cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
GAMBARAN HISTOPALOGIK PAYUDARA MENCIT (MUS MUSCULLUS) YANG DIINDUKSI DENGAN SENYAWA KARSINOGENIK BENZO(Α)PYRENE DAN DIBERIKAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L) Husain, Nindy P.; Kairupan, Carla F.; Durry, Meilany F.
eBiomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.1.2015.7661

Abstract

Abstract: Breast cancer has the highest incidence of all cancers in women worldwide. Its etiology is still unknown, however, there are several risk factors considered as the primary contributors to the occurrence of breast cancer including life style, reproduction, genetic mutation, and hormonal inbalance. Benzo(α)pyrene, a polycyclic aromatic hydrocarbon compound (PAH), is known as a carcinogenic agent that can cause genetic mutations. Noni (Morinda citrifolia L) can be used as a natural medicine because it contains active compounds such as anti-microbial (antrhaquinone), anti-cancer (damnacanthal), proxeronin, alkaloids, minerals, vitamins, and some essential amino acids. This study aimed to determine the differences between the histopathologic features of the breasts of female mice administered and not administered with noni fruit (Morinda citrifolia L) after induction with benzo(α)pyren. This was an experimental study. There were 16 female mice approximately ± 2 months old with body weight approximately 20 gr divided into 4 groups: 1) Negative control, without any treatment for 28 days and mice were terminated on day 29. (2) Treatment I, breasts were injected with benzo(α)pyrene 0.3 mg/head/day subcutaneously for 14 days and mice were terminated on day 29; 3) Treatment II, breasts were injected with benzo(α)pyrene 0,3 mg/head/day subcutaneously for 14 days and mice were administered with noni fruit extract 0.5 mg/head/day on days 15-35 and mice were terminated on day 36; and 4) Treatment III, breasts were injected with benzo(α)pyrene 0,3 mg/head/day subcutaneously for 14 days and mice were administered with noni fruit extract 1.5 mg/head/day on day 15-35 and then were terminated on day 36. The results showed that the negative control group showed normal microscopic features of breast tissues. Treatment I group presented hyperplasia of the columnar epithelial cells lining the lactiferous ducts (> 4 layers) as well as cells with coarse nucleus chromatin and inflammatory cells. Treatment II and treatment III groups still presented hyperplasia of the columnar epithelial cells in milder manifestation than that of treatment I group (< 4 layers). Conclusion: Microscopic features of mice breasts induced with benzo(α)pyrene showed hyperplasia of the columnar epithelial cells of lactiferous ducts (>4 layers) while those of the mice administered with noni fruit extract after being induced with benzo(α)pyrene showed milder hyperplasia of the columnar epithelial cells (<4 layers).Keywords: Benzo(α)pyren, noni, hyperplasia, breast.Abstrak: Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan insidensi terbanyak dari semua jenis kanker pada perempuan di seluruh dunia. Penyebab kanker payudara masih belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang merupakan kontributor utama dalam pertumbuhan kanker, diantaranya gaya hidup, reproduksi, faktor genetik, dan ketidakseimbangan hormonal. Benzo(α)pyrene merupakan senyawa polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) yang bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan mutasi genetik. Mengkudu (Morinda Citrifolia L) dapat digunakan sebagai obat alami karena mengandung senyawa-senyawa aktif berupa anti mikroba (antrhaquinone), anti kanker (damnacanthal), proxeronin, alkaloid, mineral, vitamin dan beberapa asam amino esensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran histopatologik antara payudara mencit betina yang diberi dan tidak diberi ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L) setelah diinduksi dengan benzo(α)pyren. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Hewan uji ialah 16 ekor mencit betina berumur ± 2 bulan dengan berat badan 20 gr yang dibagi menjadi 4 kelompok: 1) Kelompok kontrol negatif (KN), mencit tidak diberi perlakuan selama 28 hari dan diterminasi hari ke-29; 2) Kelompok perlakuan I (KP-I), payudara mencit diinduksi benzo(α)pyrene 0,3 mg/ekor/hari secara subkutan selama 14 hari dan diterminasi hari ke-29; 3) Kelompok perlakuan II (KP-II), payudara mencit diinduksi benzo(α)pyrene 0,3 mg/ekor/hari secara subkutan selama 14 hari dan mencit diberi ekstrak buah mengkudu 0,5 mg/ekor/hari pada hari ke 15-35 dan diterminasi hari ke-36; dan 4) Kelompok perlakuan III (KP-III), payudara mencit diinduksi benzo(α)pyrene 0,3 mg/ekor/hari secara subkutan selama 14 hari dan mencit diberi ekstrak buah mengkudu 1,5 mg/ekor/hari pada hari ke 15-35 dan diterminasi hari ke-36. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada KN didapatkan gambaran mikroskopik jaringan payudara mencit yang normal. Pada KP-I didapatkan hiperplasia sel epitel kolumnar duktus laktiferi payudara (>4 lapis sel) dengan kromatin inti kasar dan berwarna ungu gelap, serta adanya sel-sel radang di jaringan ikat. Pada KP-II dan III masih didapatkan hiperplasia sel epitel kolumnar duktus laktiferi namun lebih ringan dari KP-I (<4 lapis sel). Simpulan: Gambaran mikroskopik payudara mencit yang diinduksi benzo(α)pyrene menunjukkan adanya hiperplasia sel epitel kolumnar duktus laktiferi (> 4 lapis) sedangkan payudara mencit-mencit yang diberikan ekstrak buah mengkudu setelah diinduksi dengan benzo(α)pyrene menunjukkan hiperplasia sel epitel yang lebih ringan (< 4 lapis).Kata kunci: benzo(α)pyren, mengkudu, hiperplasia, payudara
Hubungan kadar glukosa darah puasa dengan obesitas pada remaja di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Polii, Reiner C.; Kepel, Billy J.; Bodhi, Widdhi; Manampiring, Aaltje E.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14617

