Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

STUDI PERKEMBANGAN PROPERTI PERUMAHAN GRAHA RAYA BINTARO TANGERANG SELATAN Yudi, Christopher Hans Putraning; Bella, Priyendiswara Agustina; Tjung, Liong Ju
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27506

Abstract

Graha Raya Bintaro, established in 1997 with a land area of 350 hectares and having developed 2/3 of the total land, is the primary focus of this study titled "Study on the Development of Residential Properties in Graha Raya Bintaro, South Tangerang." The background of the development of this area involves direct field surveys and interviews with the development management to obtain primary data, while secondary data is gathered from literature and open information portals. The research problem formulation focuses on a profound understanding of the development of residential properties in the region. The research methodology includes direct field surveys and interviews with the development management to obtain primary data, while secondary data is collected from literature and open information portals. The research objective is to analyze trends in the development of residential properties, considering factors such as strategic location and quality public facilities. The importance of the location is further reinforced by the plan to develop Phase 3 of the MRT, which will connect Tangerang to Jakarta, starting in August 2024. One of the MRT Phase 3 stations is planned to be built in the vicinity of the study area, approximately 3 kilometers from the study location. In addition to the MRT, there are also plans for additional connecting transportation to assist the community in accessing existing MRT stations. The research findings are expected to provide a holistic view for developers, stakeholders, and prospective buyers in addressing the changing dynamics of the residential property market in Graha Raya Bintaro. Keywords:  growth; houses;  property Abstrak Graha Raya Bintaro, didirikan pada tahun 1997 dengan luas lahan mencapai 350 hektar dan telah membangun 2/3 dari total lahan, menjadi fokus utama studi ini berjudul "Studi Perkembangan Properti Perumahan Graha Raya Bintaro, Tangerang Selatan." Latar belakang pengembangan kawasan ini melibatkan survei langsung ke lapangan dan wawancara dengan manajemen pengembang untuk mendapatkan data primer, sementara data sekunder dikumpulkan dari literatur dan portal informasi terbuka. Rumusan masalah penelitian ini berfokus pada pemahaman mendalam tentang perkembangan properti perumahan di kawasan tersebut. Metode penelitian melibatkan survei langsung ke lapangan dan wawancara dengan manajemen pengembang untuk mendapatkan data primer, sementara data sekunder dikumpulkan dari literatur dan portal informasi terbuka. Tujuan penelitian adalah menganalisis tren perkembangan properti perumahan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti lokasi yang strategis dan fasilitas umum berkualitas. Pentingnya lokasi semakin diperkuat dengan rencana pembangunan MRT Fase 3 yang akan menghubungkan Tangerang dengan Jakarta, dimulai pada Agustus 2024. Salah satu stasiun MRT Fase 3 direncanakan akan dibangun di kawasan dekat lokasi studi, sekitar 3 kilometer dari lokasi studi. Selain MRT, juga direncanakan akan ada transportasi penghubung tambahan yang membantu masyarakat mengakses stasiun MRT yang ada. Hasil penelitian diharapkan memberikan pandangan holistik bagi pengembang, pemangku kepentingan, dan calon pembeli dalam menghadapi perubahan dinamika pasar properti perumahan di Graha Raya Bintaro.
FAKTOR – FAKTOR LOKASI YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL RUMAH DI KECAMATAN SAWANGAN KOTA DEPOK Setia, Nadia Vinieta; Bella, Priyendiswara Agustina; Tjung, Liong Ju
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27509

