruang publik yang ada di Provinsi Banten. Yakni terkait dengan konstruksi identitas Keislaman terhadap tubuh dan tempat publik. Konstruksi identitas Islam terhadap tubuh ditekankan melalui keharusan untuk berjilbab bagi wanita Muslimah. Sedangkan Islamisasi tempat publik adalah pemasangan nama-nama Allah (Asmā’ al-Ḥusnā) dan pesan-pesan Islam lainnya di beberapa jalan raya utama.
DARI PURITAN KE REKONSTRUKSIONIS Hudaeri, Mohamad
Al Qalam Vol 30 No 2 (2013): May - August 2013
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1651.57 KB)

Abstract

This article tries to understand Islamic reformation movements in the modern era based on two points of views: internal and external aspects. On the one hand, based on the internal aspect, Muslims need to reform their social structure and mental attitudes in arranging their socio-political lift by reforming their religious understanding which is accordance with their developing logics and imagination. In the other hand, based on the external aspect, it is because of the development of 'the economic-political authorities' in this modern era, i.e. a system of nation state, democartion, human ghts and modem capitalism. The changes force Muslims to reform their ways of thinking toward their religious orthodoxy, traditions, and intellectual treasury. To understand reformation movements could not be separated from their historical contexts because the reformation movements are not monolitic. They have various forms and different purposes. However, the religious understanding could not also be separated from the intellectual development and the challenges of life faced by Muslim societies. KeyWords: Islamic Thought Reformation, Islamic Orthodoxy, Islamic Movements
AGAMA DAN PROBLEM MAKNA HIDUP Hudaeri, Mohamad
ALQALAM Vol 24 No 2 (2007): May - August 2007
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1121.111 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v24i2.1633

Abstract

Manusia tidak hanya sekedar ''hewan berpikir" (homo sapiens), ia lebih tepat didefenisikan sebagai homo spiritual (makhluk spiritual. Sebab kalau dilihat dari kecerdasan akal, ada binatang yang juga memiliki kecerdasan, tetapi tidak ada binatang yang memiliki kesadaran makna dan tujuan hidup akan yang transenden. Hanya manusia yang memiliki kesadaran akan makna hidup dan eksistensinya di dunia ini ''melampaui" batas-batas dunia fisik.Dunia ''makna" adalah dunia manusia. Manusia tidak bisa melakukan sesuatu, maupun memahami sesuatu apabila sesuatu tersebut tidak bermakna baginya. Bertindak berarti melakukan sesuatu demi suatu tujuan dan sesuatu hanya bisa menjadi tujuan apabila mempunyai arti atau bermakna. Suatu tindakan dianggap bermakna karena mencakup sesuatu yang lebih luas dan berkaitan dengan hal-hal yang eksistensial. Karena itu yang sering menjadi persoalan adalah problem makna hidup. Problem makna hidup merupakan problem eksistensial manusia, karena menyangkut tentang eksistensi kehidupannya sendiri di muka bumi ini.Bagaimana peran agama tentang problem eksisitensial manusia itu? Hati nurani merupakan tempat bersemayamnya spiritualitas manusia. Karena itu kesadaran akan makna dan tujuan hidup selalu terkait dengan spiritualitas. Spiritualitas merupakan jantungnya agama. Agama tanpa spiritualitas akan terasa kering dan hampa, karena ia hanya akan berupa ajaran-ajaran normatif dan ritual yang tidak menyentuh kedalaman kalbu manusia. Karena itu penghayatan agama yang benar adalah penghayatan yang didasarkan atas spiritualitas yang tulus dan murni bukan didasarkan alas suatu konstruks pemikiran yang sempit yang menimbulkan sikap fanatik dan ekstrim.
JAWARA DI BANTEN Hudaeri, Mohamad
ALQALAM Vol 20 No 97 (2003): April - June 2003
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1586.138 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v20i97.645