Abstract

Abstract: Obesity has become a serious problem world-wide. Obesity occurs due to the imbalance of intake and output energy. Thus, it is related with the incidence of insulin resistance and the disruption of glucose metabolism. This study was aimed to obtain the correlation between fasting blood sugar level and obesity in adolescents. This was an analytical study with a cross-sectional design. The results showed that the major category of subjects was obese I (38.33%). The highest percentage was normal blood sugar which was found in non-obese adolescent (96.8%). The Spearman correlation test showed a sweak correlation between obesity and fasting blood sugar level in adolescent (r=0.386; p=0.004). Conclusion: There was a significant weak correlation between fasting blood sugar level and obesity in adolescents.Keywords: obesity, fasting blood glucose, adolescent. Abstrak: Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara berkembang, prevalensinya pun meningkat begitu pesat. Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Obesitas berkaitan dengan terjadinya resitensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar glukosa darah puasa dengan obesitas pada remaja di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian terbanyak dalam kategori obes I (25,0-29,9 kg/m2) sebesar 38,33%. Kadar gula darah normal pada remaja non-obes dengan persentasi tertinggi (96,8%). Analisis korelasi Spearman pada kedua variabel memperoleh nilai koefisien korelasi r = 0,368 (p = 0,004). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna yang lemah antara kadar gula darah puasa dan obesitas pada remaja. Kata kunci: obesitas, gula darah puasa, remaja
PENGARUH LATIHAN ZUMBA TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN Halim, Elysia Veronica
eBiomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.2.1.2014.4552