Abstract

Sawangan is one of the districts with the lowest population density in the city of Depok. The rapid development in Sawangan is attributed to numerous residential areas constructed by renowned developers such as Sinarmas Land and Ciputra Group. Residential property prices in this location also experience annual increases. Despite being quite distant from the city center, reaching the nearest MRT station from Sawangan takes approximately 45 minutes by motorcycle. This research aims to determine how location factors influence the sale prices of houses in the Sawangan district based on these issues. The study involves multiple regression analysis and quantitative analysis. Using SPSS test results, it is indicated that location significantly affects the selling prices of residences in Sawangan. This is evident from the positive correlation observed in the sale prices of properties in Sawangan, Depok, where the positive constant value (a) of 52498.678 indicates a positive correlation between independent variables and property sale prices. Furthermore, the dominant location factor affecting house prices in Sawangan is the accessibility to public transportation, with a regression coefficient value of -3252.669, indicating that for every 1  km increase in the public transportation variable, the property sale price decreases by -3252.669, assuming other variables remain constant. Keywords:  location factors, sawangan district; selling prices Abstrak Sawangan merupakan salah satu kecamatan yang memiliki angka kepadatan penduduk terendah di Kota Depok. Perkembangan pesat di Kecamatan Sawangan tak lepas dari banyaknya kawasan pemukiman yang dibangun oleh pengembang ternama seperti Sinar Mas Land dan Ciputra Group. Harga jual hunian di lokasi ini juga mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kawasan ini sebenarnya terletak cukup jauh dari pusat kota. Melihat kondisi eksisting saat ini, untuk mencapai stasiun MRT terdekat dari Kecamatan Sawangan saja memakan waktu kurang lebih 45 menit dengan menggunakan sepeda motor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana faktor lokasi mempengaruhi harga jual perumahan di kawasan Kecamatan Sawangan berdasarkan permasalahan tersebut. Penelitian ini mencakup analisis regresi berganda serta analisis kuantitatif. Dengan menggunakan hasil uji SPSS, ditunjukkan bahwa lokasi berpengaruh terhadap harga jual hunian. Hal ini dibuktikan dari hasil yang positif seiring dengan harga jual perumahan di Kecamatan Sawangan, Kota Depok dimana nilai konstanta (a) positif sebesar 52498,678 menunjukkan korelasi positif antara variabel independen dan harga jual properti. Kemudian untuk faktor-faktor lokasi sendiri yang tergolong dominan mempengaruhi harga jual rumah di Kecamatan Sawangan adalah keterjangkauan dengan transportasi umum dengan nilai koefisien regresi sebesar -3252,669 yang berarti jika variabel transportasi umum mengalami kenaikan 1 Km, maka sebaliknya variabel harga jual akan mengalami penurunan sebesar -3252,669. Dengan asumsi bahwa variabel lainnya dianggap konstan.
ANALISIS KONDISI FASILITAS DAN TINGKAT PELAYANAN PASCA RENOVASI STASIUN JATINEGARA Paulsone, Yosef Mariano Amando; Bella, Priyendiswara Agustina; Tjung, Liong Ju
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27510

