Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Geoid - Journal of Geodesy and Geomatics

APLIKASI INDERAJA DAN SIG UNTUK PEMANTAUAN TUTUPAN LAHAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN DAMPAK LUMPUR LAPINDO DI SIDOARJO Masita, Dewi; Sukojo, Bangun Muljo; Budisusanto , Yanto; Siwi , Sukentiyas Estuti
GEOID Vol. 4 No. 1 (2008)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada bulan Mei 2006, di Kecamatan Porong,Kabupaten Sidoarjo terjadi sebuah semburan yang pada akhirnya menjadi sebuah bencana ekologi nasional, yang berakibat terjadi perubahan peta tutupan lahan serta kemungkinan terjadi perubahan kualitas lingkungan dari aspek air dan tanah yang meliputi kadar COD, BOD dan pH. Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan yang terjadi di kecamatan Porong, Tanggulangin, Krembung dan Jabon yang menjadi wilayah penelitian serta menampilkan kondisi kualitas lingkungan. Peta perubahan tutupan lahan ini bersumber dari data citra Landsat 7 ETM+ untuk kondisi tahun 2002 dan citra SPOT 4 untuk kondisi tahun 2006 (awal semburan) dan kondisi tahun 2007 (setahun setelah semburan). Pengolahan citra dilakukan dengan software ER Mapper 7.0 dan untuk proses overlay masing-masing peta untuk mendapatkan perubahan tutupan lahan serta untuk overlay peta dengan data kontur untuk mengetahui aliran lumpur dipergunakan software ArcView 3.3. softtware ini juga dipergunakan untuk menampilkan kondisi COD, BOD dan pH titik-titik di kecamatan yang telah diuji sampel. Hasil yang diperoleh adalah peta tutupan lahan dan perubahannya untuk kondisi sebelum terjadinya semburan pada tahun 2002 dan sesudah semburan tahun 2006 dan 2007 yang menunjukkan perubahan tutupan lahan yang signifikan di Kecamatan Porong, untuk pemukiman dan sawah yang tergenang lumpur sebanyak 54.727 Ha dan 109,149 Ha sedangkan di kecamatan Tanggulangin terjadi perubahan sebesar 91.199 Ha untuk Pemukiman dan 22,665 ha untuk Sawah, serta informasi mengenai kadar COD, BOD dan pH pada masing-masing titik sampel di 4 kecamatan tersebut untuk kelas Pemukiman, Sawah, Sungai, Tambak dan Mangrove yang rata-rata menunjukkan masih memenuhi nilai standar baku mutu PP No.82/2001 mengenai kondisi kualitas air dan tanah kecuali untuk kualitas air sumur pemukiman, sungai dan sawah di Porong yang mempunyai nilai kadar COD dan BOD yang kurang sesuai untuk keberlangsungan makhluk hidup komunitasnya.
PEMETAAN SITUS KERAJAAN MAJAPAHIT DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN DIGITAL ELEVATIOAN MODEL DENGAN SOFTWARE ARCGIS 9.2 Setyawan , Rudi Firman; Sukojo , Bangun Muljo; Setiyoko, Andie; Budisusanto , Yanto
GEOID Vol. 4 No. 2 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan terbesar di Indonesia, berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga awal abad ke 16 M dan berpusat di Jawa Timur (Trowulan). Hambatan pelaksanaan penelitian arkeologi di Kerajaan Majapahit adalah: (1) Cakupan arealnya luas yaitu sebesar (9 x 11) km, (2) Ada daerah yang sulit dimasuki orang luar sebab merupakan tanah hak milik perseorangan, (3) Adanya industri bata yang cukup banyak sehingga merusak sedimentasi dan situs, (4) Artefak yang ada sudah hancur dan digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan yang lain, bahkan mungkin dijual oleh masyarakat kepada para kolektor benda-benda purbakala. Sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan analisa situs Kerajaan Majapahit. SIG memudahkan kita dalam mengakses, menyimpan, melakukan editing dan updating data mengenai situs-situs Kerajaan Majapahit. Dalam pembuatan SIG ini menggunakan peta dasar SPOT 4, karena citra ini dapat digunakan untuk analisa permukaan dengan baik dari anomali kenampakan warna maka tutupan lahan situs Kerajaan Majapahit dapat dipetakansehingga berguna untuk untuk pembangunan situs. Hasil penelitian berupa peta tutupan lahan, SIG dan DEM (Digital Elevation Model) situs Kerajaan Majapahit. SIG ini dapat menampilkan keterangan dan foto serta sebagian dilengkapi dengan video tentang situs Kerajaan Majapahit. Dari DEM yang dihasilkan, dapat diketahui bahwa sebagian besar situs-situs Majapahit berada pada daerah yang relatif datar dengan ketinggian antara 25 sampai 65 meter, namun ada salah satu situs (Tugu Lebak Jabung) yang berada pada daerah perbukitan dengan ketinggian 184 meter.