Abstract

Jawara merupakan salah satu kelompok dalam masyarakat Banten yang cukup terkenal. la memiliki pengaruh yang melewati batas-batas geogrufis berkat kharisma yang dimilikinya. Munculnya jawara menjadi sosok yang dikagumi ketika struktur sosial dan budaya masyarakat hancur, yakni semenjak pemerintahan kolonial Belanda berhasil menganeksasi Kesultanan Banten. Sehingga saat ini muncul pertanyaan tentang kedudukan, peran dan jaringannya dalam sistem sosial masyarakat Bunten.Kedudukan, peran dan jaringan sosial jawara terbentuk melalui proses sejarah yang sangat panjang yang dialami oleh masyarakat Banten, yakni semenjak pembentukan Kesultanan Banten, masa pemerintahan kolonial dan pasca pembebasan kolonial. Perjalanaan sejarah tersebut telah menciptakan msyarakat Banten dikenal sebagai masyarakat yang sangat fanatik terhadap agama, bersifat agresif dan bersemangat memberontak.Dalam masyarakat seperti Banten yang pernah mengalami tekanan sosial politik yang sangat dalam dan lama telah menciptakan budaya kekerasan, yang utamanya dimainkan oleh sosok jawara. la kini dikenal sebagai identitas dari lembaga adat Banten. Kemampuannya dalam memanipulasi kekuatan supernatural (magi) dan keunggulan dalam hal fisik telah membuatnya menjadi sosok yang ditakuti sekaligus dikagumi, sehingga terkadang muncul menjadi tokoh yang kharismatik dan heroik. Peranannya juga tidak hanya terbatas kepada guru persilatan, elmu kesaktiun atau "tentara wakaf", tetapi juga sebagai pemimpin sehuah pergerakan sosial. Bahkan untuk saat ini, para jawara memiliki peran penting dalam sosial politik masyarakat Banten.Adanya kedudukan dan peran membuat jawara menciptakan kultur tersendiri yang agak berbeda dengan kultur dominan masyarakat Banten, sehingga Jawara tidak hanya menggambarkan suatu sosok tetapi juga telah menjadi kelompok yang memiliki nilai, norma dan pandangan hidup yang khas. Itulah subkultur Jawara.Kata Kunci: Jawara, Ilmu Kanuragan, Bandit Sosial
'AWRAT Hudaeri, Mohamad
Al Qalam Vol 23 No 1 (2006): January - April 2006
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1584.973 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v23i1.1450

Abstract

Meskipun kata-kata 'awrat begitu akrab di telinga kita, tetapi pengetahuan mengenai definisi dan batasannya sering tidak jelas. hal ini disebabkan oleh pemaknaan kata 'awrat yang tidak hanya dimaknai sebagai bagian-bagain tubuh manusia yang harus ditutup tetapi juga terkait dengan relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan. Keharusan untuk menutup bagian-bagian tubuh terlentu bermakna juga untuk mengendalikan dan bersubordinasi lawan jenis dalam hubungan sosial karena itu makna 'awrat yang selama ini berkembang sangat ideologis.Berdasarkan itu pembacaan ulang terhadap makna tersebut sangat penting untuk membuka relasi kuasa yang ada. Salah satu cara pembacaan ulang adalah dengan merujuk ke sumber asli yakni al-Qur'an. Berdasarkan telaah terhadap beberapa ayat al-Qur'an, kata 'awrat itu tidak selalu merujuk kepada tubuh manusia tetapi juga dipergunakan untuk menggambarkan tempat dan waktu yang dianggap rawan. Dengan demikian makna 'awrat itu lebih tepatnya bermakna hal­hal yang dianggap rawan. Dalam kaitan dengan tubuh manusia adalah hal-hal yang sangat rawan untuk menimbulkan terjadinya marabahaya atau fitnah.Namun demikian, al-Qur'an tidak memberikan batasan yang pasti tentang bagian tubuh yang dianggap rawan sehingga harus ditutupi. AI-Qur'an hanya menyebutkan bahwa dalam menjalin hubungan antara laki-laki dan pmmpuan perlu dijagi nilai-nilai kesopanan, moralitas dan kesucian. Tidak ada batasan tertentu yang mesti dipatuhi. Hal nampaknya disesuai dengan situai dan kondisi yang ada.
REVITALISASI DAN PEMBERDAYAAN FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH: Kajian Atas Pengembangan Fak. Ushuluddin Dan Dakw IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Hudaeri, Mohamad
Ar Raniry : International Journal of Islamic Studies Vol 1, No 1 (2014): Ar-Raniry : International Journal of Islamic Studies
Publisher : UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.18 KB) | DOI: 10.20859/jar.v1i1.6

