Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KONSTRUKSI MAKNA FASHION DALAM PENGGUNAAN MASKER DI INSTAGRAM Iin Soraya; Mareta Puri Rahastine; Ganjar Wibowo
J-IKA : Jurnal Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI Bandung Vol 8, No 2 (2021): September 2021
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (890.368 KB) | DOI: 10.31294/kom.v8i2.10738

Abstract

In the era of covid 19 masks have become a necessity in activities, the obligation to use masks for daily use, this makes masks more and more stylish. One of the fashion styles that creates fashion masks is Gerry Yo. Gerry's fashion masks are regularly uploaded on social media, namely Instagram. The photos of masks uploaded to Gerry Yo's account are a symbol that masks with various fashion patterns, accessories and styles are different from masks in general. By using sequins even to the Swarovski stone. The purpose of this study is to describe the construction of the meaning of fashion in the use of masks on Instagram. The theory used in this research is the theory of social reality construction, the paradigm used is the constructivism paradigm. The method used is descriptive qualitative with analytical knife using triangle meaning semiotics Charles Sanders Pierce Semiotics. The result of the research is that the reality that you want to build on the @gerryyoheadpiece instagram account creates a new culture with masks as fashion, using masks is still trendy. Furthermore, it is objective about the depiction of women using masks but still beautiful. Externalization describes the use of masks that used to be considered for health but this time for glamorous fashion. The meaning built on Instagram @gerryyoheadpiece is that masks can now express high social class for a woman.
Representasi Perempuan dalam Film Siti Ganjar Wibowo
Nyimak: Journal of Communication Vol 3, No 1 (2019): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (895.561 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v3i1.1219

Abstract

Film berjudul Siti yang disutradarai oleh Eddie Cahyono berhasil memenangkan ajang Festival Film Indonesia pada 2015. Film yang ditayangkan terbatas ini berkisah mengenai peran seorang ibu, istri, sekaligus pencari nafkah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan representasi perempuan dalam film Siti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotika Roland Barthes. Dari film ini, setidaknya ada tiga hal yang bisa dikemukakan sebagai penekanan. Pertama, film ini tidak keluar dari sosok Siti (sosok perempuan yang lemah, tabah, dan kuat). Kedua, unsur lokalitas tetap dibangun tanpa dipermainkan. Ketiga, sajian sinematik yang minimalis dan sederhana menjadikan setiap pesan dalam film ini bisa tersampaikan dengan baik. Sekalipun film ini hadir dalam ruang kontradiktif satu sama lain, karena mengangkat dan menggambarkan sosok perempuan Jawa yang hidup dalam kesumukan budaya patriarkal, bukan berarti film ini membawa/menyuarakan paradigma feminis atau keadilan/ketidakadilan gender.Kata Kunci: Siti, perempuan Jawa, patriarkal, film The film titled Siti, directed by Eddie Cahyono, won Indonesian Film Festival in 2015. The limited screened film revolves around the role of a mother, wife, and breadwinner. This study aims to describe the representation of women in the film Siti. This study uses a qualitative approach with Roland Barthes's semiotic method. From this film, there are at least three things that can be put forward as emphasis. First, this film did not come out of the figure of Siti (a weak, steadfast and strong woman). Second, the element of locality is still built without being mocked. Third, a minimalist and simple cinematic presentation makes every message in this film well conveyed. Even this film is present in contradictory space with one another because raising and describing Javanese women who live in the patriarchal culture, it does not mean that this film brings out the feminist paradigm or gender justice/injustice.Keywords: Siti, Javanese women, patriarchy, film
Dramaturgi Dalam Membentuk Persentasi Diri Presenter Ganjar Wibowo; Iin Soraya
Jurnal Komunikasi Vol 14, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/jkom.v14i1.14650

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisa presentasi diri presenter menggunakan pendekatan Teori  Dramaturgi milik Erving Goffman sebagai main teory. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa presentasi diri presenter, mendeskripsikan dan menganalisa front stage dan back stage presenter, dan mendeskripsikan dan menganalisa komunikasi verbal dan non verbal presenter. Jenis penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan studi dramaturgi, pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam presenter sebagai key forman dan Informan pendukung lainnya. Analisa data menggunakan model interaktif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yaitu presentasi diri presenter yang terjadi dalam dua wilayah yaitu front stage (wilayah depan) dan back stage (wilayah belakang). Dalam wilayah depan presenter selalu mempersiapkan dan mempresentasikan diri secara sempurna dan penuh perencanaan yang baik sehingga tujuan pencitraan diri tercapai. Sedangkan wilayah belakang penuh dengan strategi yang disiapkan untuk wilayah depan. Pesan verbal dan non verbal ini yang menjadi akan selalu ada di panggung depan sebuah aktor. Yang menarik dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran bahwa panggung depan tersebut,  presenter melakukan manipulasi diri, dengan menampilkan perilaku yang baik dan sempurna. Pada akhirnya presentasi diri yang akan ditampilkan presenter di hadapan khalayak.
Komodifikasi Adzan Magrib Ramadan Kartun Upin-Ipin di MNC TV Wibowo, Ganjar; Saefuddin, Bunnaya
CommLine Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/cl.v7i2.1851