Abstract

Abstract: Hemoglobin is a conjugated protein, function to transport oxygen and carbon dioxide. Hemoglobin levels could be influence of some factors such as gender, iron (Fe) and exercise. Zumba is a Latin-inspired dance workout first developed in Columbia. This study have a purpose to find out the influence of zumba exercise on hemoglobin levels. This was an experimental study with one group pre and post test design, samples included 20 female students year 2013 Medical Faculty of Nursing Science Sam Ratulangi University who met the inclusion criterias. Data were analyzed by paired t-test using SPSS. There were 20 subjects in this study. The results showed that there was a decrease of hemoglobin level after zumba exercise for two weeks. Conclusion: Decrease of hemoglobin levels can caused from some factors that were iron loss during exercise through sweat, destruction on hemoglobin because mechanic stress on muscles and sport anemia.Keywords: Zumba, hemoglobinAbstrak: Hemoglobin adalah sebuah protein yang terkonjugasi, berfungsi untuk mentranspor oksigen dan karbon dioksida. Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, zat besi (Fe) dan olahraga. Zumba merupakan latihan tari Latin yang terinspirasi pertama kali dan dikembangkan di Columbia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan zumba terhadap kadar hemoglobin. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan one group pre and post test dengan jumlah sampel 20 mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2013 Universitas Sam Ratulangi Manado yang memenuhi kriteria. Data dianalisis dengan uji t berpasangan menggunakan SPSS. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 20 subjek penelitian diperoleh hasil yaitu terjadi penurunan kadar hemoglobin setelah melakukan latihan zumba selama dua minggu. Simpulan: Penurunan kadar hemoglobin dapat disebabkan beberapa faktor yaitu kehilangan zat besi selama latihan melalui keringat, hematuria akibat rusaknya sel darah merah karena stres mekanik pada otot dan sport anemia.Kata kunci: Zumba, hemoglobin
Perubahan Histologik Postmortem pada Kelenjar Brunner Hewan Coba Sartika, Reza S.; Wongkar, Djon; Kalangi, Sonny J.R.
e-Biomedik Vol 6, No 1 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v6i1.19526

Abstract

Abstract: Studies of postmortem histological changes in digestive system showed a variety of changes related to postmortem time. This study was aimed to obtain the histological changes of Brunner gland within 24-hour interval using a domestic pig as model. This was a descriptive study. Samples of duodenum were taken at several time intervals, as follows: 0 hour, 1 hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours, 5 hours, 6 hours, 7 hours, 8 hours, 9 hours, 10 hours, 12 hours, 14 hours, 16 hours, 18 hours, 20 hours, 22 hours, and 24 hours. The results showed that the earliest histological changes occurred at 3 hours postmortem which showed congestion, widened gland lumen, as well as hydrophic degeneration of gland cells. At 7 hours to 22 hours postmortem the changes became more visible and were associated with lysis of the gland cells. At 24 hours postmortem the lysis had covered >50% of the gland cells, however, the Brunner glands could still be identified. Conclusion: The earliest changes occured at 3 hours postmortem in the forms of congestion, widened gland lumens, and hydrophic degeneration of gland cells which became more visible at 7-22 hour postmortem associated with gland cell lysis. The cell lysis covered most of the gland cells at 24 hours postmortem, however, the Brunner glands could still be identified.Keywords: duodenum, autolysis, postmortem. Abstrak: Berbagai penelitian mengenai perubahan histologik postmortem dari organ sistem pencernaan telah dilakukan pada hewan coba yang memperlihatkan variasi perubahan histologik sehubungan dengan waktu postmortem. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran perubahan histologik postmortem pada kelenjar Brunner hewan coba dengan interval waktu 24 jam. Jenis penelitian ialah deskriptif yang menggunakan babi domestik sebagai hewan coba. Interval waktu pengambilan sampel dari bagian duodenum ialah: 0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 7 jam, 8 jam, 9 jam, 10 jam, 12 jam, 14 jam, 16 jam, 18 jam, 20 jam, 22 jam, dan 24 jam postmortem. Hasil penelitian mendapatkan bahwa perubahan awal terjadi pada 3 jam postmortem yang menunjukkan kongesti dan lumen kelenjar melebar, serta degenerasi hidropik pada sel-sel kelenjar Brunner. Perubahan semakin tampak pada 7 jam sampai 22 jam postmortem, dan mulai terjadi lisis sel-sel kelenjar Brunner. Pada 24 jam postmortem lisis yang terjadi telah mencapai sekitar 50% sel kelenjar tetapi kelenjar Brunner masih dapat diidentifikasi. Simpulan: Perubahan awal terjadi pada 3 jam postmortem yang menunjukkan kongesti dan lumen kelenjar melebar serta degenerasi hidropik pada sel-sel kelenjar Brunner yang terus berlangsung disertai lisis sel-sel kelenjar yang pada 24 jam postmortem telah mencapai sebagian besar sel kelenjar tetapi kelenjar Brunner masih dapat diidentifikasi.Kata kunci: duodenum, autolisis, postmortem
GAMBARAN BASIL TAHAN ASAM (BTA) POSITIF PADA PENDERITA DIAGNOSA KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT ISLAM SITTI MARYAM MANADO PERIODE JANUARI 2014 S/D JUNI 2014 Buntuan, Velma
e-Biomedik Vol 2, No 2 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i2.5604

