Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PENGEMBANGAN PROPERTI SKALA BESAR DI KAWASAN PESISIR METROPOLITAN JAKARTA: POTENSI PASAR DAN TANTANGAN KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN Suryadjaja, Regina; Lestari, Nadia Ayu Rahma; Herlambang, Suryono
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v8i2.33496

Abstract

Pengembangan skala besar di Jabodebatek diawali dengan Bumi Serpong Damai pada tahun 1985 dan terus berkembang hingga kini dimana jumlah pengembangan skala besar di Jabodetabek saat ini mencapai 32 proyek dengan total luas lebih dari 85.000 Ha. Adapun pengembangan skala besar yang paling baru adalah Pantai Indah Kapuk. Dimulai dengan pengembangan di PIK 1 dengan luas 602 Ha pada awal 2000 dengan pengembangan pergudangan, PIK kini berkembang dengan luas total pengembangan lebih dari 8.000 Ha yang terdiri dari pengembangan di DKI Jakarta, 2 pulau reklamasi, dan pengembangan di Kabupaten Tangerang. Luas pengembangan tersebut membuat banyak peluang untuk pengembangan yang dapat dilakukan di Pantai Indah Kapuk. Namun lokasinya yang berbatasan langsung dengan Teluk Jakarta dan kedekatan dengan Kepulauan Seribu, membuat tantangan tersendiri terutama di bidang keberlanjutan lingkungan. Studi ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai peluang dan tantangan dari pengembangan skala besar di tepi pantai. Adapun studi dilakukan dengan metode spatial mapping dan analisis deskriptif yang dapat menggambarkan perkembangan dari Pantai Indah Kapuk secara spasial untuk memberikan gambaran yang lebih menyeluruh. Studi ini merupakan bagian dari studi besar mengenai Transformasi Pengembangan Skala Besar di Jabodetabek yang dilakukan oleh tim dosen di Program Studi Perencanaan Kota dan Real Estat Universitas Tarumanagara. Hasil dari studi ini adalah profil awal dari Pantai Indah Kapuk sebagai bagian dari transformasi pengembangan skala besar di Jabodetabek yang saat ini sedang berlangsung.
STUDI MITIGASI BENCANA TSUNAMI PADA KAWASAN PERMUKIMAN PESISIR, KELURAHAN PASAR LAHEWA, KABUPATEN NIAS UTARA Baeha, Fransiska Lois Maria; Herlambang, Suryono; Rahardjo, Parino
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27515

Abstract

Indonesia, a country consisting of islands, has the second-longest coastline in the world. Generally, coastal areas in Indonesia serve as centers for economic and political activities, indicating that the development of a region begins here. More than half of the population of Indonesia resides in coastal areas, well-known for their location in a subduction zone with a high potential for earthquakes and volcanic eruptions. Regions such as the west coast of Sumatra and the south of Java have significant potential for megathrust earthquakes, as seen in the major earthquake in Aceh in 2004, resulting in a devastating tsunami in several neighboring countries. An example of a coastal area that can withstand the impact of tsunamis is Pasar Lahewa Village (Onrizal, 2009). This area did not experience significant damage from wave impacts due to the settlement's position, which does not directly face the sea and is protected by mangrove forests. Nevertheless, experts warn of the possibility of a major earthquake in the Nias Islands region in the next 100 years, with the potential for tsunamis reaching 12-25 meters. With population growth and the presence of ports as transportation hubs, Lahewa District has the potential to become more densely populated. Therefore, planning adaptive coastal settlement arrangements is crucial to face future disaster threats. This research aims to provide a detailed overview of the subjects and objects of the study in the field, using a descriptive method. Keywords:  coastal settlement; spatial planning; tsunami adaptation Abstrak Indonesia, sebuah negara yang terdiri dari kepulauan, memiliki garis pantai kedua terpanjang di dunia. Pada umumnya, kawasan pesisir di Indonesia menjadi pusat aktivitas ekonomi dan politik, menandakan bahwa perkembangan suatu wilayah dimulai dari sini. Lebih dari setengah populasi penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir (Sompotan, 2010), terkenal karena letaknya di zona subduksi yang memiliki potensi tinggi untuk gempa bumi dan letusan gunung berapi. Kawasan seperti pantai barat Sumatera dan selatan Jawa memiliki potensi besar untuk gempa megathrust, seperti yang terjadi pada gempa besar di Aceh tahun 2004 yang menyebabkan tsunami dahsyat di sejumlah negara tetangga. Salah satu contoh kawasan pesisir yang dapat bertahan dari dampak tsunami adalah Kelurahan Pasar Lahewa. Wilayah ini tidak mengalami kerusakan signifikan akibat terjangan gelombang karena posisi permukiman tidak langsung menghadap laut dan dilindungi oleh hutan mangrove (Onrizal, 2009). Meskipun demikian, para ahli memperingatkan kemungkinan terjadinya gempa besar di wilayah Kepulauan Nias dalam 100 tahun ke depan, dengan potensi tsunami setinggi 12-25 meter (BPBD). Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan keberadaan pelabuhan sebagai pusat transportasi, Kecamatan Lahewa berpotensi menjadi lebih padat. Oleh karena itu, perencanaan penataan permukiman pesisir yang adaptif menjadi penting untuk menghadapi ancaman bencana di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran rinci tentang objek dan subjek penelitian di lapangan, dengan metode deskriptif.
STUDI DESTINASI WISATA BUDAYA KAWASAN TRUSMI CIREBON Kamagi, Kezia Debora; Herlambang, Suryono; Rahardjo, Parino
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27516

