Articles
266 Documents
PENDIDIKAN EMANSIPATORI DALAM PERSPEKTIF SAYYIDAH AISHAH
Kurniyah;
Putri, Alina Lestari
AL - IBRAH Vol 10 No 1 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v10i1.677
This study investigates the emancipatory educational thought embodied by Sayyidah Aishah, a central female figure in the early intellectual history of Islam. The key question it seeks to answer is how Aishah’s role as a transmitter of prophetic knowledge and a critical interlocutor in religious discourse exemplifies a gender-inclusive model of Islamic education. Adopting a qualitative, library-based approach, the research draws on classical sources such as hadith compilations, biographical dictionaries, and tafsir literature, alongside contemporary theories of emancipatory pedagogy. Sayyidah Aishah is positioned not merely as a transmitter of prophetic knowledge but as an epistemic agent who actively challenged androcentric interpretations of Islamic teachings. Through thematic analysis, the study reveals Aishah’s unique contributions to the formation of Islamic jurisprudence and ethics, particularly in areas of gender equity, intellectual accountability, and moral reasoning. The findings suggest that her life and teachings offer a model of resistance to patriarchal constraints in religious education. Her legacy provides a framework for reimagining Islamic education as a space of liberation rather than confinement for Muslim women. Ultimately, the paper affirms that gender justice and Islamic piety are not mutually exclusive but deeply interconnected through historically grounded practices of knowledge transmission.
THE ROLE OF WORK ETHIC IN ISLAMIC EDUCATION BASED ON AL-QUR'AN AND HADITH
Hasan, Mushohihul;
Almalouh, Awashah
AL - IBRAH Vol 10 No 1 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v10i1.680
This article examines the concept of work ethic from the perspectives of Al-Qur'an and Hadith and its relevance to Islamic education. The aim of this study is to explore how the principles of work ethic derived from Islamic teachings can be integrated into modern educational practices, focusing on the role of teachers and students in fostering a productive and ethical learning environment. Using a library-based research methodology, this study analyzes key verses from the Al-Qur'an and relevant Hadith to extract core values such as discipline, responsibility, and professionalism, which are central to the Islamic work ethic. The research findings suggest that these values can significantly contribute to the development of moral character in students, improve their overall academic performance, and help shape individuals who are both academically capable and ethically responsible. Additionally, the article discusses how the application of these values in the classroom and through the curriculum can foster an atmosphere conducive to both academic success and personal growth. The study concludes with recommendations for integrating Islamic work ethic into Islamic educational systems, advocating for teacher training, curriculum modifications, and institutional support to ensure the effective implementation of these values. The article highlights the importance of work ethic as a foundation for creating a holistic educational system that nurtures both intellectual and moral development in students.
PEMIKIRAN PENDIDIKAN PROGRESIF DALAM PERSPEKTIF FAZLUR RAHMAN
Fauzi, Muhammad;
Winarto, Tri
AL - IBRAH Vol 10 No 1 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v10i1.682
Fazlur Rahman's thought presents a new paradigm in Islamic education, emphasizing value transformation and methodological reform. This study aims to analyze the concept of progressive education from Fazlur Rahman's perspective, with a particular focus on his double movement hermeneutical method as a pedagogical approach. The research employs a qualitative method through library research based on Rahman's primary works and academic secondary sources. The findings reveal that Rahman's progressive education emphasizes the integration of Qur’anic ethical values with modern social contexts, shaping learners to be critical, rational, and socially responsible. His concept rejects the dichotomy between religious and secular sciences and promotes contextual, reflective, and ijtihad-based learning. Rahman's thought is highly relevant to the context of Islamic education in Indonesia, particularly in supporting holistic and transformative curricula. This study recommends the integration of Rahmanian principles in curriculum design, teacher training, and educational policy to strengthen the character and competitiveness of future Muslim generations.
ANALISIS KESALAHAN MAKNA PADA TERJEMAHAN (ARAB-INDONESIA): SANTRIWATI KELAS III REGULER A TMI AL-AMIEN PRENDUAN SUMENEP MADURA TAHUN AJARAN 2020-2021 M
Anisya, Nur;
Bidari
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : STIT Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.116
Terjemah merupakan salah satu proses pengalihan bahasa dari teks bahasa Arab pertama ke bahasa sasaran. Dalam bahasa Arab terdapat istilah Ilmu ad-Dilalah atau semantik yaitu kajian tentang makna. Salah satu pembagian makna diantaranya makna leksikal adalah makna hakiki (makna asli) yang terdapat dapat kamus, namun makna leksikal tersebut dapat berubah seiring dengan keadaan dan situasi, dan inilah yang disebut dengan makna kontekstual. Permasalahan yang ditemukan dalam pejaran tarjamah adalah mayoritas hasil terjemahan teks arab tidak sesuai dengan konteks. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesalahan makna kontekstual pada teks bahasa Arab dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan makna kontekstual tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif lapangan, metode pengumpulan data yang digunakan berupa observasi/ pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Instrumen untuk mendapatkan data tersebut adalah buku tulis santriwati yang berisi teks hasil terjemah. Serta sumber datanya adalah santriwati Marhalah Tsanawiyah kelas III Reguler A. Analisis datanya menggunakan analisis kesalahan (Error Analysis) dengan cara mengumpulkan sampel (kesalahan terjemahan Arab-Indonesia) dan mengidentifikasi sampel (kesalahan).
