Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

The Concept of Submission is Based on the Term Mukhbitīn and its Derivation in the Qur’an: An Analysis of the Interpretation of Maudū’ī Sahibu, Muhammad Sadly; Muhammad Yusuf; Abdul Ghany; Fardin Salaeh
Jurnal test Vol 4 No 2 (2025): AL-Fahmu: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58363/alfahmu.v4i2.522

Abstract

This abstract examines the concept of submission reflected in the term mukhbitīn in the Qur’an using a Maudū’ī (thematic) exegesis approach. The main focus of this research is to explore the profound meaning of submission in physical, mental, and spiritual aspects, which is reflected in the attitude of humility and total acceptance of Allah’s will. The methods used include the analysis of verses related to mukhbitīn and their application in the daily lives of Muslims, both in ritual worship and social life. A semantic approach and the theory of antisinonymy are employed to understand the different meanings of similar terms in the Qur’an, such as muslimīn and qānitīn, in order to provide a deeper understanding. The results of the study show that submission in the Qur’an is not only reflected in physical worship but also in profound mental and spiritual attitudes, involving a balance between faith, righteous deeds, and humility. This research concludes that true submission to Allah has a significant impact on both the personal and social lives of Muslims, strengthening their faith and helping them achieve happiness in both this world and the Hereafter.
Istifhām in the Phrase Mā Khaṭbu in the Qur’an Ramdana Nur; M. Ghalib M; Abdul Ghany; Muhammad Arwin
Jurnal test Vol 4 No 2 (2025): AL-Fahmu: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58363/alfahmu.v4i2.564

Abstract

This article examines the use of the istifhām phrase Mā Khaṭbu in the Qur'an. This phrase consists of the word “mā,” which means “what,” and “khaṭb,” which refers to a major event or important matter. The method used is a qualitative approach with thematic analysis of the verses containing the phrase Mā Khaṭbu. The results of the study indicate that the phrase Mā Khaṭbu serves more than just a question to obtain an answer. This phrase is used as a rhetorical tool aimed at arousing the moral and spiritual awareness of readers, as well as encouraging deep reflection and introspection. Additionally, this phrase also functions as social criticism and satire toward certain attitudes or conditions that require attention. Academically, this research contributes to the study of balaghah, tafsir, and Qur’anic linguistics. This research also enriches understanding of the use of rhetorical questions as a spiritual educational method that can shape the inner consciousness of Muslims.
Science of Rasm Al-Qur'an: Analysis of Developments in the Digital Era Andi Darmawansyah Sayuti; Achmad Abubakar; Abdul Ghany
Tilawah: Journal of Al-Qur'an Studies Vol. 1 No. 2 (2025)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/tilawah.v1i2.10

