Pemanfaatan biji karet (Hevea brasiliensis) sebagai bahan pakan unggas merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan pakan konvensional seperti jagung dan bungkil kedelai. Biji karet memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi, dengan protein kasar sebesar 18–25%, lemak kasar 40–50%, serta asam amino esensial seperti lisin dan metionin. Namun, kandungan senyawa toksik berupa asam sianida (HCN) pada biji karet mentah menjadi kendala utama dalam penggunaannya. Penelitian menunjukkan bahwa pengolahan melalui fermentasi, terutama dengan mikroba seperti Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae, mampu menurunkan kadar HCN hingga lebih dari 90%, sekaligus meningkatkan kecernaan dan kestabilan nutrisi. Penggunaan biji karet fermentasi dalam ransum unggas pada level 5–15% terbukti tidak menurunkan performa produksi, tidak menimbulkan efek toksik pada organ, dan tidak memengaruhi kualitas produk ternak. Dari sisi ekonomi, biji karet fermentasi berpotensi menurunkan biaya pakan secara signifikan. Oleh karena itu, biji karet yang telah diolah secara tepat dapat menjadi alternatif pakan lokal unggas yang aman, bergizi, dan ekonomis, terutama bagi peternakan rakyat di daerah penghasil karet. Dukungan teknologi dan kebijakan diperlukan untuk mengoptimalkan pemanfaatannya secara luas dan berkelanjutan.
Copyrights © 2025