Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Perubahan Distribusi Urban Heat Island Berdasarkan Faktor Kerapatan Vegetasi di Kota Mataram Pamungkas, Srirahadita; Membala, Sarah
COMPACT: Spatial Development Journal Vol 3 No 2 (2024): COMPACT
Publisher : Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35718/compact.v3i2.1292

Abstract

Fenomena Urban Heat Island (UHI) terjadi ketika suhu di pusat kota lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh alih fungsi lahan yang mengurangi area hijau dan digantikan oleh permukaan yang menyerap panas, seperti jalan atau bangunan. Kota Mataram, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengalami peningkatan suhu, dengan suhu tertinggi tercatat mencapai 34,8°C pada 2019 dan 36,2°C pada 2023. Selain itu, penggunaan lahan juga meningkat dari 6.129 ha pada 2019 menjadi 6.130 ha pada 2023. Penurunan luas vegetasi dan semakin berkembangnya kawasan perkotaan memicu terjadinya fenomena UHI. Untuk itu, penelitian ini menggunakan citra satelit untuk menganalisis perubahan suhu dan kerapatan vegetasi di Kota Mataram guna mengetahui faktor penyebab dan distribusi UHI.  
Pertumbuhan di Pinggiran Kota Kecil: Pola Perkembangan Peri-Urban dan Faktor Pembentuknya (Studi Kasus: Kecamatan Tallunglipu) Membala, Sarah; Dewi, Dhyah Puspita
COMPACT: Spatial Development Journal Vol 3 No 3 (2024): COMPACT
Publisher : Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35718/compact.v3i3.1303

Abstract

The wave of urbanization has driven the expansion of areas into suburban regions. Land pressure in suburban areas is not only experienced by metropolitan cities but also occurs in the outskirts of smaller towns. More than 2,400 towns with populations ranging from 1,500 to 5 million are generally categorized as small towns, with 60% of them located in developing regions and countries. The spatial transformation occurring in suburban areas is closely intertwined with the regional dynamics of their administrative capitals (Rantepao). The development patterns in Tallunglipu District exhibit ribbon development and leapfrog development. A synthesis of factors influencing peri-urban development reveals that the peri-urban development patterns in Tallunglipu District are shaped by several factors, including local government policies, physical territorial boundaries, the presence of road infrastructure, the availability of public service facilities, and supporting infrastructure for traditional customs. Identifying the development patterns and determining the driving factors of peri-urban areas in small towns can serve as a preventive and mitigative strategy to prevent development from exceeding the carrying capacity of these small towns.
SOSIALISASI SERTA PENANAMAN TANAMAN OBAT KELUARGA UNTUK KESEHATAN MANDIRI Puspita Dewi, Dhyah; Adhar, Khairunnisa; Pamungkas, Srirahadita; Membala, Sarah; Widyantoro, Bimo Aji; Zaidah, Dhinya Atus; Widiyanti, Tria; Ramadhan, Novalias Alfalaqi; Sinaga, Vien Natasya Br.; Saputra, Maulana
PIKAT Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat ITK Vol. 6 No. 1 (2025): PIKAT : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Institut Teknologi Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35718/pikat.v6i1.1325

Abstract

Globalisasi dan modernisasi telah menggeser gaya hidup masyarakat, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan kesehatan. Masyarakat perkotaan, seperti di RT 61 Kelurahan Sepinggan Baru, Kecamatan Balikpapan Selatan, cenderung bergantung pada obat-obatan kimia buatan pabrik yang sering kali mahal dan memiliki efek samping. Oleh karena itu, program pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebagai sumber daya kesehatan mandiri. Melalui sosialisasi, penanaman, dan penyerahan pengelolaan TOGA, masyarakat diajak untuk memanfaatkan lahan kosong di lingkungan mereka sebagai "apotek hidup." Program ini berhasil menanam 300 bibit TOGA dan membentuk kelompok pengelola yang bertanggung jawab atas keberlanjutan program. Hasil ini menunjukkan bahwa pendekatan partisipatif dapat menjadi solusi berkelanjutan untuk mendukung kesehatan masyarakat berbasis kearifan lokal.