STUDI TENTANG PEMANFAATAN CITRA SATELIT IKONOS DALAM PEMBUATAN PETA PENDAFTARAN TANAH Firmany, Nabil; S, Chatarina Nurdjati; Budisusanto , Yanto
GEOID Vol. 5 No. 1 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Demi terwujudnya ketertiban tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat yang berkaitan dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T), Badan Pertanahan Nasional (BPN) melaksanakan pekerjaan pemetaan sehingga menghasilkan Kerangka Dasar Kadastral Nasional (KDKN), peta dasar, peta-peta tematik, dan penilaian bidang tanah dan kawasan dengan memanfaatkan teknologi pengukuran dan pemetaan yang tepat guna seperti menggunakan citra satelit sebagai sumber informasi dasar sehingga pekerjaan tersebut dapat terselesaikan dalam waktu yang relatif pendek. Namun, penggunaan citra satelit dapat memungkinkan terjadinya perbedaan luas persil-persil tanah dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisa terhadap luas persil-persil di dalam citra dengan melakukan pengukuran di lapangan yang disesuaikan dengan spesifikasi teknis pengukuran dalam Peraturan Menteri Negara Agraria (PMNA) Nomor 3 Tahun 1997. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data persil tanah yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur teodolit dan Electronic Distance Measurement (EDM), Peta Dasar Pendaftaran Tanah skala 1:1000, dan Citra satelit IKONOS multispektral skala 1:1000. Selanjutnya, data persil yang diperoleh dari 3 (tiga) referensi ini masing-masing ditentukan luasnya. Studi kasus untuk penelitian ini adalah wilayah Kelurahan Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbedaan nilai luas antara persil dalam citra terhadap persil hasil pengukuran di lapangan dengan nilai yang bervariasi yaitu berkisar antara 1,18% hingga 26,68% sehingga sebagian besar tidak memenuhi toleransi yaitu < 2% berdasarkan spesifikasi teknis menurut PMNA Nomor 3 tahun 1997.
PEMETAAN PARTISIPATIF BATAS KELURAHAN DI KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA Budisusanto , Yanto; Khomsin, Khomsin; Purwanti , Renita; Nurry, Aninda; Widiastuty, Ria
GEOID Vol. 10 No. 1 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi tertentu. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer.Kegiatan pemetaan merupakan solusi yang nyata untuk menyediakan informasi spasial yang akurat dan terpercaya dalam jumlah yang cukup mengenai suatu daerah tertentu. Selain itu, kegiatan tersebut dapat menjadi sarana pemutakhiran informasi spasial yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan manfaat secara maksimal untuk berbagai kepentingan.Undang-Undang Informasi Geospasial (UU IG) No.4 Tahun 2011 mengatur tentang infomasi geospasial dasar dan tematik (IGD dan IGT) wilayah Republik Indonesia. Implementasi UU IG ini tidak hanya tanggung jawab dari Badan Informasi Geospasial saja akan tetapi juga merupakan tanggung jawab dari semua pemangku kepentingan yang terdiri dari pihak pemerintah, pengusaha, akademisi (perguruan tinggi) dan masyarakat. Terkait dengan UU IG ini, Perguruan Tinggi mempunyai kewajiban melaksanakan pendidikan yaitu untuk menyiapkan sumber daya manusia yang siap untuk menyelenggarakan IGD dan IGT. Selain itu, perguruan tinggi juga mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam bidang IGT. IGT adalah produk turunan dari IGD dan informasi pendukung lainnya. Beberapa contoh produk IGT adalah peta batas wilayah, peta pariwisata, peta kependudukan, peta kawasan bencana, peta potensi wilayah dan lain-lain. Pemetaan partisipatif adalah salah satu metode yang cocok untuk dikembangkan dimasyarakat dalam membangun salah satu produk IGT, khususnya dalam bidang pemetaan batas wilayah administratif kelurahan. Hasil akhir dari pemetaan ini adalah peta batas wilayah kelurahan dalam satu kecamatan. Peta batas wilayah inilah sebagai salah satu informasi yang aktual bagi masyarakat dan perangkat pemerintahan yang bersangkutan dalam pengelolaan dan pengembangan wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Peta batas wilayah yang jelas dan telah disepakati oleh pihak-pihak yang saling bersinggungan akan meminimalkan konflik yang terjadi di masyarakat dan masyarakat dapat diberi pemahaman akan keberadaan administratif suatu lokasi/daerah secara lebih mudah dan jelas.