Abstract

A train station is a train operating facility or a place where trains stop regularly for boarding and disembarking passengers and loading and unloading goods. In general, each station has a main building that provides additional services such as ticket sales, supporting facilities, and waiting rooms and platforms prepared for travel routes. Based on Government Regul4tion of the Republic of Indonesia Number 56 of 2009, stations are places where trains depart and stop with integration between the train line network and other train line networks as well as with other modes of transportation carried out at the station. Based on Law of the Republic of Indonesia Number 27 of 2007 article 35, a train station functons as a place where train dep4rt or stop to s3rve passengers on and off, loading and unloading goods, and/or for train operation purposes. Stations for passengers getting on and off are at least equipped with facilities. Jatinegara Station is a grade A station and is a transit station that connects 3 lines, namely Pasar Senen Station, Manggarai Station, and the train line to Cikarang /Bekasi. Every day Jatinegara Station is passed by hundreds of trains so it is quite busy because many trains come. and went to pick up and drop off the passengers. Facilities at the station must be met for the comfort of KRL users, therefore facilities and infrastructure are needed at a station. After the renovation of Jatinegara Station, several improvements such as physical buildings and supporting facilities have been completed with several additional facilities. Keywords: Jatinegara Station function; Jatinegara Station renovation; train station Abstrak Stasiun kereta api merupakan sarana atau fasilitas untuk kereta api berhenti dengan teratur, juga sebagai tempat untuk turun naik penumpang serta bongkar muat barang. Pada umumnya setiap stasiun memiliki bentuk fisik bangunan utama yang di dalamnya disediakan layanan seperti penjualan tiket, fasilitas penunjang, dan ruang tunggu serta peron yang disiapkan untuk rute perjalanan. Berdasarkan PP Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2009 stasiun merupakan tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api dengan keterpaduan antar jaringan jalur kereta api dengan jaringan jalur kereta api lain serta dengan moda transportasi lain yang dilakukan di stasiun. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 pasal 35 Stasiun Kereta Api berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani naik turun penumpang, bongkar buat barang, dan/atau keperluan operasi kereta api. Stasiun untuk keperluan naik turun penumpang sekurang-kurangnya dilengkapi fasilitas. Stasiun Jatinegara merupakan stasiun dengan grade A sebagai stasiun transit dari 3 jalur, yaitu Stasiun Pasar Senen, Stasiun Manggarai, dan jalur kereta arah ke Cikarang/Bekasi. Setiap harinya Stasiun Jatinegara dilewati oleh ratusan kereta api sehingga cukup sibuk karena banyak kereta yang datang dan pergi untuk menjemput serta mengantar para penumpang. Fasilitas dalam stasiun harus terpenuhi guna kenyamanan para pengguna KRL. Oleh karena itu diperlukan fasilitas baik sarana maupun prasarana pada suatu stasiun. Pasca renovasi Stasiun Jatinegara beberapa peningkatan seperti bangunan fisik dan fasilitas penunjang sudah terselesaikan dengan beberapa penambahan fasilitas.
ANALISIS PENGELOLAAN TEPIAN SUNGAI MAHAKAM STUDI KASUS MAHAKAM LAMPION GARDEN DI KOTA SAMARINDA Kahat, Alesya Gabriella; Bella, Priyendiswara Agustina
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i2.30867

Abstract

Riverbanks play an important role in supporting the ecosystem, urban aesthetics, and the socio-economic life of the surrounding community. This study aims to analyze the management of the Mahakam Riverbanks with a case study of Mahakam Lampion Garden in Samarinda City. This research uses qualitative methods with a descriptive approach to explore how Mahakam Lampion Garden is managed and its impact on the environment and the local community. Data were collected through in-depth interviews with management officials, field observations, and related document analysis. The results of the study indicate that the management of Mahakam Lampion Garden has made a positive contribution to improving environmental quality, urban aesthetics, and community welfare. This area has become one of the leading tourist destinations that attract many visitors, which in turn has a significant economic impact on the local residents. However, this study also found several challenges that need to be addressed, such as cleanliness issues, maintenance of public facilities, and suboptimal waste management. Recommendations from this study include increasing community awareness and participation in maintaining environmental cleanliness, as well as developing more sustainable management policies. With the implementation of these recommendations, it is expected that the management of Mahakam Lampion Garden can be continuously improved to support environmental sustainability and community welfare along the Mahakam Riverbanks Keywords: infrastructure; mahakam lantern garden; mahakam river; riverbank management; riverbanks Abstrak Tepian sungai memiliki peran penting dalam mendukung ekosistem, estetika kota, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan tepian Sungai Mahakam dengan studi kasus Mahakam Lampion Garden di Kota Samarinda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk mengeksplorasi bagaimana Mahakam Lampion Garden dikelola serta dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat setempat. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pihak pengelola, observasi lapangan, dan analisis dokumen terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan Mahakam Lampion Garden telah memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kualitas lingkungan, estetika kota, dan kesejahteraan masyarakat. Area ini telah menjadi salah satu destinasi wisata unggulan yang menarik banyak pengunjung, yang pada gilirannya memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi penduduk setempat. Penelitian ini juga menemukan beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti masalah kebersihan, pemeliharaan fasilitas umum, dan pengelolaan sampah yang belum optimal. Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini mencakup peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, serta pengembangan kebijakan pengelolaan yang lebih berkelanjutan. Dengan implementasi rekomendasi tersebut, diharapkan pengelolaan Mahakam Lampion Garden dapat terus ditingkatkan untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sepanjang tepian Sungai Mahakam.
STUDI ANALISIS LOKASI PADA LAHAN GRAND RESIDENCE CITY DI CIMUNING, BEKASI Leonand, Yohanes; Bella, Priyendiswara Agustina
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i2.30932

