Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGARUH TEMPE DALAM MENGURANGI RISIKO TERHADAP DIARE AKIBAT INFEKSI BAKTERI ENTEROPATOGEN ESCHERISIA COLI Mien K. Mahmud; Erwin Affandi; Hermana Hermana
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 10 (1987)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1995.

Abstract

PENGARUH TEMPE DALAM MENGURANGI RISIKO TERHADAP DIARE AKIBAT INFEKSI BAKTERI ENTEROPATOGEN ESCHERISIA COLI
PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERIAL PADA TEMPE TERHADAP BAKTERI PENYEBAB DIARE Erwin Affandi; Mien K. Mahmud
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 8 (1985)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1936.

Abstract

Tempe adalah bahan makanan yang sudah populer di Indonesia. Selain sumber zat gizi yang bernilai tinggi, tempe juga diduga mempunyai khasiat lain.Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari daya hambat zat antibakterial dalam tempe terhadap beberapa jenis bakteri termasuk bakteri penyebab diare.Pada prinsipnya dalam penelitian ini dipelajari pengaruh penambahan ekstrak tempe terhadap pertumbuhan bakteri. Jenis bakteri penguji diambil dua jenis gram-positif dan empat jenis gram-negatif. Tempe sebagai sumber zat antibakterial, berupa tempe yang dibuat dengan menggunakan Rhizopus oligosporus dalam bentuk biakan murni, usar dan laru; dua jenis yang terakhir ini dibeli dari pedagang tempe. Pengukuran pertumbuhan bakteri dilakukan dengan menggunakan Spectronic-20, Bausch dan Lomb.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tempe yang dibuat dengan biakan murni terdapat zat antibakterial yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.Dihasilkannya zat antibakterial tersebut pada proses fermentasi, sangat dipengaruhi oleh kemurnian jenis kapang dan media tempat pertumbuhan kapang.
PRODUK FERMENTASI SARI PISANG YANG MENGANDUNG ASAM LEMAK LINOLEAT DAN LINOLENAT Suryana Purawisastra; Erwin Affandi; Almasyhuri Almasyhuri; Heru Yuniarti
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 19 (1996)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2300.

Abstract

Produk pisang yang mengandung asam lemak linoleat dan linolenat dapat dihasilkan melalui proses fermentasi. Kedua asam lemak ini termasuk jenis asam lemak essensial bagi kesehatan. Selain itu proses pengolahan pisang sesuai dengan salah satu program pokok pembangunan agroindustri, yaitu meningkatkan manfaat hasil pertanian secara optimal. Jenis pisang yang digunakan adalah jenis pisang yang dianggap kurang memiliki nilai ekonomis dan tidak disukai untuk dikonsumsi sebagai buah segar, yaitu pisang Udang, pisang Geulis tiis, pisang Batu, pisang Jimluk, dan pisang Kapur. Terlebih dahulu pisang dibiarkan menjadi sangat matang sehingga mengeluarkan cairan. Cairan pisang lalu dipisahkan dari residu padatan melalui penyaringan, yang kemudian digunakan sebagai bahan baku pembuatan medium fermentasi. Medium sari pisang kemudian difermentasikan oleh khamir penghasil lemak Rhodotorula glutinis. Fermentasi dilakukan dalam kontainer gelas yang dilengkapi dengan sistem pengadukan dan pengaliran udara. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa hasil fermentasi sari pisang mengandung asam lemak linoleat sebesar 0,13 sampai 0,31 g, dan asam lemak linolenat sebesar 0,17 sampai 0,51 g per 100 ml medium hasil fermentasi. Hasil uji mikrobiologis tidak menunjukkan adanya bakteri pathogen (gram negative) dalam produk fermentasi sari pisang tersebut.
DETOKSIFIKASI DAN PENINGKATAN KADAR PROTEIN SINGKONG PAHIT Suryana Purawisastra; Erwin Affandi; Almasyhuri Almasyhuri; Rossi R. Apriyanto
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 20 (1997)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2370.

