Afifah, Alvin
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

A Comparative Study of the Number of Iqamah in Hadith: Sunni and Shia Perspectives Zahri, Ahmad Fauzan; Afifah, Alvin; Said, Imam Ghazali; Khoshyatulloh, Arfedin Hamas
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 6 No. 1 (2024): Juni
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v6i1.328

Abstract

This study discusses the number of iqamah phrases contained in the Sunni and Shia perspectives. Iqamah has a purpose as a marker in the implementation of prayer to prepare and close the safes. In practice, there are different variations in the number of numbers in the iqamah sentences. This difference occurs between the Sunni and Shia schools of thought because both have different hadith sources as references in the implementation of the iqamah. The research method used is descriptive comparative with the type of research applied is library research. The main sources of literature in this study are Kutub al-Tis‘ah, Uṣūl al-Kāfī and Furū' al-Kāfī. The results show that there are differences in the tradition of iqamah between the two schools of thought. Iqamah has different origins in the Sunni and Shia schools. According to the Sunnis, the iqamah originated from the dream of ‘Abdullāh ibn Zayd which was later confirmed by the Prophet, and the Shias believe that the iqamah is a revelation delivered from the Angel Gabriel. Then in terms of the number of iqamah numbers, Sunnis have three different variations of the number of iqamah, namely the opinion that says 17 sentences, 11 sentences, and 10 sentences. While the Shia argue that the iqamah has 17 sentences, but the content is different from the Sunni school and there is an additional sentence of Ḥayya ‘Alā Khair al-‘Amal which is different from Sunni. Abstrak. Penelitian ini membahas mengenai jumlah bilangan frasa iqamah yang terdapat dalam hadis perspektif Sunni dan Syiah. Iqamah memiliki tujuan sebagai penanda dalam pelaksanaan shalat untuk mempersiapkan dan merapatkan shaf. Pada praktiknya, terdapat perbedaan variasi jumlah bilangan dalam kalimat-kalimat iqamah. Perbedaan ini terjadi di antara mazhab Sunni dan Syiah dikarenakan keduanya memiliki sumber hadis yang berbeda sebagai rujukan dalam pelaksanaan iqamah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan jenis penelitian yang diterapkan adalah riset kepustakaan (library research). Sumber literatur utama dalam penelitian ini adalah Kutub al-Tis‘ah, Uṣūl al-Kāfī dan Furū‘ al-Kāfī. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan tradisi iqamah di antara dua mazhab tersebut. Iqamah mempunyai asal-usul yang berbeda di mazhab Sunni dan Syiah. Menurut Sunni, iqamah berasal dari mimpi ‘Abdullāh ibn Zaid yang kemudian dibenarkan oleh Nabi saw., dan Syiah meyakini bawah iqamah adalah wahyu yang disampaikan dari Malaikat Jibril. Kemudian dari segi jumlah bilangan iqamah, Sunni memiliki 3 variasi jumlah iqamah yang berbeda, yaitu pendapat yang mengatakan 17 kalimat, 11 kalimat, dan 10 kalimat. Sedangkan Syiah berpendapat bahwa iqamah memiliki 17 kalimat, namun isinya berbeda dengan mazhab Sunni dan terdapat tambahan kalimat Ḥayya ‘Alā Khair al-‘Amal yang berbeda dengan Sunni.
Pola Asuh Toxic Parenting dalam Tinjauan Hadis Nabi: Upaya Spiritual Sebagai Langkah Preventif Atas Pola Asuh Toxic Parenting Pratama, Ferdy; Putri, Delfiani Safira Darminto; Rizaka, Maghza; Afifah, Alvin; Asaaf, M. Amil Hikam
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol. 14 No. 1 (2024): Februari
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v14i1.596

Abstract

Artikel ini mengkaji suatu permasalahan sosial di tengah masyarakat yang menjadi isu global, yaitu pola asuh toxic parenting. Pola asuh toxic parenting adalah pola asuh anak yang kekuasaan selalu ada pada orang tua, seperti mengekang anak, orang tua mendahulukan egonya dan anak tidak diberi kesempatan untuk mengutarakan keinginannya. Hal ini dapat berdampak negatif pada kondisi kesehatan mental anak, seperti anak selalu merasa rendah diri, memiliki sikap perfeksionis dan mengalami depresi. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidhi: 1911  dijelaskan bahwa, sesama makhluk di muka bumi harus saling mengasihi dan mencintai. Begitu pula dengan perlakuan orang tua terhadap anaknya, yang harus memberikan kasih sayang dengan cara menunjukkannya secara baik dan benar, agar terjalin hubungan yang sehat antara orang tua dan anak. Tulisan ini bertujuan untuk menemukan korelasi antara pola asuh toxic parenting  dan hadis, serta mengeksplorasi tindakan preventif yang ditawarkan oleh Rasulullah. Metode yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif melalui studi kepustakaan (library research) dengan pendekatan psikologi. Hasil atas kajian ini, 1) Hadis riwayat Tirmidhi: 1911 secara umum menjelaskan mengenai pandangan Nabi terhadap pola asuh toxic parenting. 2) Pemaknaan kandungan hadis di dalamnya mengenai pola asuh anak yang baik dan penuh kasih sayang. 3) Dampak bagi anak atas pola asuh toxic parenting dalam sudut pandang psikologi. 4) Tindakan preventif yang ditawarkan untuk mecegah pola asuh toxic parenting.