Abstract

Through the media political economy approach, this study reveals how the commodification performed on impressions insertion  Adzan Maghrib  animation Upin Ipin in the month of Ramadan which took place in Station Media Nusantara Citra Televisi (MNCTV) Jakarta. The results showed that the commodification shows inset Adzan Maghrib Ramadan took place behind the ideology of the political economy of the media. Commodification of the Adzan Maghrib Ramadan Upin-Ipin animation study of content, workers and audiences. Outside Ramadan Adzan Maghrib a regular insertion program but during Ramadan maghrib call to prayer was turned into a privileged, by the media workers trafficked profit even doubled. This study uses a critical paradigm with a qualitative approach. In the process of commodification of the Adhan maghrib animation Upin-Ipin Ramadan  the practice of trade transactions and multiple profits involving elements, content of workers and the audience.
Analisis Foto Instagram Publik Figur Politik Indonesia Melalui Pendekatan Structuralism Pierre Bourdieu Ganjar Wibowo; Manik Sunuantari; Iin Soraya; Imsar Gunawan
Jurnal Media Penyiaran Vol. 4 No. 2 (2024): Desember (2024)
Publisher : LPPM UBSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/jmp.v4i2.8076

Abstract

Media sosial adalah wadah untuk berkomunikasi dan berbagi aktivitas sehari-hari atau penting melalui tulisan atau foto. Instagram adalah salah satu platform jejaring sosial yang paling umum digunakan. Public figur tampaknya menjadi simbol bagi mereka. Apa yang mereka lakukan dapat dilihat di Instagram. Di Instagram, mereka memiliki banyak penggemar (mengikuti). Citra yang mereka bangun menggunakan Instagram didasarkan pada konsep diri yang mereka kembangkan melalui personal branding. Artikel ini mengulas dua akun Instagram public figure politik, yaitu Ganjar Pranowo (ganjar_pranowo), Ridwan Kamil (ridwankamil), berdasarkan karakter akun masing-masing dan bagaimana mereka menggambarkan diri mereka sebagai public figure politik melalui Instagram melalui berbagai aktivitas dan pola yang ditunjukkan melalui unggahan fotografi atau tulisan. Pembahasan ini menggunakan teori struktural konstruktif atau teori praktik sosial berdasarkan habitus, ranah, modal, dan kekerasan simbolik yang dikembangkan oleh Pierre Bourdieu. Dari artikel ini dapat disimpulkan bahwa ketika public figure politik muncul di media sosial, mereka membayangkan diri mereka sebagai public figur politik dan berusaha menampilkan diri mereka sebaik mungkin dengan menggunakan modal ekonomi, budaya, sosial, dan simbolik untuk tampil mendominasi. Selanjutnya, dampak pada akun public figure politik dapat digambarkan sebagai pelabelan masyarakat atas dominasi simbolik.
Citra Crazy Rich Indonesia Di Instagram Melalui Prespektif Structuralism Pierre Bourdieu Wibowo, Ganjar; Sunuantari, Manik; Annisarizki, Annisarizki; Soraya, Iin; Gunawan, Imsar
Jurnal Cyber PR Vol 5, No 1 (2025)
Publisher : University of Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/cyberpr.v5i1.5333

Abstract

Media sosial telah menjadi ruang penting bagi individu untuk berkomunikasi, berbagi aktivitas, dan membentuk citra diri, baik melalui tulisan maupun visual. Instagram, sebagai salah satu platform jejaring sosial yang paling populer, menjadi etalase digital bagi berbagai ekspresi kehidupan, termasuk gaya hidup mewah. Dalam konteks ini, istilah “crazy rich” muncul sebagai label simbolik yang melekat pada individu-individu yang menampilkan kekayaan dan kemewahan secara mencolok. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji praktik sosial yang dibangun oleh empat figur publik Indonesia yang dikenal sebagai crazy rich melalui akun Instagram mereka: @juragan_99, @raffinagita1717, @_rudysalim, dan @ahmadsaroni88. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teori praktik sosial Pierre Bourdieu sebagai landasan analisis, khususnya konsep habitus, ranah, dan kekerasan simbolik. Penelitian ini menyoroti bagaimana keempat akun membangun personal branding melalui visualisasi aset, aktivitas dan jejaring sosial, yang kemudian memunculkan dominasi simbolik di ruang digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan berbagai bentuk modal secara strategis berkontribusi pada terbentuknya citra sebagai individu sukses dan kaya. Citra tersebut mendapatkan pengakuan sosial dari publik, tercermin melalui interaksi digital serta pelabelan simbolik sebagai crazy rich.
Pembelajaran Fun Learning dalam Peningkatan Kapasitas Bahasa Inggis Siswa SD di RPTRA Taman Batu Jakarta Selatan Sunuantari, Manik; Wibowo, Ganjar; Gunawan, Imsar; Aydin, Phoenix Bilal
Jurnal PKM: Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 8, No 2 (2025): Jurnal PKM: Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/jurnalpkm.v8i2.29069

Abstract

English is an international language used in interactions between nations. The ability to speak English is one of the requirements to enter the global world. As an international language, vocabulary acquisition is not possible instantly. The problem that children often face is limited access to learning and the difficulty of learning foreign languages when children also have to learn the national language, namely Indonesian. The community service activity chosen was to increase the English language capacity of elementary school students in the Child Friendly Open Public Space (RPTRA) Taman Batu Selatan. This activity is intended so that children who live in the Menteng area of South Jakarta have the opportunity to learn English outside of school. This activity is provided for children who have less access to learning English. Learning is carried out with fun learning methods in order to create a pleasant learning atmosphere for participants. The results obtained in this activity show that there is an increase in the number of English words and students begin to understand the importance of mastering English in the global era. Even participants can repeat the learning obtained by sharing stories with other peers.