Abstract

Faculty of Islamic Theology and Communication have an important position as a scientificcore or basic sciences in Islamic study that have a strategic role both in the development of Islamicknowledge or in character building. However, it is a reality, Theology is a faculty that hasfewer students than other faculties.But in fact, they had good quality. In this regard, the revitalization and empowermentat the faculty of Islamic Theology is an urgent matter. The article is focused on the search and analyze the existence of the Islamic Theologyand communication departmentof Islamic State of Sultan MaulanaHasanuddin, both in terms of its strengths and weaknesses, as well as the expectations and the challenges it faced. Therefore, this study includedinternal institutional and academic aspects and society's view toward the existenceof the Islamic Theology and Communication Department.
Reorientasi Misteri Shalat Subuh Dalam Perspektif Hadis Hudaeri, Muhammad
Holistic al-Hadis Vol 4 No 02 (2018): Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i02.1972

Abstract

Fajr prayer is one of the five obligatory prayers that have exceptional peculiarities and virtues. It was at this point that the turn of night and day began. At this very moment, the night and afternoon angels change duties. Fajr prayers in congregation is a heavy mandatory worship to be performed, they do not know that in the dawn prayer there is a great virtue, except by people who really sincerely expect the pleasure of Allah swt. Its execution time on the blind that makes people lazy to do it. Based on the above background, the formulation of the problem in this thesis is: 1). How does the nature of the Subuh prayers congregate according to the tradition ?, 2). How is the quality of traditions related to the virtue of Fajr prayers in congregation ?. 3). How is the virtue of Fajr praying in congregation ?. The purpose of this research are: 1). To know the nature of dawn prayer in congregation of hadith. 2). To know the quality of the traditions related to the virtue of Fajr prayers in congregation. 3). To know the virtue of Fajr prayers in congregation in the view of the clergy. The method used in this thesis is library research method which is collecting data from Hadith books of Bukhārῑ, Muslim, Ibn Māzah, Abū Dāud, Tirmiẓi dan Ad-Dārimῑ and seeking information with the help of interview, then the data is analyzed by using method criticism of hadith, that is criticism of sanad and matan by using jarḥ wa ta'dil every perawinya. The results of this study, as follows: Fajr prayer is a mandatory prayer performed on the morning at dawn arrived, dawn prayer is also a severe worship to be executed except by people who really sincere expect the pleasure of Allah swt. Hadiths of the Prayers of the Fajr Prayers which the author has meticulously qualified ṣaḥiḥ such as the hadith narrated by Bukhārῑ, the hadith of the Muslim narrative, the hadith of Ahmad's narration, and the hadith narrated by ad-Darimi, but the authors found the traditions of the high-quality dawn prayers such as Ibn Mazah and Tirmiżi. The virtue of the Fajr prayers according to the views of ulema bahwasannya prayers in which there is a great reward that does not exist in other fardu prayers, such as getting a guarantee of the hereafter of Allah swt.
MENENTANG SEKULARISME: Upaya Membentuk Kesalehan Subjek Muslim di Banten Mohamad Hudaeri
Jurnal Theologia Vol 27, No 2 (2016): TEOLOGI ISLAM DAN ISU-ISU KEBANGSAAN
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/teo.2016.27.2.980

