Yonathan Louis Pratama Lase
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI PILAR GEOPOLITIK INDONESIA: STRATEGI INTEGRASI NASIONAL DI ERA DINAMIKA GLOBAL Alfiana Nurul Fadillah; Tiarma Elisabeth Nainggolan; Wishmar Samuel Siregar; Yonathan Louis Pratama Lase; Julia Ivanna
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 5 (2025): Oktober - November 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wawasan Nusantara merupakan pilar utama geopolitik Indonesia yang menegaskan kesatuan wilayah, bangsa, dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam menghadapi tantangan global dan domestik. Konsep ini berakar pada pandangan Ir. Soekarno tentang pentingnya kesatuan bangsa dan wilayah sebagai dasar negara yang berdaulat, serta dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila yang menekankan keadilan, persatuan, dan kesejahteraan. Sebagai bentuk penerapan geopolitik khas Indonesia, Wawasan Nusantara berfungsi untuk mengintegrasikan seluruh elemen bangsa dalam satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan. Dalam konteks pembangunan nasional, Wawasan Nusantara menjadi strategi integrasi yang mampu memperkuat rasa kebangsaan, pemerataan pembangunan, serta menjaga keutuhan wilayah dari Sabang hingga Merauke. Namun, implementasinya menghadapi berbagai tantangan seperti ketimpangan pembangunan, perbedaan sosial-budaya, dan pengaruh globalisasi yang berpotensi melemahkan identitas nasional. Oleh karena itu, diperlukan penguatan nilai kebangsaan melalui pendidikan, pemerataan ekonomi, serta adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, Wawasan Nusantara bukan hanya konsep geopolitik, melainkan strategi nasional yang berfungsi menjaga integrasi bangsa dan meneguhkan posisi Indonesia sebagai negara kepulauan yang berdaulat, adil, dan berkepribadian di tengah dinamika global.
Tempat Pengasingan Soekarno di Desa Lau Gumba sebagai Situs Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Yohana Magdalena Siagian; Fifi Fatiah; Andrew Carlos Putra Ambarita; Enjel Adriani br Gurusinga; Felix Agrian Brahmana; Mutiara Nazla Dalimunthe; Yonathan Louis Pratama Lase; Flores Tanjung
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 5 (2025): Oktober - November 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas Tempat Pengasingan Soekarno di Desa Lau Gumba sebagai salah satu situs sejarah penting pada masa Agresi Militer Belanda II. Penelitian dilakukan untuk memahami nilai historis, kondisi keaslian bangunan, serta pemanfaatannya sebagai wisata edukasi sejarah yang masih bertahan hingga saat ini. Menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui observasi lapangan, wawancara informal, dokumentasi visual, dan studi pustaka, penelitian ini menemukan bahwa bangunan pengasingan masih mempertahankan struktur asli dan artefak penting seperti kamar Soekarno, ruang rapat, serta foto dokumentasi masa pengasingan. Keaslian bangunan ini memperkuat pengalaman historis pengunjung dan berkontribusi pada pembentukan memori kolektif masyarakat lokal. Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa proses pelestarian dilakukan melalui konsep adaptive reuse, yang memungkinkan bangunan tetap digunakan tanpa menghilangkan nilai sejarahnya. Selain itu, situs ini berkembang sebagai ruang edukasi sejarah yang berfungsi layaknya museum, dengan pengelola menyediakan narasi sejarah kepada pengunjung dari berbagai kalangan. Dengan demikian, Tempat Pengasingan Soekarno di Lau Gumba memiliki nilai sejarah, sosial, dan edukatif yang sangat kuat, serta perlu dilestarikan dan dikembangkan secara berkelanjutan sebagai bagian dari warisan budaya yang penting bagi pembelajaran generasi muda. Penelitian ini menegaskan bahwa pelestarian situs sejarah bukan hanya menjaga bangunan fisik, tetapi juga mempertahankan identitas, memori kolektif, dan pemahaman masyarakat terhadap perjuangan bangsa Indonesia.