Abstract

Absract: Tuberculosis is an acute or chronic infectious disease caused by Gram positive bacil, Mycobacterium tuberculosis, which predominantly infect the lungs. The diagnosis of lung tuberculosis in adults is based on the finding of these mycobacyteria in the microscopical examination of sputum. This was a descriptive experimental study to obtain the mycobacteria in patients’ sputum stained with Ziehl Neelsen method. Subjects were outpatients and inpatients clinically diagnosed as tuberculosis at the Internal Department of Sitti Maryam Hospital in Manado. The results showed that of 87 samples, there were 48 males (55%) and 39 females (45%). Age groups of 0-15 years consisted of 1 sample (1%); 16-20 years 0 sample (0%); 21-60 years 79 samples (91%); and >60 years 7 samples (8%). The microscopical examination showed positive results in 27 samples (37.0%) and negative results in 60 samples (69.0%). Conclusion: Mycobacterium tubercuosis infections were more frequent in males than in females. The most frequent age group was productive age, and the least frequent ages were children and teenagers. The number of positive results of sputum examination for Mycobacterium tuberculosis were less than negative results.Keywords: Mycobacterium tuberculosis, lung tuberculosis.Abstrak: Tuberkulosis paru adalah penyakit yang menular akut maupun kronis yang terutama menyerang paru, yang disebabkan oleh bakteri tahan asam (BTA) berbentuk batang yang bersifat Gram positif (Mycobacterium tuberculosis). Diagnosis tuberkulosis paru pada dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukan BTA pada pemeriksaan mikroskopik dahak. Penelitian ini bersifat deskriptif ekperimental untuk menemukan kuman Mycobacterium tuberculosis pada sputum penderita dengan diagnosa klinis tuberkulosis di Poliklinik dan Rawat Inap Penyakit Dalam RSI Sitti Maryam Manado. Teknik pewarnaan BTA menggunakan metode Ziehl Neelsen. Hasil penelitian memperlihatkan dari 87 sampel, 48 sampel (55%) berjenis kelamin laki-laki dan 39 sampel (45%) berjenis kelamin perempuan. Jumlah sampel untuk kelompok usia 0-15 tahun sebesar 1 sampel (1%); 16-20 tahun 0 sampel (0%); 21-60 tahun 79 sampel (91%); dan >60 tahun 7 sampel (8%). Pada pemeriksaan sputum ditemukan BTA pada 27 sampel (37,0%) sedangkan pada 60 sampel (69,0%) tidak ditemukan. Simpulan: Pengidap tuberkulosis berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan, dengan kelompok usia tersering pada usia produktif dan paling sedikit pada usia anak dan remaja. Pemeriksaan sputum BTA positip lebih sedikit dibandingkan dengan BTA Negatip.Kata kunci: BTA, tuberkulosis paru.
Gambaran kadar hemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado Baharutan, Handri; Siantan, Supit; Rampengan, J. J. V.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.11248

