Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Distribusi Spasial Tumbuhan Sagu (Metroxylon spp.) di Pulau Ambon Romi Pranata; Sedek Karepesina; Samin Botanri
Jurnal Agrohut Vol 9 No 2 (2018): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v9i2.10

Abstract

Sagu merupakan tanaman penghasil pati yang tersedia banyak di bagian Timur Indonesia. Potensinya kadang melimpah di kawasan tertentu namun pada wilayah lain tersebar merata. Banyak sekali ditemukan perbedaan data yang tersaji sehingga menyulitkan untuk menentukan potensinya secara pasti. Penelitian ini dilakukan untuk melihat distribusi spasial tumbuhan sagu di Pulau Ambon. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu (1) Interpretasi citra (analisis awal) citra satelit resolusi tinggi, (2) Pengecekan lapangan (ground check), dan (3) Re-interpretasi citra satelit resolusi tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi tumbuhan sagu yang tumbuh dan berkembang dalam wilayah Pulau Ambon sebesar 470,95 ha dengan tingkat akurasi sebesar 77,78%. Tumbuhan sagu terdistribusi secara spasial tidak merata dan sebagian besarnya (86,44%) terkonsentrasi pada 2 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Leihitu dan Kecamatan Salahutu dengan luas masing-masing sebesar 238,81 ha (50,71%) dan 168,27 ha (35,73%). Sebanyak 95% tumbuhan sagu di wilayah Pulau Ambon terdistribusi pada 3 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Leihitu, Kecamatan Salahutu dan Kecamatan Leitimur Selatan.
Sifat Fisis Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pada Lahan Agroforestry di Ambon, Maluku Irfan Lessy; Syarif Ohorella; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol 9 No 1 (2018): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v9i1.13

Abstract

Sifat-sifat kayu penting sekali dalam industri pengolahan kayu. Dengan mengetahui sifat tersebut, tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis tersebut sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal. Kayu sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) merupakan salah satu spesies pohon yang penting dalam pembangunan HTI di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisis kayu sengon (kadar air, berat jenis, dan penyusutan) yang ada pada lahan agroforestri Dusun Waringin Cap, Maluku. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat variasi berat jenis pada posisi vertikal dan horisontal. Berat jenis dari empulur ke bagian tepi semakin meningkat, sebaliknya tidak ditemukan tren yang sama dari ujung ke pangkal batang. Persentase kadar air rata-rata tertinggi terdapat pada posisi pada ujung batang dengan persentase kadar air sebesar 112,4%. Penyusutan tangensial pada suhu 0°-50° tertinggi berada pada bagian pangkal batang dengan nilai persentase penyusutan sebesar 3,86%. Untuk arah radial, penyusutan tertinggi berada pada bagian pangkal batang adalah 2,99%. Penyusutan tangensial tertinggi pada suhu 50° - 100° berada pada bagian tepi batang dengan nilai sebesar 2,90%. Untuk arah radial, penyusutan tertinggi ditemukan pada pangkal batang dengan nilai persentase penyusutan sebesar 2,83%.
Tegakan Hutan pada Petak Ukur Permanen (PUP) di Hutan Alam Desa Batlale Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Maluku (Kondisi Umum dan Tanaman Dominan) Daniel Jacob Tahitu; Samin Botanri; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol 9 No 1 (2018): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v9i1.14