Abstract

Grand Residence City is a highly promising property development project with a total land area of 100 hectares, consisting of 9 clusters and commercial areas. The project aims to develop a luxurious and modern residential area located in the city center. The development of Grand Residence City is in response to the increasing demand for residential housing. The Grand Residence City area boasts several attractive facilities, including a recreational lake, green parks, a football field, a clubhouse, and a commercial area featuring culinary centers. Grand Residence City has a vision of developing a sustainable and modern project. The research aims to assess the accessibility, proximity to activity centers, infrastructure, and infrastructure plans for the study object's location. The required data include primary data obtained through direct surveys and interviews, as well as secondary data from journals and open portals. Based on the conducted analysis, the research results indicate that the land location is relatively inaccessible due to its considerable distance from activity centers and the limited availability of public transportation passing in front of the study object, necessitating transit. However, it has two access points from nearby toll roads. Within a 2 km radius, the construction of the JORR 2 toll road, namely the Cibitung-Cimanggis toll road, is underway, facilitating access to the study object's land. Keywords:  accessibility; infrastructure; location Abstrak Grand  Residence City merupakan sebuah proyek pengembangan properti yang sangat menjanjikan yang memiliki luas total lahan sebesar 100 Ha serta 9 cluster dan area komersial. Grand Residence City sendiri memiliki tujuan yaitu mengembangkan Kawasan hunian mewah serta modern yang terletak di pusat kota. Pembangunan proyek dari Grand Residence City sendiri dilakukan mengingat kebutuhan perumahan residensial semakin meningkat. Kawasan Grand Residence  City memiliki beberapa fasilitas yang sangat menarik   seperti danau rekreasi, taman hijau, lapangan sepak bola, club house dan area komersil berupa pusat kuliner. Grand Residence City memiliki visi yaitu mengembangkan proyek yang berkelanjutan/sustainable dan modern. Tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui mengetahui aksesibilitas, kedekatan dengan pusat kegiatan, infrastruktur serta rencana infrastruktur dari lokasi objek studi. Data-data yang dibutuhkan terdiri dari data primer seperti survey secara langsung dan wawancara, sedangkan untuk data sekunder yang dibutuhkan seperti jurnal dan portal-portal terbuka. Berdasarkan analisis yang dilakukan, hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa lokasi lahan relatif tidak mudah diakses karena tergolong cukup jauh dari pusat kegiatan dan minim nya transportasi umum dari berbagai jurusan yang melewati depan objek studi yang mengharuskan untuk melakukan transit, tetapi memiliki 2 akses dari jalan tol yang relatif cukup dekat. Dalam radius 2 km sedang dibangun jalan tol JORR 2, yaitu jalan tol Cibitung-Cimanggis, yang mempermudah akses dari lahan objek studi.
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG KAWASAN REKREASI DAN KULINER RIMBA JAYA KOTA TANJUNGPINANG Simanungkalit, Chris Nathan Conrad; Bella, Priyendiswara Agustina
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i2.30935