Abstract

Abstract: Hemoglobin is the component of red blood cells that serve the distribute of oxygen throughout the body. The decreasing of hemoglobin can cause anemic. In pregnant women usually experience hemodelusi. In Indonesia, the prevalence of anemic in pregnancy is relatively high at 38% - 71.5% with an average of 63.5%. This study aims to determine the level of hemoglobin in pregnant women in Public Health Center Bahu Subdistrict Malalayang Manado City. This was a descriptive study with a cross-sectional design. The inclusion criteria were second and third trimester pregnant mothers. The study was conducted at the Public Health Center Bahu subdistrict Malalayang Manadoin from November to December 2014. The number of samples that met the criteria were 30 patients. The results showed that of the 30 pregnant women of second and third trimesters, 25 had normal hemoglobin level. The average age of the women who underwent antenatal care examination was 26 years old. Most of the pregnant women were in the second trimester with nulliparity. Conclusion: In this study, most of the pregnant women of the second and the third trimesters had normal hemoglobin level and in healthy reproductive ages (20-35 years old).Keywords: Hemoglobin levels, pregnant womenAbstrak: Hemoglobin merupakan komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Berkurangnya hemoglobin menyebabkan anemia. Pada ibu hamil biasanya mengalami hemodelusi. Di Indonesia prevalensi anemia kehamilan relatif tinggi, yaitu 38%-71,5% dengan rerata 63,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar hemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang, Manado. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain potong lintang. Kriteria inklusi ialah ibu hamil trimester II dan trimester III. Penelitian ini berlangsung di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado dalam periode November – Desember 2014. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 30 pasien. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ibu hamil trimester II dan III yang memiliki kadar hemoglobin normal 25 dari 30 orang. Rerata umur ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal care 26 tahun. Umumnya ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal care ialah ibu hamil trimester II dengan paritas nulipara. Simpulan: Sebagian besar ibu hamil trimester II dan trimester III mempunyai kadar hemoglobin normal dan berada dalam usia reproduksi sehat yaitu usia 20-35 tahun.Kata kunci: hemoglobin, ibu hamil
PERBANDINGAN BESARAN SFERIKAL EKUIVALEN BERDASARKAN METODE PENGUKURAN VISUS SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF PENDERITA AMETROPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI Palangi, Rezky; Lintong, Fransisca; Moningka Moningka, Maya
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.3585

Abstract

Abstract: Ametropia or refractive error of the eye is the case almost every time we encounter in our environment and increasing steadily each year. One of the factors why refractive error often are not fully corrected due to the difference in the value of spherical and cylindrical or spherical equivalent between the examination of subjective and objective visual acuity. This study aims to determine the difference of the results of subjective and objective visual acuity at patiens ametropia. Analytical research methods with cross sectional design. The subjects were taken from a population that is 40 people. Selected subjects who met the inclusion criteria ; suffering that can be in a correction of ametropia with refractive lenses, suffer ametropia in one eye or both and are willing to be examined. The results obtained are very significant differences in spherical equivalent subjective and objective examination of patients with abnormalities of refraction of-0.8D on the right and left eye of the subject. With more negative value of objective examination. By doing so required a certain effort of medical personnel to maximize the refractive examinations on patients in order to minimize the error correction of ametropia. Conclusion: There is differences in spherical equivalent subjective and objective examination. Keywords: spherical equivalent, subjective vision, objective vision  Abstrak: Ametropia atau kelainan refraksi mata merupakan kasus yang hampir setiap saat kita jumpai di lingkungan sekitar kita dan meningkat terus setiap tahunnya. Salah satu faktor mengapa kelainan refraksi sering dikoreksi secara tidak penuh akibat perbedaan nilai sferis dan silinder ataupun sferikal ekuivalen antara hasil pemeriksaan visus subjektif dan objektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dari hasil pemeriksaan visus subjektif dan objektif pada penderita ametropia. Metode  penelitian analitik dengan desain potong lintang. Subyek diambil dari populasi yang ada sejumlah 40 orang. Subyek dipilih yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu; menderita ametropia yang dapat di koreksi dengan lensa bias, menderita ametropia pada salah satu mata atau keduanya dan bersedia untuk diperiksa. Hasil  yang didapatkan perbedaan sferikal ekuivalen sangat bermakna pada pemeriksaan subjektif dan objektif penderita kelainan refraksi sebesar  -0.8D pada mata kanan dan kiri subyek. Dengan nilai pemeriksaan objektif lebih negatif. Dengan begitu diperlukan upaya tertentu dari tenaga medis untuk memaksimalkan pemeriksaan kelainan refraksi pada penderita ametropia agar meminimalkan kesalahan koreksi. Simpulan: terdapat perbandingan besaran sferikal ekuivalen antara pemeriksaan visus subjektif dan objektif. Kata kunci: Sferikal Ekuivalen, visus subjektif, visus objektif
PENGARUH SENAM ZUMBA TERHADAP KADAR ASAM URAT PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 Wuisantono, Dennis Ch.; Rattu, Joy A. M.; Polii, Hedison
e-Biomedik Vol 3, No 2 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i2.8860