Abstract

The Trusmi Batik Center area is a tourist destination along the Sheikh Datul Kahfi, H. Abbas, and Trusmi roads, Weru District and Plered District, Cirebon Regency. There is a cultural value that develops in this area which is a form of cultural products that are preserved by local people who live in this District Weru and Plered, namely in the form of batik handicraft arts and local customs traditions, where the results of these cultural results become an attraction for a tourist destination, so that a tourist destination can be formed Trusmi Cirebon Batik Center Area. The attraction in this tourist destination is not only a place to sell batik, but there is also a training ground and a batik-making process that tourists can directly witness, there are historical building sites in the form of Ki Buyut Trusmi's tomb and batik cooperative buildings, and culinary tours are available, therefore this Trusmi area has the potential to be recognized and enjoyed by tourists to become a cultural tourism destination if this area is organized and managed optimally by lifting and developing cultural elements owned in the Trusmi area. The approach used in this study is with data collection methods and descriptive qualitative research methods. Based on its purpose, the implementation of this study is carried out to determine the elements of cultural elements in the Trusmi area that can be considered or become a proposal in conducting a plan for structuring tourist areas with the concept of art and cultural district and cultural heritage tourism. Keywords:  arrangment; cultural tourism area; Trusmi Batik Center Abstrak Kawasan Sentra Batik Trusmi merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di sepanjang Jalan Syekh Datul Kahfi, H. Abbas, dan Trusmi, Kecamatan Weru dan Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon. Terdapat nilai budaya yang berkembang di daerah ini yang merupakan bentuk dari hasil budaya yang dilestarikan oleh masyarakat lokal yang tinggal di Kecamatan Weru dan Plered yaitu berupa kesenian kerajinan tangan batik dan tradisi adat istiadat setempat, yang di mana hasil-hasil budaya tersebut menjadi daya tarik untuk sebuah destinasi wisata, sehingga dapat terbentuklah destinasi wisata Kawasan Sentra Batik Trusmi Cirebon. Daya tarik di destinasi wisata ini tidak hanya terdapat tempat penjualan batik, melainkan terdapat pula tempat pelatihan dan tempat proses pembuatan batik yang dapat langsung disaksikan oleh para wisatawan, terdapat situs bangunan bersejarah berupa makam Ki Buyut Trusmi dan bangunan koperasi batik, serta tersedia wisata kuliner, oleh karena itu kawasan Trusmi ini memiliki potensi untuk dikenal dan diminati oleh para wisatawan untuk dijadikan sebuah destinasi wisata budaya, apabila kawasan ini ditata dan dikelola dengan optimal dengan mengangkat dan mengembangkan unsur budaya yang dimiliki di kawasan Trusmi. Pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah dengan metode pengumpulan data dan metode penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif. Berdasarkan tujuannya pelaksanaan studi ini dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur budaya yang ada di kawasan Trusmi yang dapat dipertimbangkan atau menjadi usulan dalam melakukan rencana penataan kawasan wisata dengan konsep art and cultural district serta cultural heritage tourism.
STUDI POTENSI PENGEMBANGAN WISATA PANTAI MATRAS Aqila, Nabila Safa; Herlambang, Suryono; Rahardjo, Parino
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27517