Abstract

The Rimba Jaya area is an area of 9.8 hectares that has recreational activities along with trade and services that are the prima donna for Tanjungpinang City residents to spend time with family or friends in the afternoon until night. The Rimba Jaya area experienced a decrease in visitors due to the outbreak of the COVID-19 pandemic which resulted in many tenants also leaving the Rimba Jaya area, which further worsened the situation. Research in the Rimba Jaya area as the object of this research was carried out to see if there are several things that need to be done such as arranging the designation that is worth maintaining and by utilizing the spaces in it which are expected to attract the attention of visitors. The main purpose of this study is to identify the need for space and provide the minimum area needed in the arrangement of the Rimba Jaya Area. The identification of space utilization will refer to the results of the best practice analysis. Then the calculation of the area of space requirements from the best practice analysis is carried out by finding out the land capacity, then calculating the area needed from the concept adapted from the best practice analysis. The research method used is qualitative analysis through interviews, document collection, and observation. The results of this study show that there are several concepts that can be planned in the use of space in the Rimba Jaya Area, so that referring to this concept, the results of the area of space needed for additional space utilization in the Rimba Jaya Area are obtained. Keywords: cullinary; recreation; spatial requirements; zoning               Abstrak Kawasan Rimba Jaya merupakan sebuah kawasan seluas 9,8 hektar yang memiliki aktivitas rekreasional beserta perdagangan dan jasa yang menjadi primadona bagi warga Kota Tanjungpinang untuk menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman di sore hingga malam hari. Kawasan Rimba Jaya mengalami penurunan pengunjung akibat merebaknya pandemi COVID-19 yang mengakibatkan banyak tenant juga ikut meninggalkan Kawasan Rimba Jaya yang semakin memperburuk keadaan. Penelitian di Kawasan Rimba Jaya sebagai obyek penelitian ini dilakukan dengan untuk melihat apakah terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan seperti melakukan penaataan terhadap peruntukkan yang layak dipertahankan serta dengan memanfaatkan ruang-ruang di dalamnya yang diharapkan dapat menarik kembali perhatian pengunjung. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan ruang serta memberikan luasan minimum yang dibutuhkan dalam penataan Kawasan Rimba Jaya. Identifikasi pemanfaatan ruang akan mengacu kepada hasil dari analisis best practice. Kemudian perhitungan luas  kebutuhan ruang dari analisis best practice dilakukan dengan mencari tahu kapasitas lahan, kemudian menghitung luas yang dibutuhkan dari konsep yang diadaptasi dari analisis best practice. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kualitatif melalui wawancara, pengumpulan dokumen, dan observasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa konsep yang bisa direncanakan dalam pemanfaatan ruang di Kawasan Rimba Jaya sehingga mengacu kepada konsep tersebut didapati hasil luas ruang yang dibutuhkan untuk penambahan pemanfaatan ruang di Kawasan Rimba Jaya.
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK 4 SEGMEN KORIDOR JALAN UTAMA KOTA TANGERANG SELATAN (JL. PAHLAWAN SERIBU, JL. KAPTEN SOEBIANTO DJOJOHADIKUSUMO, JL. RAYA RAWABUNTU, DAN JL. BUARAN) Andini, Finella; Herlambang, Suryono; Bella, Priyendiswara Agustina
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 1 (2025): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i1.33941