Abstract

Abstract: Uric acid is a compound of nitrogen which is derived from purine catabolism of dietary and endogenous nucleic acid. Most uric acid is excreted through the kidneys and only a small portion through the gastrointestinal tract. Increased level of uric acid in blood due to either excessive production or decreased excretion is called hyperuricemia. The causes of hyperuricemia are alcoholism, leukemia, metastasic carcinoma, multiple myeloma, hyperliprotenemia, diabetes mellitus, renal failure, stress, lead poisoning, and dehydration resulting from the use of diuretics. Physical exercises can lower the level of blood uric acid; one of them is zumba gymnastics. This study aimed to obtain the change of blood uric acid after zumba exercise. This was a randomized pre test and post- test control group design. Respondents were female students of Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi batch 2014. Zumba gymnastics was exercised for 2 weeks. The results showed that the average of blood uric acid before exercise was 4.172 mg/dL and after exercise was 4.817 mg/dl with a P value of 0.08 which meant no significant change. Conclusion: There was no significant change of blood uric acid after zumba exercise for 2 weeks.Keywords: blood uric acid, female studentAbstrak: Asam urat adalah senyawa nitrogen yang di hasilkan dari proses katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen. Asam urat sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna. Kadar asam urat meningkat disebut hiperurisemia yang diakibatkan oleh produksi yang berlebihan atau ekskresi yang menurun. Penyebab terjadinya hiperurisemia antara lain: alkohol, leukemia, karsinoma metastasik, multiple myeloma, hiperlipoprotenemia, diabetes melitus, gagal ginjal, stress, keracunan timbal, dan dehidrasi akibat pemakaian diuretik. Cara terbaik untuk menurunkan kadar asam urat ialah dengan latihan fisik antara lain senam zumba. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perubahan kadar asam urat darah setelah latihan senam zumba. Metode penelitian menggunakan randomized pre test and post- test control group design. Respoden ialah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi angkatan 2014. Latihan senam zumba dilakukan selama 2 minggu. Hasil penelitian memperlihatkan rerata kadar asam urat sebelum latihan zumba 4,172 mg/dL dan rerata kadar asam urat setelah latihan 4,817mg/dL dengan nilai P 0,08 yang berarti tidak ada perubahan yang bermakna. Simpulan: Tidak terdapat perubahan kadar asam urat darah yang bermakna setelah latihan senam zumba selama 2 minggu.Kata kunci: asam urat darah, mahasiswi
Gambaran keton urin pada pasien dewasa dengan tuberkulosis paru di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Wibowo, H.Silvio B.; Rambert, Glady I.; Wowor, Mayer F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14653