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk detoksifikasi serta peningkatan kadar protein singkong dengan proses fermentasi menggunakan kapang rhizopus oryzae. Penelitian ini dilaksanakan karena cara detoksifikasi yang biasa dilakukan masyarakat, yaitu melalui perendaman dan perebusan yang berulang, hanya dapat menghilangkan zat racun sebesar 50%. Bahkan terjadi pengurangan kadar zat gizi yang dikandung singkong. Pemanfaatan singkong pahit sebagai bahan pangan yang aman untuk dikonsumsi terbatas hanya sebagai bahan pembuatan tapioka. Padahal jenis singkong ini mengandung pati yang lebih banyak daripada singkong biasa. Selain itu produksi singkong di Indonesia mencapai peringkat ke-3 setelah Brasil dan Thailand. Pada penelitian ini dilakukan cara detoksifikasi menggunakan mikroorganisme, yang selain mampu menghilangkan zat racun juga dapat meningkatkan protein singkong. Caranya, singkong terlebih dahulu dikeringkan di bawah sinar matahari hingga tercapai kadar air sekitar 10%. Setelah kering, singkong dijadikan tepung. Tepung singkong kemudian ditambah air dalam perbandingan (w/v) 1:1 untuk dipersiapkan sebagai substrat fermentasi yang diaduk hingga terbentuk pasta. Pasta singkong diinokulasi dengan suspensi spora kapang rhyzopus oryzar dalam perbandingan (w/v) 1:10, setelah dihomogenkan kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri. Cawan petri, kemudian diinkubasikan pada suhu 28 derajat celcius, hingga tampak pertumbuhan miselium (30 jam). Hasil fermentasi dikeringkan dan ditumbuk hingga berbentuk tepung. Jenis singkong pahit yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan dan jenisnya diketahui yaitu jenis singkong Adira II, Adira IV, 46.8 dan 39-1-1, dengan kandungan sianida masing-masing sebesar 15.57 mg, 5.61 mg, 10.02 mg dan 24.67 mg per 100 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan sianida setelah fermentasi terhadap ke-4 jenis singkong pahit tersebut adalah bervariasi untuk setiap jenis singkong pahit. Singkong pahit Adira IV penurunan sianidanya dapat mencapai 100%, kemudian 87% untuk jenis Adira II dan jenis 46.8 serta 18% untuk jenis 39-1-1. Sedangkan peningkatan kadar protein setelah fermentasi sebesar 2 kali untuk jenis singkong 39-1-1, 0.88 kali untuk singkong Adira II, 0.56 kali untuk singkong Adira IV, dan 0.48 untuk singkong jenis 46.8. Dengan demikian melalui cara detoksifikasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat menghilangkan kadar sianida singkong pahit 18%-100%, serta meningkatkan protein antara 0.5-2 kali.
UJI EFEK TOKSISITAS TEPUNG SINGKONG PAHIT HASIL DETOKSIFIKASI PADA HEWAN PERCOBAAN Suryana Purawisastra; Erwin Affandi; Almasyhuri Almasyhuri; Rossi R. Apriyanto
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 21 (1998)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2352.

Abstract

Toxicity test of detoxified bitter cassava flour was carried old on experimental rats. The objective of the test was to observe the direct effect of the flour on the rats. There were 4 kinds of detoxified flour derived from different varieties of bitter cassava having different cyanide concentrations. The varieties were 46.8, Adira II, Adira IV, and 39.1.1. In the test maize flour and sweet cassava flour were used as controls. It was observed that there was no significant difference in the growth of rats given control flours or detoxified cassava flour. Differences were found in amounts of flours consumed, body weight, and the weights of important organs, heart, liver and kidney. The differences were not related to the cyanide contents in the detoxified cassava flours.Keywords: toxicity test, detoxified bitter cassava flour, cyanide, experimental rats
KETERSEDIAAN BILOGIS MIKROKAPSUL ZAT BESI UNTUK FORTIFIKASI GANDA Komari Komari; Ance Murdiana; Erwin Affandi
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 18 (1995)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2229.

Abstract

Mikrokapsul zat besi yang dikembangkan dengan menggunakan teknik spray cooling diteliti ketersediaan biologisnya pada hewan percobaan menggunakan metoda repletion. Mikrokapsul tersebut mengandung zat besi 7.2% dan sebagai kontrol digunakan senyawa ferosulfat. Pada awal masa depletion, tikus percobaan yang telah berumur 4 minggu diberi ransum rendah zat besi (sekitar 10 ppm) selama 14 hari, setelah tikus-tikus memasuki masa repletion diberi ransum mengandung kadar zat besi tinggi (54 ppm) yang berasal dari mikrokapsul zat besi atau ferosulfat. Tikus yang diberi ransum rendah zat besi menunjukkan kadar hemoglobin sekitar 11.4 g/dl. Sedangkan setelah diberikan ransum dengan kadar zat besi tinggi kadar hemoglobinnya meningkat menjadi sekitar 15.13 g/dl - 15.43 g/dl. Dengan demikian nilai ketersediaan biologisnya yang dinyatakan dalam Relative Biological Value sebesar 109. Keuntungan pembuatan mikrokapsul menggunakan teknik spray cooling adalah membran mikrokapsul dapat dipilih senyawa gizi (lemak), sehingga mikrokapsul tersebut mudah dicerna dan mutu zat besi yang dikandungnya tidak berubah.
PENGEMBANGAN INOKULUM UNTUK MENINGKATKAN MUTU GIZI TEMPE Mien Karmini; Hermana Hermana; Erwin Affandi
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 18 (1995)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2230.