Abstract

Petak Ukur Permanen (PUP) adalah satuan unit evaluasi dalam melihat kondisi struktur pertumbuhan tegakan pohon, kerusakan serta pengelolaan yang tepat atas suatu kawasan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kondisi topografi, struktur tanah dan indikator tapak lainnya dengan stuktur tegakan di PUP Hutan Alam Desa Batlale Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Maluku. Penelusuran pustaka disajikan untuk informasi yang telah tersedia, berikutnya tegakan pohon di ukur diameter dan tingginya pada plot yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa topografi lokasi PUP dan sekitarnya adalah agak curam dengan kelerengan lapangan yaitu 15 % sampai 25 %, ketinggian tempat berkisar 400 – 450 m dpl. Iklim di lokasi PUP dan sekitarnya menurut Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim ”C” yaitu daerah agak basah (hujan tropis). Jumlah tanaman tingkat tiang adalah 24 jenis dengan 57 individu. Jenis yang dominan adalah Bintangur (Chalophilum inophyllum, L.). Jenis dominan untuk tingkat pohon adalah Uhun (Eucalyptosis papuana C.T. White) berjumlah 30 pohon (32,97%) dengan volume 191,85 m³.
Tingkat Erosi Sub Daerah Aliran Sungai Wae Sari I; Kondisi Umum Dedy Sofyan; Sedek Karepesina; Tekat Dwi Cahyono
Jurnal Agrohut Vol 3 No 1 (2012): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v3i1.17

Abstract

Serangkaian penelitian dilakukan untuk melihat terjadinya erosi di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat. Fokus kegiatan dilakukan di Sub Daerah Aliran Sungai Wae Sari. Sub DAS ini penting bagi masyarakat Kecamatan Kairatu, khususnya wilayah yang terdekat. Pada tahap ini penelitian dilakukan dengan melakukan analisis dan menyajikan data umum Sub DAS Wae Sari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan drainase termasuk dalam kategori sedang. Topografi agak curam mendominasi sub DAS Wae Sari sebesar 30,41%. Dua formasi geologi ditemukan, yaitu Aluvium (Qa) dan Kompleks Taunussa (Pzta) dengan prosentase masing- masing sebesar 19,05 dan 80,95%. Curah hujan bulanan rata-rata sebesar 192,83 mm/bulan dan bulan Juni memiliki cuah hujan tertinggi, yaitu sebesar 428,92 mm/bulan. Berdasarkan penggunaan lahan, kebun campuran memiliki prosentase terbesar (lebih dari 30%) atau seluas 120,35 Ha. Hasil penelitian bermanfaat sebagai data awal kegiatan konservasi tanah dan kebijakan pengelolaan yang tepat untuk Sub DAS Wae Sari.
Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan Semai Jati Ambon (Tectona grandis Linn f.) Sedek Karepesina; Usman Umarella; Amin Pattiasina
Jurnal Agrohut Vol 1 No 1 (2010): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v1i1.26

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian fungi mikoriza arbuskula dan bahan organik dalam meningkatkan pertumbuhan semai jati Ambon. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dalam upaya pemanfaatan fungi mikoriza arbuskula dan penggunaan bahan organik yang dapat meningkatkan pertumbuhan semai jati Ambon. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam faktorial yang terdiri dari dua faktor. Pemberian Inokulum FMA (Glomus mosae) terdiri dari G0 (kontrol), G1 (Inokulum FMA : 20 gr/tanaman) dan pemberian bahan organik terdiri dari B0 (kontrol), B1 (50 gr/tanaman, B2 (100 gr/tanaman). Percobaan ini diulang sebanyak 3 kali sehingga total satuan percobaan adalah 2 x 3 x 3 = 18 satuan percobaan. Dimana setiap perlakuan terdiri dari 3 tanaman sehingga total tanaman yang diamati adalah 43 tanaman. Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa pada semai jati Ambon dengan pemberian mikoriza berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman pada masing-masing umur pengamatan (2, 4, 6 dan 8 MST), diameter batang (2 dan 8 MST), berat kering tanaman (8 MST), nisbah pucuk akar (8 MST). Sedangkan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (2 MST). Pada semai jati Ambon dengan pemberian bahan organik berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman pada masing-masing umur pengamatan (2, 4, 6 dan 8 MST), diameter batang (2 dan 8 MST), berat kering tanaman (8 MST). Inokulasi Mikoriza dengan dosis 20 gram/tanaman (G1) dapat memberikan pertumbuhan semai jati Ambon yang baik, pemberian bahan organik dengan dosis 100 gram/tanaman (B2) dapat memberikan pertumbuhan semai jati ambon yang lebih baik.
Tingkat Erosi Sub Daerah Aliran Sungai Wae Sari II; Indikator terjadinya Erosi Dedy Sofyan; Sedek Karepesina; Tekat Dwi Cahyono
Jurnal Agrohut Vol 3 No 1 (2012): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v3i1.30