SEJARAH SOSIAL LITERASI DI INDONESIA;: DARI TRADISI ISLAM HINGGA PERUMUSAN KEBIJAKAN
AR, Zaini Tamin;
Mollah, Moch. Kalam
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : STIT Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.120
Beberapa penelitian menggambarkan tingkat literasi membaca siswa Indonesia termasuk rendah dibandingkan dengan siswa di beberapa negara di dunia. Padahal, dalam dalam perkembangan pendidikan, urgensi literasi tidak dapat dikesampingkan. Oleh sebab itu, penelitian ini berupaya menganalisis pendidikan literasi di Indonesia dalam konteks historis dan politis. Penelitian pustaka ini menyimpulkan bahwa literasi sejatinya merupakan tradisi kuat dalam sejarah Islam. Namun, sejarah ini baru dapat dikontekstualisasikan beberapa tahun ini melalui kebijakan pemerintah melalui gerakan literasi nasional dan internalisasi literasi pada kurikulum pendidikan nasional. Penelitian ini merekomendasikan langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan di ataranya: Pertama, membumikan makna iqra’ – yang sebenarnya merupakan tradisi Islam yang menyejarah – dalam membangun generasi literasi di Indonesia. Kedua, rumusan kebijakan literasi harus segera dimaksimalkan dan menjadi gerakan nasional.
DINAMIKA DAN PERUBAHAN SOSIO-RELEGIO KULTURAL PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DAN SALAFI
Afandi;
Mukminin, Moh Amiril;
Syahid, Ishaq
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : STIT Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.124
Eksistensi pesantren memang telah tumbuh jauh sebelum kemerdekaan Indonesia.Pertumbuhan dan perkembangan pesantren sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan Agama Islam di Indonesia.Perjalanan pesantren sebagai lembaga pendidikan sangat menakjubkan.Pada era berdirinya kerajaan Islam, pesantren memperoleh tempat utama sebagai tempat masyarakat belajar berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi serta ilmu agama Islam.Selanjutnya di jaman penjajahan, Belanda memperkenalkan sistem pendidikan barat yang dinamakan sekolah. Sekolah ini yang kemudian dipandang masyarakat sebagai sarana untuk menuju masyarakat modern, sedangkan pesantren dianggap mempertahankan tradisi kolot. Kondisi ini sengaja diciptakan untuk menggerus pengaruh pesantren, karena pesantren oleh penjajah dianggap sebagai basis para pejuang kemerdekaan. Sedangkan pondok pesantren secara terminologi adalah lembaga pendidikan agama Islam, umumnya kegiatan tersebut diberikan dengan cara non klasikal (bandongan dan sorogan) dimana seorang kyai mengajar para santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh para ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan para santri biasanya tinggal di asrama tersebut. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam pertama di Indonesia. Menurut Agus Sunyoto, Menjelang akhir Majapahit, pesantren-pesantren yang menggantikan asrama dan dukuh Syiwa-buddha telah tumbuh berkembang menjadi lembaga pendidikan tempat siswa menuntut ilmu. Menurut Abdurrahman Wahid pesantren adalah lembaga yang diambil dari sistem mandala, lembaga pendidikan pra Islam di jaman Majapahit. Pondok pesantren Salafiyah (PPS) oleh para Sosiolog sering disebut dengan pondok pesantren “tradisional”, artinya pondok pesantren yang selalu melestarikan tradisi masa lalu, sebagai istilah yang lebih menunjukkan pada makna yang lebih umum dan mungkin juga lebih dominannya warna lokal dari pada Timur Tengah. Sedangkan gerakan pondok pesantren Salafi tidak lepas dari istilah gerakan Wahabi. Nama gerakan Wahabi adalah sebuah kelompok yang di-nisbah-kan kepada Muhammad ibn Abdul Wahāb. Asimilasi sosio-kultural yang dilakukan adalah membumikan Islam sesuai budaya setempat, mengislamkan anasir Hindu, memanfaatkan ajaran Kapitayan.Mendirikan lembaga pendidikan seperti asrama syiwa-budha yang nanti disebut pesantren, mengubah ajaran Bhairawa-Tantra dan mengubah kebiasaan dan tradisi keagamaan.