Abstract

A good road corridor is one that pays attention to functionality, quality, and aesthetics, all optimized to meet road corridor planning standards. The profile of physical conditions in this study aims to determine the existing conditions regarding road user comfort, visual quality, and whether they can support the functions along the corridor. Since the road in the corridor of the research object functions as the main access road, it is a crucial route for road users traveling from both outside and within the city to reach areas around the corridor. This research was conducted in South Tangerang City, Serpong District, specifically in the corridor of Jalan Pahlawan Seribu, Jalan Kapten Soebianto Djojohadikusumo, Jalan Raya Rawabuntu, and Jalan Raya Buaran. In its existing condition, the road corridor is divided into four segments based on the intersections separating the four roads. This study examines the physical anatomy of the corridor, which includes roads, pedestrian paths, and building types, along with access and circulation, complementary elements of the corridor such as parking and public transportation stops, landscape elements including vegetation and street furniture, and finally, the supporting activities along the corridor. The method used is descriptive, reflecting on road corridor planning standards and ITDP, to evaluate the physical condition of the corridor. The results showed that understanding the existing conditions of the corridor can provide suggestions for improving its quality. Keywords: Functionality; ITDP; Street Corridor; Visual Quality Abstrak Koridor jalan yang sempurna adalah koridor jalan yang memperhatikan fungsionalitas, kualitas, dan estetika secara optimal terhadap standar perencanaan koridor jalan. Profil terhadap kondisi fisik pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting mengenai kenyamanan pengguna jalan, kualitas visual, dan dapat mendukung fungsi yang terdapat di sepanjang koridor. Mengingat bahwa jalan yang berada di koridor objek penelitian difungsikan sebagai jalan utama yang menjadi akses penting bagi pengguna jalan yang berasal dari luar kota maupun dalam kota untuk mencapai kawasan di sekitar koridor. Penelitian ini dilakukan di Kota Tangerang Selatan, Kecamatan Serpong, yaitu pada koridor Jalan Pahlawan Seribu, Jalan Kapten Soebianto Djojohadikusumo, Jalan Raya Rawabuntu, dan Jalan Raya Buaran. Pada kondisi eksisting, koridor jalan dibagi menjadi empat segmen berdasarkan persimpangan yang memisahkan keempat jalan tersebut. Kajian ini membahas tentang anatomi fisik koridor meliputi jalan, jalur pejalan kaki, dan tipe bangunan, kemudian akses dan sirkulasi, elemen pelengkap koridor meliputi parkir dan titik pemberhentian transportasi umum, kemudian lanskap meliputi vegetasi dan furnitur jalan, dan yang terakhir yaitu aktivitas pendukung pada koridor. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang berkaca berdasarkan standar perencanaan koridor jalan dan ITDP, untuk membahas kondisi fisik koridor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan mengetahui kondisi eksisting yang terdapat pada koridor Jalan Pahlawan Seribu, Jalan Kapten Soebianto Djojohadikusumo, Jalan Raya Buaran, dan Jalan Buaran Raya dapat memberikan saran dalam meningkatkan kualitas dan keselamatan pada koridor yang lebih baik.
ANALISIS KONEKTIVITAS SIMPANG TEMU LEBAK BULUS DALAM MENGHUBUNGKAN STASIUN MRT LEBAK BULUS TERHADAP JUMLAH PENGUNJUNG MALL POINS Putri, Michelle; Bella, Priyendiswara Agustina; Suryadjaja, Regina
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 1 (2025): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i1.33942

Abstract

Jakarta, as one of the largest metropolitan cities in Indonesia, continues to improve its public transportation system to support the growing mobility needs of its population. One of the key initiatives in this effort is the construction of Simpang Temu Lebak Bulus, which serves as a connector between Lebak Bulus MRT Station and Poins Mall. This project is a collaboration between PT MRT Jakarta, as the MRT operator, and PT Menara Prambanan, the developer of Poins Mall. The strategic location of Poins Mall, near the transit-oriented area of Lebak Bulus, makes it a vital point in the existing public transportation network. Simpang Temu Lebak Bulus is designed to provide convenient pedestrian access, featuring a safe and comfortable pedestrian bridge. This infrastructure is expected not only to enhance the convenience of public transportation users but also to drive local economic growth by attracting more visitors to Poins Mall. This research aims to analyze the impact of Simpang Temu Lebak Bulus on the number of visitors to Poins Mall. Traffic flow analysis methods will be used to measure the percentage of pedestrians passing through and their destinations, as well as to evaluate the effectiveness of the built infrastructure. The results of this study are expected to provide valuable recommendations for stakeholders, including the government and developers, in efforts to increase the number of visitors to Poins Mall and improve public transportation infrastructure in Jakarta. Therefore, Simpang Temu Lebak Bulus can significantly contribute to improving the quality of life of the community and the development of the surrounding area. Keywords:  Connectivity; Lebak Bulus MRT Station; Pedestrian Flow; Poins Mall; Simpang Temu Lebak Bulus Abstrak Jakarta sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia, terus berupaya meningkatkan sistem transportasi publiknya untuk mendukung mobilitas masyarakat yang semakin meningkat. Salah satu inisiatif penting dalam hal ini adalah pembangunan Simpang Temu Lebak Bulus, yang berfungsi sebagai penghubung antara Stasiun MRT Lebak Bulus dan Mal Poins. Proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara PT MRT Jakarta, sebagai pengelola MRT, dan PT Menara Prambanan, yang bertindak sebagai pengembang Mal Poins. Lokasi Mal Poins yang strategis, dekat dengan kawasan berorientasi transit Lebak Bulus, menjadikannya titik penting dalam jaringan transportasi publik yang ada. Simpang Temu Lebak Bulus dirancang untuk memberikan kemudahan akses bagi pejalan kaki, dengan menyediakan jembatan penyeberangan yang aman dan nyaman. Infrastruktur ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kenyamanan pengguna transportasi publik, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan menarik lebih banyak pengunjung ke Mal Poins. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Simpang Temu Lebak Bulus terhadap jumlah pengunjung Mal Poins. Metode penghitungan arus lalu lintas akan digunakan untuk mengukur persentase pejalan kaki yang melintas dan tujuan mereka, serta untuk mengevaluasi efektivitas infrastruktur yang telah dibangun. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang berguna bagi pihak terkait, termasuk pemerintah dan pengembang, dalam upaya meningkatkan jumlah pengunjung Mal Poins dan memperbaiki infrastruktur transportasi publik di Jakarta. Dengan demikian, Simpang Temu Lebak Bulus dapat berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan pengembangan kawasan sekitarnya.
EVALUASI TAMAN LANSIA DI KOTA BANDUNG DENGAN KONSEP PLACE-KEEPING Utama, Heidi Surya; Bella, Priyendiswara Agustina
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 1 (2025): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i1.33944

