Pramujo, Muhammad
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perbandingan Karakteristik Morfometrik Domba Ekor Tipis, Cross Texel dan Dorper di Wilayah Tropis Indonesia Pramujo, Muhammad; Maylinda, Sucik; Nurgiartiningsih, Veronica Margareta Ani; Susilorini, Tri Eko; Hamiyanti, Adelina Ari
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol. 26 No. 1 (2025): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2025.026.01.6

Abstract

Domba Ekor Tipis (DET), Cross Texel, dan Dorper memiliki karakteristik dan daya adaptasi yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan karakteristik morfometrik dari tiga ras domba tersebut sebagai indikator untuk mengevaluasi kapasitas adaptasinya terhadap lingkungan tropis. Metode yang digunakan meliputi pengukuran langsung di lapangan, termasuk berat badan (BB), lingkar dada (LD), tinggi badan (TB), dan panjang badan (PB). Data dianalisis menggunakan analisis korelasi, analisis regresi, dan ANOVA satu arah. Hasil analisis antara ukuran tubuh (LD, TB, dan PB) dengan BB pada ketiga ras domba menunjukkan hubungan yang sangat signifikan (P < 0,01). Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil analisis untuk ketiga ras domba adalah: Domba DET: Y = -47,66 + 0,48X₁ + 0,29X₂ + 0,40X₃ dengan koefisien korelasi r = 0,91. Domba Cross Texel: Y = -19,43 + 0,42X₁ + 0,25X₂ + 0,12X₃ dengan koefisien korelasi r = 0,68. Domba Dorper: Y = -79,32 + 1,01X₁ + 0,27X₂ + 0,44X₃ dengan koefisien korelasi r = 0,88. Berat badan pada ketiga ras domba menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (P < 0,01). Rata-rata berat badan domba DET, Cross Texel, dan Dorper masing-masing adalah 27,09 ± 5,73 kg, 35,58 ± 5,95 kg, dan 68,13 ± 6,34 kg. Ukuran tubuh (LD, TB, dan PB) pada ketiga ras domba juga menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (P < 0,01), dengan domba Dorper memiliki ukuran tubuh terbesar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ukuran tubuh (LD, TB, dan PB) memiliki hubungan yang sangat kuat dengan berat badan. Ukuran tubuh (LD, TB, dan PB) dan berat badan pada ketiga ras domba berbeda secara signifikan (P < 0,01), di mana domba Dorper betina memiliki ukuran dan berat badan yang lebih besar dibandingkan domba DET dan Cross Texel meskipun dipelihara dalam lingkungan yang sama.
Pengaruh Penambahan Chitosan Oligosaccharide (COS) dan L-Arginine Pada Pakan Ayam Broiler Terhadap Rasio Konversi Energi dan Protein Pramujo, Muhammad; Puspita, Poppy Satya; Mutia, Rita; Wijayanti, Indah
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol. 24 No. 1 (2023): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/jtapro.2023.024.01.2

Abstract

Penggunaan Antibiotic growth promotor (AGP) untuk peternakan unggas telah dilarang mulai Januari 2018. Ketiadaan AGP dalam pakan broiler sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak terutama di Indonesia yang beriklim tropis. Oleh karena Itu, diperlukan alternatif lain selain AGP untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas ternak. Penelitian mengenai penambahan Chitosan Oligosaccharide (COS) dan L-arginine pada pakan ayam broiler dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap rasio konversi energi dan protein. Sebanyak 300 broiler strain Lohmann umur sehari dengan rataan bobot badan 46 ± 0,7 g, ditempatkan ke dalam lima perlakuan dan enam ulangan (10 ekor per ulangan) secara acak dan dipelihara selama 35 hari. Perlakuan pada penelitian ini meliputi pakan basal (PB) (T0), PB + Zinc Bacitracine 200 mg kg-1 (T1), PB + COS 100 mg kg-1 (P2), PB + L-arginine sampai 1,9% (T3), PB + COS mg kg-1 + L-arginine sampai 1,9% (T4).  Berdasarkan hasil penelitian penambahan COS dan L-arginine serta kombinasi antar keduanya mampu menurunkan (P<0,05) rasio konversi energi dibandingkan dengan perlakuan kontrol (P0). Pada peubah rasio konversi protein penambahan COS tidak berbeda (P>0,05) dengan perlakuan P0, sedangkan pada perlakuan L-arginine dan kombinasi memberikan hasil yang berbeda signifikan (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan P0. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan suplementasi COS dan L-arginine serta kombinasinya memberikan efek positif terhadap rasio konversi energi dan protein pada ayam broiler.
Pengaruh Amilase Pada Tepung Singkong Terhadap Rasio Konversi Energi dan Protein Pada Ayam Broiler Puspita, Poppy Satya; Nahrowi, Nahrowi; Hermana, Widya; Pramujo, Muhammad
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol. 24 No. 1 (2023): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/jtapro.2023.024.01.3