Analisis Nilai Massal Tanah Terhadap Nilai Individual Pada Properti Jenis Rumah Tinggal dan Ruko (Studi Kasus: Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik) Deviantari , Udiana Wahyu; Budisusanto , Yanto; Wicaksono, Haryo; Dediyono, Andy
GEOID Vol. 14 No. 1 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gresik merupakan salah satu kabupaten yang mengalami perkembangan sangat pesat dan menjadi salah satu kota dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Indonesia. Akibat dari semakin padatnya kabupaten Gresik maka nilai individual properti di kabupaten Gresik mengalami peningkatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat peta selisih nilai individual terhadap nilai massal. Memberikan referensi selisih nilai tanah pada properti rumah tinggal dan ruko untuk kemudian dapat dianalisa penyebab adanya selisih nilai individual tersebut. Peta selisih nilai individual terhadap nilai massal dihasilkan dari overlay zona nilai tanah, Informasi harga properti sampel dan koordinat dari properti sampel. Informasi harga properti sampel yang ada kemudian dihitung menggunakan peraturan penilaian yang dimuat dalam Standar Penilaian Indonesia Edisi Ke 6 tahun 2015 yang kemudian dihitung selisihnya terhadap Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Selisih nilai massal terhadap nilai individual pada properti jenis ruko memiliki nilai selisih tertinggi pada RUK14 dengan selisih sebesar Rp 17.642.000/m2. Nilai selisih terendah pada RUK194 dengan selisih sebesar Rp 142.541/m2. Pada properti jenis rumah tinggal, selisih nilai massal terhadap nilai individual memiliki nilai selisih tertinggi pada RU163 dengan selisih sebesar 12.050.555/m2. Nilai selisih terendah pada RU122 dengan selisih sebesar Rp 75.752/m2.
Analisis Interval Jarak Profil Melintang Terhadap Perhitungan Volume pada Jalan Lurus dan Jalan Berkelok Azzumardi , Ilham Alfin; Budisusanto , Yanto; Yuwono, Yuwono
GEOID Vol. 18 No. 1 (2022)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan perhitungan volume galian dan timbunan pada pekerjaan jalan raya umumnya digambarkan pada sebuah gambar profil melintang sesuai dengan rencana perkerasan jalan. Jarak antar profil melintang jalan ditentukan dengan interval jarak tertentu yang diberi tanda dengan notasi STA. Adanya perbedaan interval jarak antar STA di setiap instansi pelaksana proyek akan mempengaruhi nilai volume galian dan timbunan yang diperoleh. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis interval jarak profil melintang dalam perhitungan volume menggunakan metode penampang rata-rata serta pengaruhnya pada jalan lurus dan jalan berkelok. Hasil perhitungan volume pada setiap interval akan dibandingkan dengan data yang dianggap benar. Data perhitungan volume yang dianggap benar adalah hasil perhitungan manual volume data profil interval STA 25 meter. Selisih volume hasil perhitungan dengan volume yang dianggap benar akan dianalisis menggunakan standard deviasi dan uji toleransi ASTM (American Society for Testing and Material) dengan batas toleransi sebesar 2,78%. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pada jalan lurus memiliki standard deviasi volume cut sebesar 367,350 m3 dan standard deviasi volume fill sebesar 326,187 m3. Sedangkan pada jalan berkelok memiliki standard deviasi volume cut sebesar 80,372 m3 dan standard deviasi volume fill sebesar 227,323 m3. Hal tersebut menunjukkan bahwa, perubahan penggunaan interval dalam perhitungan volume pada jalan lurus memiliki pengaruh yang lebih besar daripada jalan berkelok. Sedangkan pada uji toleransi ASTM, hanya pada interval 25 meter yang memenuhi toleransi. Pada jalan lurus, prosentase selisih volume cut sebesar 0,040% dan volume fill sebesar 0,074%, sedangkan pada jalan berkelok memiliki prosentase selisih volume cut sebesar 0,170% dan volume fill sebesar 1,196%.