Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Budaya Konsumtif di Era Digital: Strategi Kapitalisme dalam Menciptakan Kebutuhan Semu Faiza, Naila; Abdullah, Mirna Nur Alia; Mujayapura, Muhammad Retsa Rizaldi
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 9 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/titian.v9i1.42847

Abstract

Consumptive culture in the digital era has become a global phenomenon triggered by modern capitalism's strategy of creating false needs. The development of digital technology, social media, and e-commerce facilitates companies to analyze consumer behavior through big data and artificial intelligence, making personalized advertising increasingly difficult to avoid. Phenomena such as FOMO (Fear of Missing Out) and influencer-based marketing reinforce the drive for overconsumption, turning wants into false needs. The impacts include financial problems, social inequality, and environmental damage due to excess waste. This research uses the literature study method to analyze digital capitalism strategies and the impact of consumptive culture. The results show the importance of digital and economic literacy to distinguish between real and false needs, as well as the need for strict regulations and a sustainable consumption movement. Public critical awareness is the key to reducing the negative impact of consumptive culture.  Abstract Budaya konsumtif di era digital telah menjadi fenomena global yang dipicu oleh strategi kapitalisme modern dalam menciptakan kebutuhan semu.  Perkembangan teknologi digital, media sosial, dan e-commerce memfasilitasi perusahaan untuk menganalisis perilaku konsumen melalui big data dan kecerdasan buatan, sehingga iklan yang dipersonalisasi semakin sulit dihindari. Fenomena seperti FOMO (Fear of Missing Out) dan pemasaran berbasis influencer memperkuat dorongan konsumsi berlebihan, mengubah keinginan menjadi kebutuhan palsu. Dampaknya meliputi masalah finansial, kesenjangan sosial, dan kerusakan lingkungan akibat limbah berlebih. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur untuk menganalisis strategi kapitalisme digital dan dampak budaya konsumtif. Hasilnya menunjukkan pentingnya literasi digital dan ekonomi untuk membedakan kebutuhan nyata dan semu, serta perlunya regulasi ketat dan gerakan konsumsi berkelanjutan. Kesadaran kritis masyarakat menjadi kunci untuk mengurangi dampak negatif budaya konsumtif. 
Konsumerisme dan Alienasi: Dampak Budaya Materialistik terhadap Identitas dan Kesejahteraan Remaja Faiza, Naila; Al-Qodami, Faza; Almudhia, Salisa; Noviyanti, Yunita
JURNAL PARADIGMA : Journal of Sociology Research and Education Vol. 6 No. 1 (2025): (JUNI 2025) JURNAL PARADIGMA: Journal of Sociology Research and Education
Publisher : Labor Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53682/jpjsre.v6i1.11457

Abstract

Fenomena konsumerisme semakin mengakar dalam budaya masyarakat modern, terutama di kalangan remaja Indonesia yang rentan terbawa pengaruh materialisme. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak konsumerisme terhadap identitas dan kesejahteraan psikologis remaja dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang kami hadirkan dalam penelitian ini kami dapatkan melalui wawancara dan studi literatur terkait materialisme, alienasi, serta kesejahteraan subjektif. Dari hasil penelitian yang kami lakukan ini terlihat bahwasanya remaja yang memiliki orientasi materialistik cenderung mengalami tekanan sosial yang tinggi, kecemasan, dan ketidakpuasan hidup. Pengaruh media sosial dan lingkungan sosial semakin memperkuat keterasingan mereka dari identitas diri yang autentik, mengarahkan mereka pada pola konsumsi impulsif yang bertujuan untuk memperoleh validasi sosial. Meskipun demikian, terdapat kesadaran yang mulai tumbuh mengenai konsumsi berkelanjutan sebagai alternatif yang lebih sehat dan bijaksana. Beberapa remaja telah mengadopsi gaya hidup yang lebih selektif dalam mengikuti tren serta menunjukkan ketertarikan terhadap produk ramah lingkungan, ataupun hanya tertarik dengan produk atau barang yang sedang benar benar mereka butuhkan. Oleh karena itu, diperlukan intervensi dari berbagai pihak, termasuk keluarga, institusi pendidikan, dan kebijakan publik, untuk mendorong pola konsumsi yang lebih sadar dan berkelanjutan guna mendukung kesejahteraan psikologis remaja dalam jangka panjang.
Konsumerisme dan Alienasi: Dampak Budaya Materialistik terhadap Identitas dan Kesejahteraan Remaja Faiza, Naila; Al-Qodami, Faza; Almudhia, Salisa; Noviyanti, Yunita
JURNAL PARADIGMA : Journal of Sociology Research and Education Vol. 6 No. 1 (2025): (JUNI 2025) JURNAL PARADIGMA: Journal of Sociology Research and Education
Publisher : Labor Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53682/jpjsre.v6i1.11457

Abstract

Fenomena konsumerisme semakin mengakar dalam budaya masyarakat modern, terutama di kalangan remaja Indonesia yang rentan terbawa pengaruh materialisme. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak konsumerisme terhadap identitas dan kesejahteraan psikologis remaja dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang kami hadirkan dalam penelitian ini kami dapatkan melalui wawancara dan studi literatur terkait materialisme, alienasi, serta kesejahteraan subjektif. Dari hasil penelitian yang kami lakukan ini terlihat bahwasanya remaja yang memiliki orientasi materialistik cenderung mengalami tekanan sosial yang tinggi, kecemasan, dan ketidakpuasan hidup. Pengaruh media sosial dan lingkungan sosial semakin memperkuat keterasingan mereka dari identitas diri yang autentik, mengarahkan mereka pada pola konsumsi impulsif yang bertujuan untuk memperoleh validasi sosial. Meskipun demikian, terdapat kesadaran yang mulai tumbuh mengenai konsumsi berkelanjutan sebagai alternatif yang lebih sehat dan bijaksana. Beberapa remaja telah mengadopsi gaya hidup yang lebih selektif dalam mengikuti tren serta menunjukkan ketertarikan terhadap produk ramah lingkungan, ataupun hanya tertarik dengan produk atau barang yang sedang benar benar mereka butuhkan. Oleh karena itu, diperlukan intervensi dari berbagai pihak, termasuk keluarga, institusi pendidikan, dan kebijakan publik, untuk mendorong pola konsumsi yang lebih sadar dan berkelanjutan guna mendukung kesejahteraan psikologis remaja dalam jangka panjang.