Harianto, Yusup Heri
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Mempertahankan Kehidupan Dalam Koma: Telaah Dari Sisi Etika Kristani Pada Kasus Koma Vegetatif Adiatmo, Kumoro; Simon, Simon; Harianto, Yusup Heri
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 6, No 2 (2024): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen - Agustus 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v6i2.294

Abstract

In the age of significant medical technology advancements, the management of complex medical conditions such as vegetative states presents profound ethical dilemmas for families, healthcare providers, and the community. This study explores the role of Christian theology in guiding ethical decision-making amidst these challenges, focusing on the concept of "imago Dei," which asserts that every human being is created in the image and likeness of God. Employing a qualitative-descriptive approach, this research integrates theological insights with medical dilemmas, emphasizing the importance of honoring human dignity and addressing ethical challenges in medical decision-making. The findings suggest that theological principles not only enrich medical understanding but also provide ethical and holistic guidance, these principles support decisions that honor the value of human life and patient dignity, whether in sustaining patient life or considering the termination of life-support measures. This study highlights the need for ongoing dialogue between theology and medical practice to ensure that healthcare remains sensitive to human and ethical aspects.AbstrakDalam era kemajuan teknologi medis yang signifikan, pengelolaan kondisi medis yang kompleks seperti kematian vegetatif menimbulkan dilema etis yang mendalam bagi keluarga, tenaga medis, dan masyarakat. Penelitian ini mengeksplorasi peran teologi Kristen dalam membimbing keputusan etis di tengah-tengah tantangan ini, dengan fokus khusus pada konsep "imago Dei" yang menyatakan bahwa setiap manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Melalui pendekatan kualitatif-deskriptif, penelitian ini mengintegrasikan wawasan teologis dengan dilema medis, menekankan pentingnya menghargai martabat manusia dan mengatasi tantangan etis dalam pengambilan keputusan medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip-prinsip teologis tidak hanya memperdalam pemahaman medis, tetapi juga memberikan arahan etis dan holistik. Prinsip-prinsip ini mendukung keputusan yang menghormati nilai kehidupan manusia dan martabat pasien, baik dalam mendukung keberlangsungan hidup pasien maupun dalam mempertimbangkan terminasi alat bantu kehidupan. Studi ini menekankan kebutuhan akan dialog yang berkelanjutan antara teologi dan praktik medis untuk memastikan bahwa perawatan kesehatan tetap sensitif terhadap aspek kemanusiaan dan etika.
Peranan Gembala Sidang bagi Pertumbuhan Jemaat di Gereja Lokal Indratno, Yohanes Twintarto Agus; Dully, Stefanus; Harianto, Yusup Heri
Jurnal Salvation Vol. 3 No. 1 (2022): Juli 2022
Publisher : STT Bala Keselamatan Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56175/1t6e0a87

Abstract

Abstract: The shepherd is the one who guides the congregation in pastoralism, certainly too short to teach how broad and deep the knowledge of God is. One of the most important things is that God Himself has laid down the task of caring for, nurturing, and educating the congregation into His power and calling. Shepherds who must prepare the congregation to live in favor of God. The purpose of this study is to explain the duties and roles of shepherds in faith-building or the so-called discipleship. Discipleship is a command of God called the great commission in Matthew 28:19 it says "Make all nations my disciples." in discipleship lessons is to "know God and become disciples of Christ. Therefore, a person who has received Jesus Christ must be immediately discipled, so that his character is immediately formed towards a better direction and a skill in serving so as to have a knowledge of the truths of God's Word. The method used in the research is a qualitative description (case study) of the role of the shepherd in leading the congregation to be more effective. The shepherd's job in serving the congregation is to "nurture believers and unbelievers to grow up in the faith and become disciples of the Lord Jesus. Being a disciple of the Lord Jesus is a command that the Shepherd must work on, therefore the shepherd must have a knowledge of God's Word, an understanding of the basics of the Christian faith, character building, and the gift of serving. Abstrak: Gembala adalah orang yang membimbing jemaat dalam penggembalaan, adalah tugas yang cukup berat karena membimbin, merawat, mengasuh, dan mendidik jemaat adalah tugas gembala yang mulai dan agung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tugas dan peran gembala dalam pembinaan iman atau yang disebut pemuridan. Pemuridan adalah perintah Allah yang disebut amanat agung dalam Matius 28:19 dikatakan “Jadikanlah semua bangsa muridKu.” dalam pelajaran pemuridan adalah “mengenal Allah dan menjadi murid Kristus. Oleh sebab itu, seorang yang telah menerima Yesus Kristus harus segera dimuridkan, agar karakternya segera dibentuk menuju ke arah yang lebih baik serta kecakapan dalam melayani sehingga memiliki pengetahuan tentang kebenaran-kebenaran Firman Tuhan. Metode yang digunakna dalam peneltian adalah kualitatif deskripsi (studi kasus) tentang peran gembala dalam memimpin jemaat supaya lebih efektif. Tugas gembala dalam melayani jemaat adalah“membina orang percaya maupun orang yang belum percaya supaya semakin bertumbuh dewasa dalam iman dan menjadi murid Tuhan Yesus. Menjadi murid Tuhan Yesus adalah perintah yang harus dikerjakan oleh Gembala, oleh karena itu gembala harus memiliki pengetahuan tentang Firman Tuhan, pengertian tentang dasar-dasar iman Kristen, pembentukkan karakter, dan karunia untuk melayani.
Perspektif Pentakosta Tentang Persembahan Persepuluhan dalam Konsep Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru Harianto, Yusup Heri
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 4, No 2 (2023): JUNI 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v4i2.145