STRATEGI KOMUNIKASI BRANDING PERGURUAN TINGGI
Arifin, Moh. Samsul
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : STIT Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.125
Persaingan kampus-kampus baru di kabupaten Bangkalan beberapa tahun terakhir menjadi lebih ketat. Dari data Kopertais wilayah-IV Surabaya, sudah ada 10 perguruan tinggi yang terdaftar dalam kurun waktu tak sampai 15 tahun, dan diperkirakan beberapa kampus baru akan bermunculan lagi di masa yang akan datang. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik, mengelola dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan demikian diharapkan para lulusannya dapat berguna dan diterima oleh masyarakat, serta dapat diserap dengan baik oleh lapangan kerja. Akan tetapi untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu usaha dan strategi yang tepat mengingat semua perguruan tinggi memiliki tujuan yang sama. STIT Al-Ibrohimy Bangkalan sendiri didirikan pada tahun 2007 di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Ibrohimy desa Galis Kabupaten Bangkalan. Memiliki 3 Program Studi, yaitu Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah/SD dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, STIT Al-Ibrohimy Bangkalan yang juga secara geografis berada di tengah-tengah kabupaten Bangkalan memiliki jarak tempuh seimbang baik ke ujung barat dan timur atau utara ke selatan kabupaten ini, memiliki status strategis yang seharusnya dimanfaatkan dengan baik oleh pengelola kampus. Dijadikan nilai unggul yang tidak dimiliki kampus lainnya di Bangkalan, juga dapat disampaikan kepada masyarakat melalui strategi branding yang terencana dengan baik.
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Husni, Muhammad;
Muhammad, Hasyim
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : STIT Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.126
Dalam kajian modern sains, jiwa sebagai objek materil konseling tidak dipandang sebagai subtansi materil yang berkelindan antara dunia fisik dan metafisik, tetapi hanya terlingkar pada sistem biologis semata ataupun terpaku pada kecanggihan sistem neurologis otak. Hal ini berbeda jika dipandang dari konseling Islam yangreligion sains, para filosof muslim seperti Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina, Mulla Shadra memandang jiwa—sebagai objek materil konseling, memiliki substansi immateril (metafisik) yang terkait erat dengan intelek samawi yang immaterial pula. bimbingan konseling Islam berdimensi luas, capaiannya tidak hanya sebatas mengoptimalkan perkembangan pribadi-sosial, perkembangan karir, dan perkembangan belajar atau akademik konseli, melainkan jauh lebih luas yakni mengoptimalkan dimensi immateril mereka.
STRATEGI MEDIA SOSIAL“AL IBROHIMY TV” DALAM MENYIARKAN KEGIATAN PONDOK PESANTREN AL IBROHIMY GALIS BANGKALAN
Fauzi, Muhammad;
Toyyib, Moh.
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : STIT Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.128
Di era digitalisasi saat ini, media sosial seolah menjadi sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya akun di media sosial seperti Instagram, Twitter, atau Facebook. Dengan banyaknya pengguna di media sosial, tidak heran jika platform ini sering digunakan di segala bidang bisnis, pendidikan, sosial dan lain sebagainya. Media sosial pada umumnya dirancang untuk memfasilitasi kebutuhan seseorang dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Platform ini juga berguna untuk menjalin silaturrahmi, menambah relasi, bahkan saat ini banyak orang yang memanfaatkannya sebagai tempat unjuk karya. Saat ini banyak lembaga dan instansi pendidikan yang juga memanfaatkan kecanggihan media sosial dalam mendukung kegiatannya yang berguna untuk menyiarkan kegiatan madrasah masing-masing. Salah satunya adalah yayasan al-Ibrohimy yang memanfaatkan media sosial sebagai wadah eksistensi dakwah baik di lingkungan pesantren maupun masyarakat. “Al Ibrohimy TV” merupakan media sosial milik Yayasan Al Ibrohimy Bangkalan yang fokus menyebarluaskan hal-hal positif antara lain informasi, postingan kegiatan di pondok pesantren dan hal-hal yang dianggap pantas untuk diposting mengenai Al Ibrohimy dengan harapan dapat menjadi forum promosi dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan. kemajuan proses pendidikan di lingkungan pesantren.
SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN DAN DINAMIKA PENGEMBANGAN INTELEKTUAL SANTRI
Saro'i, Mohammad
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : STIT Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.129
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia disinyalir mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan perkembangan zaman saat ini. Perubahan tersebut senantiasa memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap model kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Meskipun demikian, masih ada penilaian yang nigatif dari sebagian masyarakat tentang dunia pesantren, dengan memberikan stigma bahwa pendidikan pesantren termasuk pendidikan yang tertinggal dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Fakta ini, menjadi dasar penulis untuk mengenal lebih dalam tentang sistem pendidikan pesantren dan pengembangan intelektual dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang sistem pendidikan yang ada di lingkungan pesantren dalam mengembangkan intelektual santri. Dalam rangka menjawab permasalahan di atas, penulis menelaah dari beberapa literatur. Akhir dari artikel ini, penulis mengungkap fakta bahwa sistem pendidikan pesantren telah mampu mengembangkan intelektual para santri, hingga pesantren tidak hanya mencetak para santrinya menjadi orang yang religius, melainkan ulama’ yang intelek, dan mempunyai wawasan yang luas dan modern.