Abstract

Bangka Belitung Province is one of the provinces in Indonesia that is famous for its natural beauty, especially its beautiful beaches and has a stretch of white sand and is often visited by local and foreign tourists. The tourism sector is one of the sources of regional income. Matras Beach is one of the popular beaches in bangka district that is visited by many. Matras Beach has a length of 1.3 km with an existing land area of 19 Ha and a planning area of 23 Ha which is located in Matras Village, Sungailiat District, bangka district. Matras Beach is easily accessible to tourists and has natural potential such as freshwater streams, vegetation and white sand beaches that can be utilized as attractions. However, the physical condition also has several problems such as abrasion and tin mining activities in Matras Beach waters which often affect water quality and the beach area is still not well managed due to the lack of provision of facilities, facilities, infrastructure such as parking lots and also interesting activities on the beach still do not exist. Therefore, the purpose of this study is to determine the natural potential of Matras Beach and the arrangement of Matras Beach in order to make Matras Beach more organized, have attractiveness, provide adequate infrastructure facilities and have activity attractions that are in accordance with the standards and interests of Matras Beach tourists. Keywords: beach; facilities; infrastructure; recreation Abstrak Provinsi Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan keindahan alamnya, terutama pantai-pantainya yang indah serta memiliki hamparan pasir putih dan kerap dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Sektor pariwisata menjadi salah satu sumber pendapatan daerah. Pantai Matras merupakan salah satu pantai popular di Kabupaten Bangka yang banyak sekali dikunjungi. Pantai Matras memiliki panjang mencapai 1,3 km dengan luas lahan eksisting 19 Ha dan luas perencanaan 23 Ha yang terletak di Kelurahan Matras, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka. Pantai Matras mudah diakses oleh wisatawan dan memiliki potensi alam seperti aliran air tawar, vegetasi serta pesisir pasir putih yang bisa dimanfaatkan sebagai daya tarik. Namun, pada kondisi fisiknya juga memiliki beberapa permasalahan seperti abrasi dan aktivitas pertambangan timah pada perairan Pantai Matras yang kerap mempengaruhi kualitas air serta kawasan pantai masih belum dikelola dengan baik karena kurangnya penyediaan fasilitas, sarana, prasarana seperti lahan parkir dan juga aktivitas menarik yang ada pada pantai tersebut masih belum ada. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini mengetahui potensi alam Pantai Matras dan mengajukan rekomendasi penataan Pantai Matras agar menjadikannya lebih tertata, memiliki daya tarik, memiliki fasilitas sarana prasarana yang mencukupi, serta memiliki atraksi aktivitas yang sesuai dengan standar dan minat dari wisatawan Pantai Matras.
PENATAAN KAWASAN WISATA PANTAI TANJUNG PASIR, KABUPATEN TANGERANG, DENGAN KONSEP INTEGRASI KONSERVASI ALAM DAN PEMUKIMAN NELAYAN Darmawan, Rahmandani Alifian; Herlambang, Suryono; Rahardjo, Parino; Wipranata, B. Irwan
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27518