Abstract

Contemporary Islamic movements have undergone many changes of outlook, social and political orientations. The movement is not directed to establish an Islamic state or to support the use of military forces to achieve individual and communal programs in preparing "good Muslims". But the project is directed to self-transformation through moral cultivation and ethics as the foundation to be performed in public spaces. The movement is more directed to the process of reislamization related to social and discipline practices to prepare a good Muslim. This article explores the Islamization of public space in the Banten province. That is related to the construction of Islamic identity of the body and the public place. Construction of Islamic identity of the body is stressed by obliging veils (ḥijāb) for Muslim women. While Islamization of public places is through mounting names of Allah (Asmaul Husna) and other Islamic messages in several major highways.Gerakan Islam kontemporer banyak mengalami perubahan visi dan orientasi sosial dan politik. Gerakan tersebut bukan diarahkan untuk mendirikan negara Islam atau mendukung penggunaan militer dan kekerasan untuk me­wujudkan program menciptakan individu dan masyarakat “Muslim yang baik”. Tetapi proyek tersebut diarahkan untuk transformasi-diri melalui penanaman moral dan etika sebagai landasan untuk bisa tampil di ruang publik. Gerakan tersebut lebih diarahkan kepada proses re-Islamisasi yang berkaitan dengan praktek sosial dan praktek disiplin untuk membentuk subjek Muslim yang baik. Tulisan ini mengeksplorasi tentang Islamisasi ruang publik yang ada di Provinsi Banten. Yakni terkait dengan konstruksi identitas Keislaman terhadap tubuh dan tempat publik. Konstruksi identitas Islam terhadap tubuh ditekankan melalui keharusan untuk berjilbab bagi wanita Muslimah. Sedangkan Islamisasi tempat publik adalah pemasangan nama-nama Allah (Asmā’ al-Ḥusnā) dan pesan-pesan Islam lainnya di beberapa jalan raya utama.
Revitalisasi dan Pemberdayaan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah: Kajian Atas Pengembangan Fak. Ushuluddin dan Dakwah IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Mohamad Hudaeri
Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies Vol 1, No 1 (2014): Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.18 KB) | DOI: 10.22373/jar.v1i1.7380

Abstract

Faculty of Islamic Theology and Communication have an important position as a scientific core or basic sciences in Islamic study that have a strategic role both in the development of Islamic knowledge or in character building. However, it is a reality, Theology is a faculty that has fewer students than other faculties. But in fact, they had good quality. In this regard, the revitalization and empowerment at the facultyof Islamic Theology is an urgent matter. The article is focused on the search and analyze the existence of the Islamic Theology and communication department of Islamic State of Sultan MaulanaHasanuddin, both in terms of its strengths and weaknesses, as well as the expectations and the challenges it faced. Therefore, thisstudy included internal institutional and academic aspects and society's view toward the existence of the Islamic Theology and Communication Department.
MENCIPTAKAN MUSLIM MODERN: Relasi Kuasa Islam dan Negara Indonesia Modern Mohamad Hudaeri
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 41, No 2 (2017)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v41i2.405

Abstract

Abstrak: Mengkaji pemikiran gerakan pembaharuan Islam Indonesia di era modern tidak bisa dilepaskan dari relasinya dengan kekuasaan negara-bangsa. Makalah ini berupaya menganalisis artikulasi keislaman di Indonesia era modern yang berusaha keluar dari dikotomi antara sekular-modern dengan agama-tradisional. Penulis mengemukakan bahwa tujuan gerakan pembaharuan neo-modernisme tidak hanya merekonstruksi tentang ‘bagaimana’ memahami Islam, tetapi juga tersirat penjelasan tentang ‘siapa’ Muslim modern itu. Yang pertama terkait dengan perlunya rekonstruksi ortodoksi Islam, sedangkan yang kedua berkaitan dengan mentalitas Muslim di era modern ini. Perlunya rekonstruksi kedua hal tersebut terkait dengan sistem kekuasaan negara modern yang berbeda dengan sistem kekuasaan yang diterapkan di masyarakat pra modern. Tulisan ini menjelaskan pemikiran para pembaharu Islam di Indonesia yang menyiratkan tentang konstruksi subyek Muslim modern dan hubungannya dengan sistem kekuasaan negara modern. Abstract: Shaping Modern Muslim: The Relation of Islamic Authority and Modern Indonesian State. Understanding the Islamic reform movement in modern era can not be separated from its relation with nation-state power. This paper seeks to analyze Islamic articulation in modern-day Indonesia which seeks to emerge from the dichotomy between secular-modern and traditional-religion. The author argues that the purpose of the neo-modernism renewal movement is not only to reconstruct the question of 'how' to understand Islam, but also to imply 'who' the modern Muslim is. The first relates to the need for reconstruction of Islamic orthodoxy, while the latter deals with the mentality of Muslims in this modern era. The need for the reconstruction of these two things is related to the modern state power system which is different from the power system applied in pre-modern society. This paper explains the thinking of Islamic reformers in Indonesia which implies the construction of modern Muslim subjects and their relation to the modern state power system. Kata kunci: Muslim modern, tradisional, negara, sistem kekuasaan, Indonesia