Abstract

The science of Rasm Al-Qur'an is a discipline that discusses the rules of writing the Qur'an that were established during the time of Uthman bin Affan, known as Rasm Utsmani. These rules have been a guideline in writing and reading the Qur'anic manuscripts for centuries, maintaining the integrity of the Qur'anic text. In recent decades, technological developments have brought significant changes in the science of the Qur'an and its interpretation. Digitization and technology have revolutionized the way the Qur'anic manuscripts are written, reproduced, and distributed, making it easier to learn Rasm Al-Qur'an without time limits. This study aims to analyze the development of the science of Rasm Al-Qur'an in the modern era, both theoretically and practically, and to see how this science adapts to technological advances and the needs of contemporary Muslims. The method used is library research, which collects and analyzes data from various sources. The results of this study indicate that digitization not only facilitates ancient manuscripts and standardization of the Qur'anic text. The digital Al-Quran application offers various features that enrich the learning experience, increase people's understanding and interest in studying the science of Rasm Al-Quran.
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN QASHASH AL-QUR’AN Alfajri Alfajri; Achmad Abubakar; Abdul Ghany
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 5 (2025): MEI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Qashash al-Qur’an atau kisah-kisah dalam al-Qur’an yang mengisi seperempat al-Qur’an diyakini kebenarannya sebagai kisah nyata yang diturunkan Allah untuk diambil pelajaran (ibrah), hikmah dan dijadikan sumber teladan dalam keseharian. Sebagian kisah tersebut telah didapatkan bukti sejarahnya melalui penelitian arkeologis, sementara sebagiannya yang lain belum didapatkan buktinya. Banyak cara yang dilakukan guna menggali ibrah dari kisah-kisah tersebut. Penguatan pendidikan karakter dapat ditemukan dengan memahami dalam qashas al-qur’an yang jelasnya dibahas dalam tulisan ini. Penelitian deskriptif riset pustaka dari bebera tulisan sebelumnya dikaji menjadi tulisan dengan pembaharuan yang telah di telaah menjadi sebuah tulisan baru. Penguatan pendidikan karakter melalaui kisah atau cerita qashash al-qur’an dengan mengembangkan metode bercerita yang bersumber dari qashash al-Qur’an kita sebagai umat Muslim diharapkan dapat memanfaatkan media yang memang telah disiapkan oleh Allah Swt. Untuk membentuk karakter generasi selanjutnya agar lebih baik.
Pengaruh Kaidah Ilmu Jadal (Berargumentasi) Dalam Ulumul Qur’an Terhadap Pemahaman Ayat Mutasyabihat Ilham Ilham; Achmad Abubakar; Abdul Ghany
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 6 (2025): JUNI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ilmu jadal sebagai cabang dari logika Islam dan retorika debat yang menjadi metode sistematis dalam menyusun hujjah (argumen) berdasarkan premis yang kuat dan sahih. Ayat-ayat mutasyabihat sering kali dijadikan dalih untuk ekstremisme atau ideologi sesat. Oleh karena itu, kajian pengaruh kaidah-kaidah ilmu jadal terhadap proses pemahaman ayat-ayat mutasyabihat dalam kerangka ulumul Qur’an perlu dilakukan. Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan yaitu dengan data dari kitab tafsir (klasik dan kontemporer) terkait interpretasi Qur’an, buku ulumul Qur’an, kitab ushul fikih dan ilmu jadal serta jurnal-jurnal ilmiah tentang ilmu jadal serta logika Islam. Teknik Analisis Data yang menggunakan Analisis terhadap ayat-ayat mutasyabihat dan penafsiran menggunakan pendekatan kaidah kaidah ilmu jadal. Terdapat 5 kaidah ilmu jadal yang digunakan dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat 1) Al-Muqaddimah al-Maqbūlah: Premis yang diterima akal dan syariat; 2) Kaidah Al-Tanaqudh (Penolakan Kontradiksi); 3) Kaidah al-Muqaddimah al-Maqbūlah (Premis Yang Diterima Akal Dan Syara'); 4) Munāẓarah: Adab dialog ilmiah; 5) Istiqrā’: Induksi dengan mengumpulkan semua ayat dan hadis terkait tema tertentu, lalu menyimpulkan makna umum. Melalui penerapan kaidah-kaidah ilmu jadal, mufassir dapat menafsirkan ayat-ayat mutasyābihāt dengan tetap menjaga keselarasan akidah dan menghindari penafsiran yang menyimpang
Muhkam dan Mutasyabih Dalam Al-Qur'an: Implikasi Teologis dari AlMuhkam dan Al-Mutasyabbih dalam Al-Qur'an Waode Mabrukah Azzahrah; Achmad Abubakar; Abdul Ghany
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 6 (2025): JUNI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menyelidiki gagasan tentang ayat-ayat muhkam dan mutasyabih dalam Al-Qur'an dan konsekuensikonsekuensi religius yang terkait. Ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang memiliki implikasi yang jelas, tegas, dan tersurat, yang memberikan dasar dan standar yang kuat dalam pelajaran Islam. Ayat-ayat mutasyabih, di sisi lain, mengandung simbolisme dan metafora yang meningkatkan aspek spiritual dan intelektual dari teks suci dan memiliki makna yang ambigu dan memerlukan analisis mendalam. Penelitian ini menunjukkan bahwa ayat-ayat muhkam memberikan panduan praktis dan hukum yang jelas bagi umat Islam, sedangkan ayat-ayat mutasyabih mendorong refleksi yang mendalam dan pengembangan pemahaman teologis dengan menganalisis karakteristik, fungsi, dan tujuan dari kedua jenis ayat ini. Dalam menafsirkan Al-Qur'an, di mana ayat-ayat muhkam dan mutasyabih saling melengkapi satu sama lain dalam menyampaikan pesan Ilahi, studi ini menekankan pentingnya pemahaman yang komprehensif dan holistik. Ayat-ayat tersebut memiliki implikasi teologis yang penting bagi perkembangan pemikiran Islam kontemporer, termasuk pemahaman yang lebih mendalam tentang sifat Tuhan, esensi ajaran Islam, dan dinamika penafsiran teks-teks suci.
JAM’UL QUR’AN : PROSES DAN METODE PENGUMPULAN AL-UR’AN DI MASA NABI MUHAMMAD SAW Sulaeman Sulaeman; Achmad Abubakar; Abdul Ghany
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 3 (2025): JUNI-JULI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas bagaimana proses dan metode pengumpulan Al-Qur’an di masa Nabi Muhammad SAW. Yang merupakan periode fundamental dalam sejarah wahyu. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, memerlukan upaya pelasterian unutk menjaga keasliannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualititaif dengan fokus pada literatur, bertujuan untuk menggali secara mendalam proses jam’ul Qur’an dan prespektif historis. Hasil penelitian menunjukka bahwa pengumpulan Al-Qur’an dilakukan melalui dua metode utama: penghafalan (hifzuhu) dan penulisan (kitabuhu kullihi). Meskipun pada masa Nabi belum ada kodifikasi dalam bentuk mushaf, pengumpulan dilakaukan secara sistematis melalui pengajaran langsung dari Nabi kepada para sahabat dan kegiatan mu’aradah yang rutin. Proses ini memastikan bahwa teks Al-Qur’an tetap terjaga daru pemalsuan dan kesalahan, serta memperkuat pemahaman umats Islam terhadap wahyu yang diturunkan. Penelitian ini menegaskan pentingnya metode jam’ul Qur’an dalam mempertahankan kemurnian dan integritas kitab suci Al-Qur’an di tengah tantangan zaman.