Abstract

Abstract: Tuberculosis is chronic infection caused by Mycobacterium Tuberculosa. Patient with tuberculosis it could lead to reduction of appetite and vomit cause by side effects of tuberculosis medication. This condition can lead to formation of ketone bodies as a consequence of inadequate glucose level. Its excessive level in the body will be also excreted in the urine (ketonuria) and its existence in urine is abnormal. This study was aimed to find the keton urine in adult patient with pulmonary tuberculosis at Prof. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a descriptive observational study with consecutive sampling method from October-November 2016. Samples were mid-stream urine of 30 adult patients with pulmonary tuberculosis that met the inclusion criteria. The results showed that 25 patients (84%) had normal urine (negative ketonuria), 3 patients (10%) with trace result, 1 patients with low ketonuria, and a patient with moderate ketonuria. Conclusion: Most of the patients had normal urine (negative ketonuria).Keywords: pulmonary tuberculosis, urinalysis, keton. Abstrak: Tuberkulosis merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterim Tuberculosa. Pasien dengan tuberkulosis dapat mengalami penurunan nafsu makan juga muntah oleh karena efek samping obat. Hal ini dapat mencetuskan terbentuknya badan keton dalam tubuh oleh karena pasokan glukosa yang kurang. Keton dapat digunakan sebagai energi pengganti yang didapat dari metabolisme lemak. Jumlahnya yang berlebih juga akan keluar didalam urin (ketonuria) dan keberadaanya dalam urin bukanlah keadaan yang normal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran keton urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. R. D. Kandou. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dan pengambilan sampel dengan consecutive sampling dari bulan Oktober–November 2016. Sampel penelitian ialah urin sewaktu pada 30 pasien dewasa dengan tuberkulosis paru yang telah memenuhi kriteria inklusi. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari 30 pasien dewasa dengan tuberkulosis paru didapatkan sebanyak 25 pasien (84%) dengan hasil normal atau negative, 3 pasien (10%) dengan hasil trace, 1 pasien (3%) dengan low dan moderate. Simpulan: Gambaran keton urin pada penelitian ini sebagian besar didapat hasil normal. Kata kunci: tuberkulosis paru, urinalisis, keton.
PERBANDINGAN KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL( LDL-C) PADA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK Kaparang, Patrix; Wangko, Sunny; Kaseke, Marie
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4597

Abstract

Abstract: Smoking in many forms is the main risks factor of atherosclerotic process and coronay heart diseases. Cigarette smoking results in increases of total cholesterol, triglyserida, LDL-C, and VLDL-C, and a decrease of HDL-C blood levels. The aim of this study was to compare the LDL-C levels of smokers with non-smokers males. This was an observational study with a cross sectional design. This study was done in the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado from November to Desember 2012, by using a purposive sampling technique. There were 60 smoker students and non-smoker students of semester 7 Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi, Manado who fulfilled the inclulsion criteria. Data were taken from questionnaires and examinations of LDL-C levels. LDL-C levels were analyzed by using the SPSS version 20. The results showed that the analysis of the comparison of LDL-C levels of the smoker students’ with of the non-smokers’students had a P-value 0.911. Conclusion: There was no significant difference of the LDL-C levels between smokers and non-smokers. Keywords: atherosclerotic, LDL-C level, smoker, non-smoker Abstrak: Merokok dalam berbagai bentuk merupakan faktor risiko utama aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Rokok menyebabkan peningkatan konsentrasi serum kolesterol total, trigliserida, LDL-C, VLDL-C dan penurunan HDL-C. LDL-C yang berlebihan dalam plasma menginduksi terjadinya aterosklerosis.Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar LDL-C pada laki-laki perokok dengan yang bukan perokok. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain penelitian potong lintang. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado pada bulan November-Desember 2012. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel diperoleh sebanyak 60 orang mahasiswa kaki-laki semester 7 Fakultas Kedokteran Unsrat tahun ajaran 2012 yang perokok dan bukan perokok, yang memenuhi criteria inklusi. Data didapatkan dari kuesioner dan pemeriksaan kadar LDL-C serum. Kadar LDL-C dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 20. Hasil analisis perbandingan kadar LDL-C antara mahasiswa perokok dan bukan perokok menunjukkan nilai P = 0,911. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar LDL-C antara perokok dan bukan perokok. Kata kunci: aterosklerosis,kadar LDL-C, perokok.