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan amilase pada tepung singkong terhadap rasio konversi energi dan protein pada ayam broiler. Materi yang digunakan adalah 270 ekor sexed Day Old Chick broiler Lohmann. Metode penelitian adalah percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan penelitian adalah P0: Pakan basal + 0% Tepung Singkong (kontrol), P1: Pakan basal + 50% Tepung Singkong, dan P2: Pakan basal + 50% Tepung Singkong + 0.05% Amilase (bb-1). Variabel penelitian meliputi konsumsi energi (Kkal), konsumsi protein (g). rasio konversi energi, dan rasio konversi protein. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilakukan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberikan peningkatan sangat signifikan (P <0,01) terhadap konsumsi energi, rasio konversi energi, konsumsi protein, dan rasio konversi protein. Kesimpulan penelitian ini adalah ransum yang menggunakan 50% tepung singkong dengan dan atau tanpa suplementasi amilase untuk menggantikan jagung dalam ransum meningkatkan nilai rasio konversi energi dan rasio protein pada ayam broiler.
Thermotolerant Capacity of Diverse Indonesian Lowland Holstein's Black and White Skin-Pigmentation Intensity Prabowo, Sigid; Yani, Ahmad; Sumantri, Cece; Prihantoro, Iwan; Putra, Ahmad Romadhoni Surya; Achmad, Ferdian; Pramujo, Muhammad; Puspita, Poppy Satya; Güler, Serdar
Buletin Peternakan Vol 49, No 4 (2025): BULETIN PETERNAKAN VOL. 49 (4) November 2025
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v49i4.110904

Abstract

The lowland area of Indonesia has economic potential to develop as a major centre for dairy farming businesses. Still, there is a foremost matter: overheated irradiation immersed in damped air would increase the heat stress level. The present study was conducted to assess the heat stress tolerance level of lowland Indonesian Holstein cows, characterized by a dominant level of Black and White (B/W) pigmented skin coat. This study involved 34 heads of Holstein cows that were cared for in Eastern Jakarta. Breathing frequency (BF), rectum's warmth (RW), pulse rate (PL), white-skinned spot temperature (WSST), black-skinned spot temperature (BSST), average temperature rounded skin (ATRS), back region temperature (BRT), chest region temperature (CRT), upper-leg temperature (ULT), lower-leg temperature (LLT), skin's temperature (ST), body's temperature (BT), and heat tolerance coefficient (HTC) as variables were checked statistically with R 4.4.2 type software comprised correlation and independent t-test. Cows B/W classification performed with the imageJ 1.54g series program. Those analyses showed that most lowland Indonesian Holsteins were characterized by black-pigmented dominant cows (BDC). The pigmentation of both lateral sides of the body generated a significant correlation (p<0.05 and p<0.01) with several vital symptoms, including WSST, ATRS, ST, BT, and HTC, but only in the BDC Holstein class. The test of mean distinction between the two classes (BDC and WDC) produced statistically insignificant differences (p>0.05) in all measurable vital symptoms; all variables showed trends indicating that the BDC class had a greater response to heat stress. The BDC Holstein type selection base had high expectations of elevating the HTC score in Indonesian lowland cows, as the closing decision.