Abstract

Tanjung Pasir Beach is a beach located in Tanjung Pasir Village, TelukNaga subdistrict, Tangerang Regency with an area of 75 hectares and has a coastline of 2km. The current condition of the Tanjung Pasir Beach area in Tangerang is still very simple, although efforts have been made to organize it. However, the condition of the beach is very dirty with rubbish strewn about and the lack of facilities means that tourism in this area is not optimal with a lack of interest in water tourism such as swimming in the sea. The natural potential contained in the study object is a natural resource which is the attraction and advantage of the study object, namely the conservation of mangrove forests, and this potential is also used as a means to prevent potential abrasion disasters which are vulnerable to coastal areas, and from This conservation can be used as a good potential for environmental tourism objects in coastal areas. The natural ecosystem in the study object contains aquatic fauna such as fish, shrimp, shellfish and crabs. Therefore, the main objective is to identify the Tanjung Pasir tourist attraction area and carry out a concept for restructuring the Tanjung Pasir beach which is in accordance with the existing potential and correcting existing problems, namely minimizing abrasion disasters. The results of this research are in the form of a master plan planning by looking at the existing potential to support tourism activities. Keywords: nature conservation; arrangement; fishermen's settlements; beach tourism Abstrak Pantai Tanjung Pasir merupakan pantai yang terletak di Kelurahan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang dengan luas 75 hektar dan memiliki garis pantai sepanjang 2km. Kondisi saat ini kawasan Pantai Tanjung Pasir Tangerang masih sangat sederhana, meskipun sudah terlihat adanya upaya penataan. Namun kondisi pantai yang ada sangat kotor akan sampah-sampah yang berserakan serta minimnya fasilitas yang membuat wisata di dalam kawasan ini tidak maksimal dengan kurangnya minat berwisata air seperti berenang di laut.  Potensi alam yang terdapat pada objek studi merupakan sumber daya alam yang memang menjadi daya tarik dan kelebihan dari objek studi yaitu seperti adanya konservasi hutan mangrove, dan potensi ini juga dijadikan sebagai sarana untuk mencegah adanya potensi bencana abrasi yang memang rentan untuk daerah pesisir, dan dari konservasi ini bisa dijadikan potensi yang baik untuk objek wisata tentang lingkungan pada daerah pesisir. Ekosistem alam yang ada pada objek studi terdapat fauna aquatic seperti ikan, udang, kerang dan kepiting. Maka dari itu tujuan utama untuk mengidentifikasi pada kawasan objek wisata Tanjung Pasir serta melakukan konsep penataan kembali pada Pantai Tanjung Pasir yang memang sesuai dengan potensi yang ada serta memperbaiki permasalahan yang ada yaitu meminimalisir bencana abrasi. Hasil dari penelitian ini berupa masterplan perencanaan dengan melihat potensi yang ada untuk mendukung kegiatan wisata.
STUDI REVITALISASI KAWASAN WATERFRONT DEVELOPMENT SUNGAI SIAK SEBAGAI KAWASAN WISATA SEJARAH KOTA PEKANBARU Fauras, Fidy Nita; Herlambang, Suryono; Wipranata, B. Irwan
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27519

Abstract

Kampung Bandar Village, located in the Senapelan, is the origin of Pekanbaru City located on the banks of Siak River. This old city area did not escape the threat of rapid urbanization. This can be seen from the increasing number of unregulated, densely populated, slum dwellings, and the lack of public and government awareness in preserving historical heritage. The lack of potential use of Siak River bank land, the fading of the historical value of the area, and the decline in the environmental quality of the Siak River stream area are the main problems. This research aims to create a plan to revitalize the old city area of Pekanbaru into a historical cultural tourism area so that existing historical relics can be preserved and become the identity and character of Pekanbaru City. Considering its historical heritage, the old city area of Pekanbaru is expected to be the center of sustainable cultural, tourism, and economic activities. This study used qualitative methods with descriptive analysis. The need to arrange irregular, dense, and slum settlements on the banks of the Siak River by creating the Semak Line and the Siak River 5 meters away as a Green Open Space. In this study, researchers derived concepts for the arrangement of slum dwellings and the arrangement of areas of historical value. Keywords : Siak River; spatial planning; tourism; urban heritage Abstrak Kelurahan Kampung Bandar yang berada di Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru ini merupakan cikal bakal Kota Pekanbaru yang terletak di tepi Sungai Siak. Kawasan kota tua ini tidak luput dengan ancaman perkembangan urbanisasi yang begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya pembangunan permukiman yang tidak tertata, padat dan kumuh, serta kurangnya kesadaran masyarakat maupun pemerintah dalam melestarikan warisan sejarah. Kurang potensialnya pemanfaatan lahan tepi Sungai Siak, mulai memudarnya nilai historis kawasan, dan penurunan kualitas lingkungan daerah aliran Sungai Siak menjadi permasalahan utama yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan revitalisasi kawasan Kota Tua Pekanbaru menjadi sebuah kawasan wisata budaya sejarah agar peninggalan sejarah yang ada dapat dilestarikan, dan menjadi identitas serta karakter Kota Pekanbaru. Dengan mempertimbangkan warisan sejarahnya, kawasan Kota Tua Pekanbaru diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan budaya, pariwisata, dan ekonomi berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Perlunya penataan permukiman tidak tertata, padat, dan kumuh di tepi Sungai Siak dengan membuat garis sempadan Sungai Siak sejauh 5 meter sebagai ruang terbuka hijau. Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan konsep untuk penataan permukiman kumuh dan penataan kawasan yang memiliki nilai historis.
STUDI ADAPTASI BANJIR DI PERMUKIMAN TEPIAN SUNGAI DI KAWASAN TELUK GONG Gilbert, Thomas; Herlambang, Suryono; Wipranata, B. Irwan
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27520