Abstract

 Persepuluhan adalah milik Allah dan harus dikembalikan kepada Allah. Namun dalam prakteknya sekarang ini terjadi pro dan kontra sebab ada gereja-gereja yang berpendapat bahwa persepuluhan itu sudah tidak berlaku lagi karena persepuluhan itu ada dalam zaman Taurat. Sedangkan disisi yang lain ada banyak gereja yang dengan tertib masih mentaati untuk mengembalikan persepuluhan tersebut. Itu sebabnya dalam penulisan karya ilmiah ini, fokus penelitian adalah menggali konsep persepuluhan baik melalui Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru serta melihat sejauh mana penerapan persepuluhan tersebut dalam era gereja masa kini khususnya terhadap gereja-gereja yang ada. Dengan menggunakan menggunakan metode kualitatif deskriftif pendekatan studi. Temuan pada artikel ini mengemukakan bahwa mayoritas gereja mengakui dan menerapkan perpuluhan ini. Mayoritas gereja mengajarkan dan menghimbau sebagai sebuah kewajiban kepada para jemaat.  Kata-kata Kunci:  Persepuluhan, Hukum Taurat, Gereja, hamba Tuhan. Tithing belongs to God and must be returned to God. But in practice today there are pros and cons because there are churches that argue that tithing is no longer valid because tithing existed in Torah times. While on the other hand there are many churches that are still in an orderly manner to return the tithing. That is why in writing this scientific paper, the focus of research is to explore the concept of tithing both through the Old and New Testaments and see the extent of the application of tithing in the current church era, especially to existing churches. By using qualitative descriptive methods of study approach. The findings in this article suggest that the majority of churches recognize and apply this tithing. The majority of churches teach and exhort as an obligation to the congregation. 
Panggilan Ilahi dan Kerapuhan Manusia: Studi Teologis atas Moralitas Simson dalam Kitab Hakim-Hakim Harianto, Yusup Heri; Yohana, Yenny Herawati
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 6, No 2 (2025): NOVEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55097/sabda.v6i2.289

Abstract

Research on Samson in the Book of Judges presents a space for theological reflection on the dynamics of divine calling and human frailty. The background of this article is written from the tension between Samson's status as a Nazarite of God and his recurring weaknesses, thus presenting a moral paradox that is relevant to be reread in the context of contemporary theology. The research question posed in this article is: How does the Book of Judges reveal the relationship between God's calling, human weakness, and the meaning of suffering in Samson's life? This research uses the literature study method with a biblical theological and narrative hermeneutic approach to interpret the highlighted text. The findings reveal that Samson's life exposes the existential ambiguity of humanity, where divine power continues to work despite Samson's moral fragility and personal failures. Samson's morality affirms that God's calling is not nullified by his weakness, but rather manifests His grace. AbstrakPenelitian tentang Simson dalam Kitab Hakim-Hakim menyajikan ruang refleksi teologis terkait dinamika panggilan Ilahi dan kerapuhan manusia. Dasariah latar-belakang artikel ini ditulis berangkat dari ketegangan antara status Simson sebagai Nazir Allah dengan kelemahannya yang berulang, sehingga menghadirkan paradoks moralitas yang relevan untuk dibaca ulang dalam konteks teologi kontemporer. Adapun rumusan masalah pertanyaan yang dikemukakan dalam artikel ini bagaimana Kitab Hakim-Hakim menyingkap hubungan antara panggilan Allah, kelemahan manusia, dan makna penderitaan dalam kehidupan Simson? Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan teologi biblika dan hermeneutik naratif untuk menafsirkan teks yang menjadi sorotan. Hasil temuan menunjukkan bahwa kehidupan Simson menyingkap ambiguitas eksistensial manusia, di mana kekuatan Ilahi tetap bekerja sekalipun kerapuhan moral dan kegagalan pribadi dalam diri Simson. Moralitas Simson menegaskan bahwa panggilan Allah tidak dibatalkan oleh kelemahannya, melainkan justru memanifestasikan kasih karunia-Nya. Kata Kunci: Simson, Nazir, Moral, Hakim-Hakim