Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN KOMPLIKASI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA PESERTA PROLANIS Nazla Sabania Salsabila Attamimi; Serly Daud; Yuniarty Antu; Sri Andriani Ibrahim; Muchtar Nora Ismail Siregar
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 13 No. 2 (2025): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5455/nutricia.v13i2.11337

Abstract

Pendahuluan: Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan insulin, yaitu hormon yang mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh. Komplikasi kronis DM, seperti kerusakan pembuluh darah makrovaskuler dan mikrovaskuler serta disfungsi neurologis, dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan tepat. Mencegah komplikasi diabetes memerlukan pengetahuan yang tepat, terutama bagi peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini berjumlah 207 peserta prolanis di Puskesmas Kota Gorontalo dan jumlah sampel sebanyak 136 peserta dan menggunakan teknik accidental sampling, serta tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan komplikasi penyakit diabetes melitus diukur dengan menggunakan kuesioner DKQ-24 (Diabetes Knowledge Quesioner). Hasil: Didapatkan sebagian besar responden dalam penelitian ini yaitu (41,2%) memiliki tingkat pengetahuan cukup terkait pencegahan komplikasi penyakit diabetes melitus, dan terdapat (38,2%) jumlah responden memiliki tingkat pengetahuan kurang, serta terdapat 20,6%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Simpulan: Gambaran tingkat pengetahuan tentang pencegahan komplikasi penyakit diabetes melitus pada peserta program pengelolaan penyakit kronis di Puskesmas Kota Gorontalo sebagian besar tergolong cukup. Dari penelitian ini diharapkan pihak Puskesmas dapat meningkatkan kegiatan edukasi yang lebih interaktif, seperti pelatihan atau workshop tentang pencegahan komplikasi DM, dengan menggunakan media yang menarik agar peserta Prolanis lebih mudah memahami materi.
HUBUNGAN NILAI LEUKOSIT DAN PROKALSITONIN PADA PENDERITA SEPSIS DI ICU RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE Sitti Alfina Hatlah; Romdon Purwanto; Zuhriana K. Yusuf; Yuniarty Antu; Sitti Rahma
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 13 No. 3 (2025): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5455/nutricia.v13i3.11343

Abstract

Background: Sepsis is a serious medical condition resulting from infection, characterized by a systemic inflammatory response that can lead to severe sepsis or septic shock. In sepsis, Procalcitonin (PCT) levels and leukocyte values ​​are important indicators for diagnosis and evaluation of the severity of infection. This study aims to evaluate the relationship between leukocyte values ​​and procalcitonin levels in sepsis patients in the ICU of Prof. Dr. H. Aloei Saboe Hospital. Method: This research is descriptive quantitative with a cross-sectional design. The research was conducted in the ICU of Prof. Hospital. Dr. H. Aloei Saboe in December 2024 with a sample of 40 ICU patients taken from medical records. Data collected includes the patient's leukocyte values ​​and PCT levels. Data analysis was carried out using chi-square and linear by linear association. Results: The majority of patients were male (72.5%), with 82.5% of patients diagnosed with sepsis. Most patients had high leukocyte values ​​(62.5%) and high PCT levels (75%). The chi-square test showed a significant relationship between PCT levels and sepsis (p-value 0.006), while there was no significant relationship between leukocyte values ​​and sepsis (p-value 0.495). Conclusion: High PCT levels were significantly associated with sepsis diagnosis, while leukocyte values showed no significant association. PCT measurement may be a more sensitive tool in diagnosing and evaluating sepsis severity compared to leukocyte values. This study is limited by clinical variation and a single measurement, so further studies are needed for biomarker exploration, integration of procalcitonin in hospital protocols, and clinical guidance of sepsis. Latar Belakang: Sepsis adalah kondisi medis serius yang diakibatkan oleh infeksi, ditandai oleh respons inflamasi sistemik yang dapat berujung pada sepsis berat atau syok septik. Dalam sepsis, kadar Prokalsitonin (PCT) dan nilai leukosit merupakan indikator penting untuk diagnosis dan evaluasi keparahan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara nilai leukosit dan kadar Prokalsitonin pada pasien sepsis di ICU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan di ICU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe pada Desember 2024 dengan sampel 40 pasien ICU yang diambil dari rekam medis. Data yang dikumpulkan meliputi nilai leukosit dan kadar PCT pasien. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square dan linear by linear association. Hasil: Mayoritas pasien adalah laki-laki (72,5%), dengan 82,5% pasien terdiagnosis sepsis. Sebagian besar pasien memiliki nilai leukosit tinggi (62,5%) dan kadar PCT tinggi (75%). Uji chi-square menunjukkan hubungan signifikan antara kadar PCT dan sepsis (p-value 0,006), sementara tidak ada hubungan signifikan antara nilai leukosit dan sepsis (p-value 0,495). Kesimpulan: Kadar PCT yang tinggi menunjukkan hubungan yang signifikan dengan diagnosis sepsis, sementara nilai leukosit tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Pengukuran PCT dapat menjadi alat yang lebih sensitif dalam diagnosis dan evaluasi keparahan sepsis dibandingkan dengan nilai leukosit. Penelitian ini terbatas oleh variasi klinis dan pengukuran tunggal, sehingga diperlukan studi lanjutan untuk eksplorasi biomarker, integrasi prokalsitonin dalam protokol rumah sakit, dan panduan klinis sepsis.