Abstract

Inokulum tempe yang lazim digunakan di Indonesia mengandung Rhizopus Sp. Penelitian terdahulu menemukan dua jenis bakteri penghasil vitamin B12, yaitu Citrobacter freundil dan Klebsiella pneumoniae, dan dua jenis bakteri penghasil Faktor-2, yaitu Corynebacterium Sp dan Micrococcus luteus dari air rendaman kedelai. Dalam penelitian ini dibuat inokulum tempe yang merupakan campuran kapang Rhizopus oligosporus dan masing-masing bakteri Klebsiella pneumoniae atau Citrobacter freundii mampu meningkatkan kadar vitamin B12 di dalam tempe lebih dari 100%. Inokulum campuran Rhizopus oligosporus dan Corynebacterium Sp atau Micrococcus luteus tidak menunjukkan adanya kandungan antioksidan Faktor-2 di dalam tempe.
STABILITAS LARU TEMPE PENGHASIL VITAMIN B12 SELAMA PENYIMPANAN Suryana Purawisastra; Mien K. Mahmud; Erwin Affandi
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 17 (1994)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1955.

Abstract

STABILITAS LARU TEMPE PENGHASIL VITAMIN B12 SELAMA PENYIMPANAN
FERMENTASI SUBSTRAT TERENDAM AMPAS KELAPA UNTUK PEMBUATAN MANNOSA Suryana Purawisastra; Erwin Affandi; Luxi R. Pasaribu
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 22 (1999)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1525.

Abstract

The Submerged Fermentation of Coconut Kernel Residue to Produce Mannose.The submerged fermentation of coconut kernel residue was carried out to produce the mannose, since the residue contains a lot of the natural mannose. Whereas the mannose is widely used in pharmaceutical and cosmetic manufactures as the filing substance, in addition to its ability to reduce the number of pathogenic bacteria such as Escherichia coli, Vibrio cholera and Salmonella adhering to the intestinal tissue. The coconut kernel residue used in this experiment was the fresh home-made residue, which was washed using hot water to eliminate the coconut milk, dried and grounded to become flour. The Bacillus subtilis was used in the form of cell suspension for the fermentation. The fermentation was carried out in two steps. The first step was to optimize the volume of suspension, and the second step was to optimize the coconuts residue flour used in the fermentation medium. The result of the experiment shown that the fermentation of the residue to produce the mannose was carried out by the submerged fermentation, since the residue of coconut kernel is insoluble in the liquid medium. The optimal suspension of inoculum was 2% (v/v) used in the submerged substrate medium for fermentation of 48 hours fermentation in 37o C incubator. The optimal percentage of the residue coconut flour was used 0.5% (v/v) resulting 3.18 g mannose in 100 g of the residue fermented in dried matter.Keywords: submerged fermentation, coconut kernel residue, mannose.
PENGEMBANGAN MINUMAN FORMULA IBU HAMIL DAN MENETEKI BERBASIS BAHAN LOKAL NON SUSU Almasyhuri Almasyhuri; Nelis Imanningsih; Suryana Purawisastra; Erwin Affandi; Nunung Nurjanah
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 31 No. 1 (2008)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v31i1.1514.

Abstract

The Development of Non-Milk Based Formulated Drinks For Pregnant and Breastfeeding Women.Background: The pregnant and breastfeeding women need a greater nutrition intake compared to normal women. At second and third trimester of pregnancy, and during breastfeeding, a woman should have additional nutrient for approximately 300 Kcal energy and 17 grams protein per day. Recently, various formula drinks for pregnant and breastfeeding women are available in the market, however most of these formulas are expensive.Objectives: To develop non-milk based formula drinks for pregnant and breastfeeding women which contained adequate amount of additional macro and micro nutrients had good sensory quality and had long self life.Methods: Initially, 13 kinds of drinks were formulated. The drinks contained aproximately 300 Kcal energy and 17grams protein. They were analyzed for nutrient contain, microbiology and sensory quality in order to vote the best 5 formulas at the laboratory scale. The formulated drinks were packaged and sealed in 150 mL plastic cups. To know the self life of the drinks, storage was carry out in the room, incubator and refrigerator temperature during 12 months.Results: From sensory test, it was concluded that the best five drinks were kweni formula, chocholate formula, ginger formula, guava-orange formula and red bean formula. One cup of 150 ml formulated drink, had 140-150 Kcal energy and 8 grams protein. Therefore, to fulfill additional requirements for pregnant and breastfeeding women, the drinks should be consumed 2 cups a day.Conclusions: The formula drink developed could provide additional energy, protein, vitamin and mineral needed by pregnant and breast feeding women. There was no side effect reported by the panelist because of consuming the formula.Keywords: formulated drinks, pregnant women, breastfeeding women, acceptance.