Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Ocular Features in Patients with Ocular Tuberculosis Nabil Bahran; Nur Aulia; Pither Sandy; Edward Pandu Wiriansyah; Ratih Natasha Maharani
The International Journal of Medical Science and Health Research Vol. 13 No. 6 (2025): The International Journal of Medical Science and Health Research
Publisher : International Medical Journal Corp. Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70070/v6q0cy55

Abstract

Background: Tuberculosis (TB) is a significant global health problem, infecting millions of people each year and being one of the deadliest infectious diseases. The term ocular tuberculosis describes an infection by Mycobacterium Tuberculosis species that can affect any part of the eye (intraocular, superficial, or surrounding the eye), with or without systemic involvement. Objective: To review the ocular features in patients with ocular tuberculosis through a review of current literature. Methods: This study is a narrative review of 7 scientific articles published between 2020–2025, with searches conducted through Google Scholar, PubMed, and other databases using the keywords "ocular" and "ocular tuberculosis". Results: Most articles (6 out of 7) showed anterior segment features in ocular tuberculosis. Conclusion: There are several ocular features in patients with ocular tuberculosis, found on anterior segment examination, fundoscopy, and related to vision, history of TB in ocular TB, and history of TB treatment in ocular TB.
Identifikasi Kasus Penyakit Mata Dalam Pemenuhan Kompetensi Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Di RS Mata Chaerunnisa Amir; Marlyanti Nur Rahmah; Windy Nurul Aisyah; Ratih Natasha Maharani; Hikma Hiromi; Purnamanita
The Indonesian Journal of General Medicine Vol. 15 No. 2 (2025): The Indonesian Journal of General Medicine
Publisher : International Medical Journal Corp. Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70070/dn6mh682

Abstract

Pendidikan profesi kedokteran menekankan pada pembelajaran berbasis tempat kerja untuk mencapai kompetensi klinis dokter muda. RS Mata Makassar sebagai wahana pendidikan memainkan peran penting dalam penyediaan variasi kasus penyakit mata guna mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui variasi kasus penyakit mata dan kesesuaiannya dengan standar kompetensi dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (FK UMI) berdasarkan SKDI di RS Mata Makassar. Metode penelitian yang dilakukan yaitu bersifat kuantitatif deskriptif dengan teknik total sampling dari data rekam medis pasien Poliklinik Mata RS Mata Makassar periode Juli–Desember 2024. Data dianalisis berdasarkan kategori SKDI Level 1–4. Dari hasil penelitian tercatat 18.483 kasus, dengan katarak (28,07%) sebagai kasus terbanyak, diikuti mata kering dengan (13.22), astigmatisme (12,03%) dan presbiopia (8,53%). Berdasarkan SKDI, kasus terbanyak adalah perdarahan vitreous (100%) pada level 1, katarak (71,15%) pada level 2, pterigium (62,38%) pada level 3A, glaukoma akut (99,54%) pada level 3B, dan mata kering (29,43%) pada level 4A. Sebagian besar variasi kasus yang ditemukan sesuai dengan daftar kompetensi layanan primer yang dibutuhkan dalam pendidikan klinik FK UMI. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu RS Mata Makassar menyediakan variasi kasus penyakit mata yang relevan dan mencukupi untuk mendukung pemenuhan kompetensi dokter muda. Pelatihan yang berfokus pada kasus dengan prevalensi tinggi seperti katarak, mata kering, astigmatisme, dan glaukoma akut perlu diperkuat untuk meningkatkan kesiapan klinis dokter muda.
Karakteristik Penderita Katarak pada Anak di Makassar Periode Januari-Desember 2023 Syam, St. Nasrah; Marlyanti N. Akib; Syukriyah Sofyan; Ratih Natasha Maharani; Akina Maulidhany Tahir
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 5 No. 3 (2025): September
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v5i3.567