Abstract

Floods are disasters caused by nature or man-made, floods caused by nature such as continuous high-intensity rain, overflowing river water so that it enters the area and water sent from higher locations while floods caused by man-made such as canals blocked water is caused by careless dumping of rubbish, residential construction on riverbanks and the lack of water catchment areas caused by land use conversion. However, floods in the city of Jakarta contain natural and artificial elements, where the artificial elements are due to population growth which continues to increase so that residential development also increases which causes limited space, resulting in the conversion of land use for residential construction, this causes the area's inability to absorb water. The location of the area is in Kelurahan Pejagalan which is between Kali Angke and Kanal Banjir Barat, especially on the banks of the Kali Angke which are full of buildings and residential construction on embankments which causes damage to the embankments which is one of the potential causes of flooding in the area, while the banks of KBB are different from the edge of the Kali Angke which is without any buildings. So, the study of the Teluk Gong area, which is located between the Kali Angke and Kali KBB, aims to determine water runoff in the area using rational method and the causes of flooding in the area. The writing method is used using a qualitative approach with a description of the descriptive method with data collection techniques through surveys, literature studies, journals, books, and information from the internet. Keywords: flood; riverfront; water runoff; settlement Abstrak Banjir merupakan bencana yang disebabkan oleh alam maupun buatan manusia, banjir yang disebabkan oleh alam seperti hujan dengan intensitas tinggi tanpa henti, meluapnya air sungai sehingga masuk ke dalam kawasan dan air kiriman yang berasal dari lokasi yang lebih tinggi sedangkan banjir yang disebabkan buatan manusia seperti saluran air yang tersumbat disebabkan pembuangan sampah sembarangan, pembangunan hunian di tepi sungai dan minimnya daerah resapan air yang disebabkan pengalihfungsian dari penggunaan lahan. Namun banjir pada Kota Jakarta terdapat unsur alam dan buatan yang di mana unsur buatan dikarenakan pertambahan penduduk yang terus bertambah sehingga pembangunan hunian ikut bertambah yang menyebabkan keterbatasan tempat sehingga adanya pengalihfungsian dari penggunaan lahan untuk pembangunan hunian, Hal tersebut menyebabkan ketidakmampuan kawasan dalam menyerap air. Lokasi kawasan terletak di Kelurahan Pejagalan yang berada di antara Kali Angke dan Kanal Banjir Barat, khususnya pada tepian Kali Angke yang penuh dengan bangunan serta pembangunan hunian di atas tanggul yang menyebabkan kerusakan tanggul yang merupakan salah satu potensi penyebab banjir pada kawasan sedangkan tepi Kali KBB berbeda dengan tepi Kali Angke yang kondisinya tanpa ada bangunan. Maka studi kawasan Teluk Gong yang terletak di antara Kali Angke dan KBB bertujuan untuk mengetahui limpasan air pada kawasan dengan metode rasional dan penyebab dari banjir di Kawasan. Metode penulisan digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan penjabaran metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui survei, studi literatur, jurnal, buku dan informasi berasal dari internet.
STUDI KARAKTERISTIK JALUR PEJALAN KAKI JALAN SENOPATI SEBAGAI KORIDOR KOMERSIAL KOTA DI JAKARTA SELATAN Adhlianita, Caesa; Herlambang, Suryono; Wipranata, B. Irwan
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27521

