cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
UJI EFEK ANTIBAKTERI AIR PERASAN DAGING BUAH NANAS (ANANAS COMOSUS (L)MERR) TERHADAP BAKTERIKLEBSIELLA PNEUMONIAE Makalew, Miranda A. J.; Nangoy, Edward; Wowor, Pemsi M.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.11287

Abstract

Abstract: Treatment based on natural materials has long been used by people in various parts of the world. One of the natural materials used by the community for treatment is pineapple fruit (Ananas comosus (L) Merr).In addition to the empirical use, research was also conducted to obtain scientific data of such use. The research about the antibacterial effects of pineapple fruit is one of them. Gram-negative bacteria are often used to test the antibacterial effect of pineapple fruit. Klebsiella pneumoniae is a gram-negative bacteria that cancause nosocomial infections and community infections. This study aimed to determine the antibacterial effect of the juice of pineapple fruit pulp against Klebsiella pneumoniae. This study was conducted using experimental methods in the Laboratory of Pharmacology and the Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi. The juice of pineapple fruit pulp that used in this study were divided into three concentrations, the concentration of 100%, 50% and 25%. The antibacterial effect was tested using the disc diffusion method. The average diameter of inhibition zone from thejuice of pineapple fruit pulp concentration of 100%, 50% and 25% respectively of 1.76 mm, 1.12 mm, and 0.67 mm. It can be concluded that the juice of pineapple fruit pulp has potential antibacterial effect against Klebsiella pneumoniae.Keywords: juice of pineapple fruit pulp, klebsiella pneumoniae, antibacterial effectAbstrak: Pengobatan berbasis bahan alam sudah lama digunakan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia.Salah satu bahan alam yang digunakan masyarakat untuk pengobatan adalah buah nanas (Ananas comosus (L) Merr).Selain penggunaan secara empiris, penelitian juga dilakukan untuk mendapatkan data ilmiah dari penggunaan secara empiris tersebut.Penelitian tentang efek antibakteri buah nanas merupakan salah satunya.Bakteri uji yang sering digunakan untuk menguji efek antibakteri buah nanas adalah bakteri gram negatif.Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan infeksi komunitas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya efek antibakteri air perasan daging buah nanas terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae.Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperimental di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.Air perasan daging buah nanas yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga konsentrasi, yaitu konsentrasi 100%, 50%, dan 25%.Pengujian efek antibakteri dalam penelitian ini menggunakan metode difusi cakram. Dari penelitian ini didapatkan rata-rata diameter zona hambat air perasan daging buah nanas konsentrasi 100%, 50%, 25% berturut-turut 1,76 mm, 1,12 mm, dan 0,67 mm. Dapat disimpulkan bahwa air perasan daging buah nanas mempunyai potensi efek antibakteri terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae.Kata kunci: air perasan daging buah nanas, klebsiella pneumoniae, efek antibakteri
GAMBARAN KADAR TRIASILGLISEROL DARAH PADA MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DENGAN INDEKS MASSA TUBUH ≥ 23 kg/m2 Benjamin, Juliana
e-Biomedik Vol 1, No 2 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i2.5466

Abstract

Abstract: Triacylglycerol, a type of fat found in the blood on the body, is the result of the metabolism from food contains with fat and cholesterol. One of the factors that can increase the blood levels of triacylglycerol is obesity. This study’s aim is to find out about the description of blood triacylglycerol levels at students year 2011 Faculty of Medicine Sam Ratulangi University with Body Mass Index ≥ 23 kg/m2. This descriptive study, using puposive sampling method, was followed by 26 samples. The level of blood triasyglycerol from all samples in this study was < 150 mg/dL. From the result can be concluded that the description of blood triacylglycerol levels at students Faculty of Medicine year 2011 Sam Ratulangi University with Body Mass Index ≥ 23 kg/m2 is in the normal level. Keywords: triacylglycerol, student year 2011, BMI ≥ 23 kg/m2     Abstrak: Triasilgliserol merupakan jenis lemak yang dapat ditemukan di dalam darah dan merupakan hasil uraian tubuh dan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol yang dikonsumsi. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kadar triasilgliserol dalam darah adalah obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kadar triasilgliserol dalam darah pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan IMT ≥ 23 kg/m2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Jenis penelitian berupa penelitian deskriptif dengan metode purpossive sampling. Hasil penelitian menunjukkan dari 26 sampel semua memiliki kadar triasilgliserol darah < 150 mg/dL. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa gambaran kadar triasilgiserol darah pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan indeks massa tubuh ≥ 23 kg/m2 berada dalam batas normal. Kata kunci: Triasilgliserol, mahasiswa angkatan 2011, IMT ≥ 23 kg/m2.
PERAN BATATA (Ipomea batatas L) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR Sampetoding, Channesya; Pasiak, Taufiq F.; Tanudjaja, George
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.9365