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor penyebab erosi dan perubahan permukaan tanah yang telah mengalami erosi di sub DAS Wae Sari. Penelitian di awali dengan pengumpulan informasi dari beberapa peta pendukung dan selanjutnya di analisis dengan metode Universal Soil Loss Equation (USLE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Erosivitas di Sub DAS Wae Sari sebesar 1557,76 t.m/ha/cm.hujan sedangkan nilai erodibilitas tanahnya sangat beragam. Nilai faktor topografi sebesar 0,010 - 4,560 dan Nilai LS efektif terendah terdapat pada unit lereng 1 segmen 1 (UL1S1) dan unit lereng 2 segmen 1 (UL2S1). Nilai LS tertinggi terdapat pada unit lereng 22 segmen lereng 5 (UL22S5). Permeabilitas tanah sub DAS Wae Sari termasuk dalam kategori lambat hingga permeabel di atas sub strata yang telah melapuk dengan nilai 1,6 mm/th hingga 2,5 mm/th. Seluruh wilayah pengamatan ditemukan Erosi dengan kondisi ringan hingga sangat berat.
Tingkat Erosi Sub Daerah Aliran Sungai Wae Sari III; Korelasi antara Erosi dengan Faktor Penggunaan Lahan, Topografi dan Jenis Tanah Dedy Sofyan; Sedek Karepesina; Tekat Dwi Cahyono
Jurnal Agrohut Vol 5 No 2 (2014): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v5i2.31

Abstract

Seri ketiga penelitian terhadap tingkat erosi sub DAS Wae Sari menyajikan korelasi antara tingkat erosi dengan faktor penyebab erosi yang terdiri dari penggunaan lahan, topografi dan jenis Tanah. Penelitian di awali dengan penetapan tingkat erosi di sub DAS Wae Sari dan menyajikannya pada peta. Selanjutnya dilakukan analisis korelasi antara penggunaan lahan, topografi dan jenis tanah terhadap tingkat erosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa erosi berat hanya terjadi 1,4% dari seluruh pengamatan sedangkan 66,24% hanya mengalami erosi ringan. Faktor penggunaan lahan dan topografi memberikan korelasi yang sangat nyata terhadap tingkat erosi (p=0,00). Faktor jenis tanah memberikan korelasi nyata dengan nilai p=0.05. Tanah kambisol menghasikan rata-rata erosi lebih tinggi dibandingkan dengan tanah aluvial sedangkan kelas topografi yang menghasilkan erosi tertinggi adalah topografi bergelombang (8-15%). Kawasan perladangan yang memiliki topografi 8-15% menghasilkan erosi tertinggi.
Analisis Vegetasi Pada Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Air Besar di Desa Selagur Kota Kecamatan Siritaun Wida Timur Kabupaten Seram Bagian Timur Samin Botanri; Rismawati Buaklofin; Sedek Karepesina; M Yani Kamsurya
Jurnal Agrohut Vol 13 No 1 (2022): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v13i1.35