Abstract

Thematic parks, including green open spaces (GOS), play a strategic role in enhancing urban residents' quality of life through their ecological, economic, social, and aesthetic functions. This study focuses on Taman Lansia (Elderly Park) in Bandung City, which, despite its high potential, currently experiences functional decline due to poor post-pandemic management. Using the place-keeping framework, this research aims to analyze the park's potential and challenges while providing sustainable management recommendations. Primary data were collected through field surveys, interviews, documentation, and questionnaires, while secondary data were obtained from literature sources. The analysis employed descriptive, crosstab, and comparative methods to evaluate the park's existing conditions based on the four main functions of GOS. The findings reveal significant challenges in Taman Lansia, such as deteriorated physical conditions, lack of community engagement, and insufficient elderly-friendly facilities. However, the park still holds substantial potential, especially with the integration of ecological and social functions. Recommendations include infrastructure improvements, provision of senior-friendly facilities, and strengthening collaborations with local communities to support the place-keeping concept. This study underscores the importance of sustainable management to enhance the functionality of urban GOS, particularly in Bandung City, as part of efforts to create a more comfortable, inclusive, and sustainable urban environment. Keywords:  elderly park; green open space; place-keeping ; sustainable management ; thematic parks Abstrak Taman tematik, termasuk ruang terbuka hijau (RTH), memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan melalui fungsi ekologis, ekonomi, sosial, dan estetika. Penelitian ini berfokus pada Taman Lansia di Kota Bandung, yang meskipun memiliki potensi tinggi, saat ini mengalami penurunan fungsi akibat kurangnya pengelolaan pasca-pandemi. Berdasarkan kerangka place-keeping, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan permasalahan yang dihadapi taman ini serta memberikan rekomendasi pengelolaan yang berkelanjutan. Data primer dikumpulkan melalui survei lapangan, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner, sementara data sekunder diperoleh dari berbagai sumber literatur. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif, crosstab, dan komparatif untuk mengevaluasi kondisi eksisting taman berdasarkan empat fungsi utama RTH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Taman Lansia memiliki berbagai tantangan, seperti kondisi fisik yang tidak layak, kurangnya aktivitas komunitas, serta minimnya fasilitas yang mendukung kebutuhan lansia. Namun, potensi taman ini tetap besar, terutama jika mempertimbangkan integrasi fungsi ekologis dan sosial. Rekomendasi meliputi perbaikan infrastruktur, penyediaan fasilitas lansia yang ramah, dan penguatan kolaborasi dengan komunitas setempat untuk mendukung konsep place-keeping. Penelitian ini menegaskan pentingnya pengelolaan berkelanjutan untuk meningkatkan fungsi RTH di perkotaan, khususnya di Kota Bandung, sebagai bagian dari upaya menciptakan kota yang lebih nyaman, inklusif, dan berkelanjutan.