Abstract

Senopati Street corridor is a 1.4 km long road in Kebayoran Baru that connects Jalan Jenderal Sudirman with the Mampang Prapatan area and is dominated by commercial buildings in the form of cafeterias and restaurants for the middle to upper class which triggers quite high vehicle mobility. High visitor mobility needs to be supported by safer and more comfortable pedestrian paths to support activities in the corridor as an active public space. One of the impacts of high visitor mobility is that pedestrian paths are misused so that they cannot function optimally as supporting public spaces for corridors. Based on the Neighborhood Walkability Assessment, 11 ideal pedestrian path criteria variables exist. This research was conducted using a qualitative approach using descriptive methods and a quantitative approach using importance-performance analysis methods. Of the 11 variables for pedestrian routes, Jalan Senopati has met 5 variables, including Crosswalks, Pedestrian Blocks, Prioritized Connectivity, Access to Local Services, and Driveway Density. Through importance-performance analysis, 1 element that they feel dissatisfied with is the parking. The conclusion from the Cartesian diagram is that there are 4 quadrants with 2 of them being priorities. Quadrant II (Top Priority) is the parking and Quadrant III (Low Priority) is the public space. This is the basis for further arrangement of the pedestrian path on Senopati Street and requires collaboration from various stakeholders, such as the government, building owners/managers, and the community so that the pedestrian path on Senopati Street can give the impression of a lively and supportive public space—ongoing commercial activities. Keywords:  pedestrian path; Senopati Street; urban commercial corridor Abstrak Koridor Jalan Senopati merupakan jalan sepanjang 1,4 km di Kebayoran Baru yang menjadi penghubung antara Jalan Jenderal Sudirman dengan kawasan Mampang Prapatan dan didominasi oleh bangunan komersial berupa kafetaria dan restoran kalangan menengah hingga atas yang memicu mobilitas kendaraan cukup tinggi. Adanya mobilitas pengunjung yang tinggi perlu didukung dengan jalur pejalan kaki yang lebih aman dan nyaman untuk mendukung aktivitas pada koridor sebagai ruang publik yang aktif. Salah satu dampak dari mobilitas pengunjung yang tinggi ialah terjadi penyalahgunaan jalur pejalan kaki sehingga tidak dapat berfungsi secara optimal sebagai ruang publik pendukung koridor. Berdasarkan Neighborhood Walkability Assessment, terdapat 11 variabel kriteria ideal jalur pejalan kaki. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan pendekatan kuantitatif dengan metode importance performance analysis. Dari 11 variabel jalur pejalan kaki, Jalan Senopati sudah memenuhi 5 variabel di antaranya penyebrangan, blok pejalan kaki, konektivitas yang dipriorotaskan, akses terhadap layanan lokal, dan kepadatan jalan masuk. Berdasarkan Importance Performance Analysis, didapat 1 elemen dirasa cukup yaitu parkir. Adapun kesimpulan dari diagram kartesius terdapat 4 kuadran dengan 2 kuadran di antaranya menjadi prioritas. Kuadran II (Prioritas Utama) yaitu parkir dan kuadran III (Prioritas Rendah) yaitu ruang publik. Hal tersebut menjadi dasar untuk dilakukan penataan lebih lanjut pada jalur pejalan kaki di Jalan Senopati serta dibutuhkan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, pemilik/pengelola bangun, dan masyarakat agar jalur pejalan kaki di Jalan Senopati dapat memberi kesan sebagai ruang publik yang hidup serta mendukung aktivitas komersial yang berlangsung.
STUDI KUALITAS KAWASAN JALUR PEJALAN KAKI DI AREA BERSEJARAH (KAWASAN KORIDOR JALAN JUANDA JAKARTA PUSAT) Yohanes, Evan; Herlambang, Suryono; Wipranata, B. Irwan
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27522

Abstract

In an effort to support sustainability and increase the feeling of safety and comfort for pedestrians in the Ir. H. Juanda Central Jakarta, there are several aspects that are considered in this study, namely public transportation, pedestrians (including: pedestrian width, crossing points, complementary elements), parking. By increasing or improving the pedestrian paths in the Ir. H. Juanda Central Jakarta is expected to increase interest, comfort and safety for pedestrians passing by. Jalan Ir. H. Juanda, Central Jakarta, is a road with the collector road class in Gambir District, Central Jakarta. Gambir District, Central Jakarta is the busiest sub-district which is famous for Merdeka Square, a large grassy field which has the iconic building of the city of Jakarta, namely the National Monument or Monas. The diverse land uses on this road provide an interesting walking experience, because even though it is dominated by trade and services, buildings that have existed since ancient times are still maintained. Apart from that, the available public transportation gives us an easy option to reach this road. However, improving the quality of pedestrian paths in the Ir area. H. Juanda Central Jakarta is of special interest to be able to increase the comfort and safety of pedestrians and also so that people's interest in walking and using it can increase if the supporting facilities are paid attention to and improved. Keywords: Historic buildings; pedestrian paths; public transportation transit Abstrak Pedestrian merupakan jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan sumbu jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keselamatan pejalan kaki yang bersangkutan.Pergerakan atau sirkulasi atau perpindahan orang atau manusia dari satu tempat ke titik asal (origin) ke tempat lain sebagai tujuan (destination). Dengan peningkatan atau perbaikan pada Jalur pedestrian di Kawasan Ir. H. Juanda Jakarta Pusat diharapakan dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki yang melintas. Jalan Ir. H. Juanda Jakarta Pusat merupakan Jalan dengan kelas Jalan Kolektor yang berada pada Kecamatan Gambir Jakarta Pusat. Kecamatan Gambir Jakarta Pusat merupakan Kecamatan lokasi jalan Ir. H. Juanda berada. Penggunaan lahan yang beragam pada jalan ini memberikan pengalaman berjalan kaki yang menarik, dikarenakan didominasi Perdagangan dan Jasa. Bangunan yang ada sejak zaman dahulu tetap di pertahankan. Selain itu transportasi publik yang tersedia memberikan kita pilihan yang mudah untuk mencapai jalan ini. Peningkatan kualitas Pedestrian Kawasan Ir. H. Juanda Jakarta Pusat dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki, namun harus dilakukan studi apakah keamanan dan kenyamanan dirasakan pejalan kaki yang melintas pada pedestrian ini. Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh perbaikan pedestrian terhadap kenyamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Importance Perfomance Analysis. Penelitian ini mendapatkan komponen yang harus ditingkatkan, serta menggunakan dapat meningkat jika fasilitas yang menunjang di perhatikan dan ditingkatkan.
IDENTIFIKASI MASALAH KEKUMUHAN KAMPUNG TEPIAN SUNGAI STUDI KASUS KELURAHAN BANSIR LAUT, SUNGAI KAPUAS, KOTA PONTIANAK Bianca, Yovi; Herlambang, Suryono; Suryadjaja, Regina
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i2.30934