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui indeks nilai penting vegetasi di Daerah Aliran Sungai (DAS), khususnya tingkat Pohon dan Tiang. Pengamatan di lakukan di DAS Air Besar di Desa Selagur Kota Kecamatan Siritaun wida Timur Kabupaten Seram Bagian Timur. Metode yang digunakan dalam pengukuran dan pengamatan vegetasi adalah menggunakan metode transek/jalur garis berpetak tunggal. Pengambilan sampel diambil pada masing–masing jenis vegetasi yang ditemukan dalam petak/areal dengan ukuran 20 x 20 m dan 10 x 10 m, masing-masing untuk kelas Pohon dan Tiang. Indeks nilai penting (INP) tanaman tingkat Pohon tertinggi adalah Sengon (Paraserianthes falcataria) (57,62) diikuti dengan Samama (Anthocephallus macrophyllus) (53,55). Sementara itu untuk tingkat tiang, INP tertinggi adalah Ebony (Dyospiros celebia) dan diikuti oleh Gofasa (Vitex sp.).
Nilai Kepentingan Budaya Keanekaragamaan Jenis Sayuran Indegenous Dalam Kehidupan Masyarakat di Kampung Sire Distrik Mare Timur Kabupaten Maybrat Papua Barat Azis Maruapey; Syarif Ohorella; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol 13 No 1 (2022): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v13i1.119

Abstract

Sayuran indigenous adalah sayuran asli suatu daerah di Indonesia yang berasal dari daerah atau ekosistem tertentu. Sayuran indigenous merupakan salah satu sumberdaya hayati yang kaya manfaat dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sayuran alternative. Studi ini menggunakan metode deskriptif dengan telaah informasi dan dokumentasi dari masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara terhadap masyarakat melalui Focus Group Disscusion (FGD) dan observasi lapangan. Jenis jenis sayuran indegenous yang penting dalam kehidupan budaya masyarakat di Kampung Sire Distrik Mare Timur Kabupaten Maybrat ditemukan sebanyak 10 (sepuluh) jenis antara lain Melinjo, Rebung, Paku, Pakis, Kecipir, Labu, Buah merah, Jamur, Gohi dan Gedi. Nilai penting sayuran indegenous berdasarkan nilai manfaat tertinggi ada pada jenis Melinjo (1,34), Paku (1,2) dan Gohi (1,2). Ini membuktikan bahwa jenis sayuran indegenous ketiga jenis tersebut sangan bermanfaat bagi kehidpan masyarakat di Kampung Sire sebagai pangan sayuran alternatif. Nilai Kepentingan Budaya (Index of Cultural Significanse / ICS) jenis sayuran indegenous yang teringgi ada pada jenis Melinjo yakni dengan nilai ICS sebesar 96, sehingga dapat dijelaskan bahwa jenis sayuran indegenous Melinjo tersebut memiliki nilai kepentingan budaya yang tinggi dalam hal nilai intensitas dan nilai eklusifitas bagi kehidupan masyarakat di Kampung Sire.
Kualitas Briket Arang dari Limbah Ela Sagu Sudiono Wali; Sedek Karepesina; Samin Botanri; Tekat Dwi Cahyono
Jurnal Agrohut Vol 13 No 1 (2022): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v13i1.122

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat dan kualitas limbah ela sagu dan menguji panas atau kalor briket arang limbah ela sagu yang telah diproses melalui pencetakan dengan menggunakan pipa dan dongkrak. Ela sagu dikeringkan dibawah sinar matahari dan berikutnya dibakar di dalam drum selama 30 menit hingga menjadi arang. Serbuk arang di saring hingga lolos 80 mesh.. Berikutnya disiapkan perekat yang dibuat dari tepung sagu dan air. Keduanya dicampur dan dipanaskan hingga mendidik. Sambil diaduk, campuran di dinginkan hingga berbentuk seperti perekat. Briket dibuat dengan mencampur perekat dengan arang. Perbandingan perekat dengan arang adalah 1:1. Perekat dan arang ela sagu dimasukkan dalam pipa ukuran 4 cm dan diberi tekanan 1, 2, dan 3 ton selama 15 menit. Berikutnya dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 100 °C selama 30 menit. Identifikasi kualitas briket arang adalah kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap dan fixed karbon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tekanan 3 ton memberikan kualitas briket arang yang terbaik.