Abstract

Perkiraan kejadian katarak adalah 0,1% per tahun, yang berarti ada satu kasus katarak baru untuk setiap 1.000 orang setiap tahun dan menjadi penyebab utama kebutaan yang terjadi anak. Katarak dapat disembuhkan / diobati jika didiagnosis dini dan diobati dengan tepat. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik penderita katarak anak di Kota Makassar pada bulan Januari - Desember 2023. Metode penelitian yakni studi deskriptif dengan desain cross sectional berbasis rekam medis anak penderita katarak yang dirawat di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin periode bulan Januari - Desember 2023. Sampel berjumlah 102 anak. Hasil penelitian mayoritas pasien berusia 5–18 tahun (60,8%) dan berjenis kelamin laki-laki (63,7%). Gambaran klinis paling umum adalah leukokoria (69,6%). Sebagian besar katarak bersifat unilateral (53,9%) dan tergolong katarak developmental (53,5%). Sebagian besar pasien tidak memiliki riwayat infeksi (95,1%) dan lahir aterm (85,3%). Kesimpulan Katarak pada anak di Makassar paling banyak ditemukan pada kelompok usia 5–18 tahun, laki-laki, dengan gambaran klinis leukokoria, katarak unilateral, dan jenis developmental tanpa riwayat infeksi atau kelahiran prematur.
Analisis Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ablasio Retina Pada Usia Lanjut Lola Ayu Puspita; Marliyanti Nur Rahmah Akib; Zulfikri Khalil Novriansyah; Ratih Natasha Maharani; Hanna Aulia Namira
The Indonesian Journal of General Medicine Vol. 20 No. 1 (2025): The Indonesian Journal of General Medicine
Publisher : International Medical Journal Corp. Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70070/r1fnj754

Abstract

Latar Belakang: Ablasio retina merupakan kondisi okular serius yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen, terutama pada kelompok usia lanjut akibat perubahan degeneratif vitreoretinal. Berbagai faktor risiko, seperti usia, miopia gravior, operasi katarak, dan penyakit sistemik, diduga berperan dalam meningkatkan kejadian ablasio retina, namun data mengenai hubungan faktor-faktor tersebut pada populasi usia tua masih terbatas. Tujuan: Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ablasio retina pada usia lanjut, serta menganalisis hubungan antara usia, jenis kelamin, miopia gravior, riwayat operasi katarak, dan diabetes melitus dengan jenis ablasio retina. Metode: Penelitian analitik deskriptif dengan desain cross-sectional menggunakan data rekam medis pasien ablasio retina usia 45–70 tahun di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin. Sampel diperoleh dengan teknik total sampling terhadap seluruh pasien ablasio retina tahun 2024 yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data meliputi uji univariat dan uji bivariat menggunakan Chi-Square dengan nilai signifikansi α = 0,05. Hasil: Dari 50 responden, usia terbanyak berada pada kelompok 51–60 tahun (40%). Sebagian besar penderita adalah laki-laki (52%), dengan riwayat miopia gravior sebanyak 48% dan riwayat operasi katarak 26%. Jenis ablasio retina terbanyak adalah regmatogen (54%). Uji bivariat menunjukkan hubungan signifikan antara usia (p = 0,024), miopia gravior (p = 0,007), dan riwayat operasi katarak (p = 0,001) dengan jenis ablasio retina. Sebaliknya, tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin (p = 0,951) dan diabetes melitus (p = 0,071) dengan kejadian ablasio retina. Kesimpulan: Usia, miopia gravior, dan riwayat operasi katarak merupakan faktor risiko yang berhubungan signifikan dengan jenis ablasio retina pada usia lanjut, terutama tipe regmatogen. Sementara itu, jenis kelamin dan diabetes melitus tidak menunjukkan hubungan bermakna. Temuan ini menegaskan pentingnya deteksi dini dan pemantauan kelompok berisiko tinggi pada populasi usia lanjut.