Produk perawatan pribadi yang dikenal sebagai sabun cair antiseptik dirancang untuk melakukan tugas ganda seperti membersihkan kulit dan melindunginya dari mikroorganisme. Sabun cair antiseptik juga harus cukup lembut agar tidak mengiritasi kulit. Oleh karena itu, sabun cair yang terbuat dari bahan alami mungkin menjadi pilihan yang baik untuk sabun yang terbuat dari bahan kimia. Tanaman yang dikenal sebagai jelatang liar, yang secara ilmiah dikenal sebagai Uritica dioica L., telah lama menjadi bagian dari pengobatan tradisional. Jelatang liar (Uritica dioica L.) memiliki flavonoid antimikroba di daunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk formulasi sabun cair antiseptic dari daun jelatang liar (Urtica dioica L.) dengan fokus pada sifat antimikrobanya menggunakan difusi sumuran agar. Penelitian ini berjenis quasi-experimental dengan rancang penelitian control time series design. Hasil menunjukkan diameter zona hambat untuk formula sabun cair yang berbeda yaitu 17,4 mm untuk formula I (2,5 gr), 25,6 mm untuk formula II (5 gr), 29,3 mm untuk formula III (7,5 gr), 15 mm untuk kontrol positif, dan 0 mm untuk kontrol negatif. Tiga formulasi sabun cair yang berbeda yang terbuat dari ekstrak daun jelatang (I, II, dan II) membentuk diameter zona hambat dengan kategori sangat kuat terhadap Staphylococcus aureus. Sabun cair ekstrak daun jelatang memiliki pengaruh terhadap diameter zona hambat bakteri, seperti yang ditunjukkan oleh hasil uji statistik One Way ANOVA, yang juga menunjukkan nilai p <0,05. Sabun cair yang terbuat dari daun tanaman jelatang liar (Urtica dioica L.) efektif kepada kuman Staphylococcus aureus.