Abstract

Development in Pontianak City tends to focus on land areas  neglecting riverside communities in terms of proper water resource management. The living conditions in these communities, particularly those along the Kapuas River banks, are concerning. These villages are considered uninhabitable due to the emergence of slum organizational problems such as building irregularities, high levels of building density, the quality of building structures, environmental facilities and infrastructure that do not meet technical requirements and do not serve the organization, as well as public facilities and social facilities that do not affordable for its residents. One of them is Caping Village and Tudong Village. Even though there have been efforts to organize slum areas that have been realized by government programs, apart from the image of the organization area on the banks of the river in Kampung Caping and Kampung Tudong which has not been able to provide beauty and sustainable greening to its physical environment, the organization area also does not have the capability to providing the need for environmental infrastructure to support the activities of people living in villages on the banks of the Kapuas River. Therefore, this research was carried out with the hope of identifying the existing slum problems that occur in Kampung Caping and Kampung Tudong. This research will be carried out using descriptive methods, analysis of existing conditions, and analysis of regulatory standards in accordance with the provisions of ministerial regulations and national standards. Keywords: kapuas river; riverside; slum area Abstrak Orientasi kehidupan dan permukiman masyarakat kota Pontianak cenderung berkembang di daerah daratan sehingga permukiman yang ada pada tepian dan badan air Sungai Kapuas tidak mendapatkan perhatian pengelolaan sumber daya air yang baik. Secara eksisting, kondisi permukiman di tepian Sungai Kapuas sangatlah memprihatinkan. Terdapat banyak kampung yang tumbuh ditepian Sungai Kapuas. Kampung – kampung tersebut dinilai tidak layak huni karena munculnya masalah permukiman kumuh seperti ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, kualitas struktur bangunan gedung, sarana dan prasarana lingkungan yang tidak memenuhi syarat teknis dan tidak melayani permukiman, serta fasilitas umum dan fasilitas sosial yang tidak memadai bagi penduduknya. Salah satunya adalah Kampung Caping dan Kampung Tudong. Walaupun sudah ada upaya - upaya penataan kawasan kumuh telah direalisasikan oleh program-program pemerintah, namun secara eksisting selain citra kawasan permukiman tepian sungai Kampung Caping dan Kampung Tudong yang belum bisa memberikan keindahan dan penghijauan yang lestari pada fisik lingkungannya, kawasan permukiman juga belum berkapabilitas dalam pemenuhan kebutuhan akan sarana prasarana lingkungan untuk mendukung aktivitas masyarakat yang tinggal di dalam kampung tepian Sungai Kapuas. Maka, penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat mengidentifikasi masalah kekumuhan yang terjadi di Kampung Caping dan Kampung Tudong secara eksisting. Penelitian ini akan dilakukan menggunakan metode analisis deskriptif, analisis kondisi eksisting, dan analisis standar regulasi sesuai ketentuan dari peraturan menteri dan standar nasional.