Abstract

Abstract: Theoretically, batata, Ipomea batata L (Lam) theoritically can be used in wound healing since it acts as antiseptic, antibiotic, and anti-inflammatory agents. Batata ingredients can also stimulate epithelialization in wound bed. This study aimed to obtain the role of batata juice in burn wound healing noticed from the inflammatory response aspect. This was an experimental study conducted in the research laboratory of Faculty of Medicine Univeristy of Sam Ratulangi. Samples were six rabbits divided into 2 groups: treatment group with batata juice, and control group without treatment. The histological examination showed that the quality of inflammatory tissue of the treatment group was denser, settled, and associated with edema expansion compared to the control group with diminished inflammatory components, edema, and vasodilatation, meanwhile, there were angiogenesis, improvement of dermis, and regrowth of epidermis. Conclusion: Batata juice was not superior in healing burns than the natural responses.Keywords: batata (Ipomeas batata L), burns, skin, inflammation, wound healingAbstrak: Batata, Ipomea batata L (Lam) secara teoritik berfaedah untuk penyembuhan luka, yang bekerja sebagai antiseptik, antibiotik, dan anti inflamatorik. Batata berkhasiat dalam penyembuhan luka karena kandungannya yang secara bermakna merangsang pembentukan epitel jaringan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan peran batata terhadap penyembuhan luka bakar dilihat dari kualitas komponen radang pada jaringan luka. Sampel terdiri dari 6 ekor kelinci yang dibagi atas 2 kelompok: kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan diberi jus batata pada luka bakar sedangkan kelompok kontrol tanpa perlakuan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan menggunakan metode eksperimental. Hasil identifikasi mikroskopik menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan kualitas komponen radang jaringan luka bakar lebih padat dan menetap disertai perluasan sembab kolagen dibandingkan kelompok kontrol dimana komponen radang dan sembab berkurang, dilatasi pembuluh darah berkurang, pertumbuhan kapiler baru, jaringan dermis yang membaik, dan epidermis yang mulai tumbuh kembali. Simpulan: Jus batata tidak memperlihatkan penyembuhan luka bakar yang lebih baik dibandingkan dengan penyembuhan luka oleh tubuh sendiri.Kata kunci: batata (Ipomeas batata L), luka bakar, kulit, radang, penyembuhan luka
Gambaran histopatologik hati tikus wistar (Rattus norveginus) yang diinduksi monosodium glutamate (msg) dan diberikan sari air bawang daun (Allium fistulosum L.) Setiani, Ni Nyoman G.; Loho, Lily; Lintong, Poppy
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14662

Abstract

Abstract: Monosodium glutamate (MSG) has been consumed around the world as a food additive in the form of L-glutamic acid. The liver has glutamate receptors, hence its susceptibility to damage due to oxidative stress from consuming excessive MSG. Leek contain antioxidants such as flavonoid, which has potent hepatoprotective properties under certain liver conditions, for the example, oxidative stress, liver fibrosis, and fatty liver. This study aims to see the liver histopathologic findings of wistar rats (Ratus norvegicus) that has been induced by MSG and was given leek juice (Allium fistulosum L.). This was an experimental laboratory study, with 20 wistar rats as subjects. In this study, 173,6 mg per gram body of monosodium glutamate and 20 gram per kilogram body weight of leek juice are administered orally each day. Group A is the negative control group. Group B is given MSG for 14 days. Group C are given MSG for 14 days and were stopped for 5 days. Group D are given MSG for 14 days and were given leek juice. Group A shows normal liver histopathologic features. Group B shows liver cells damage in the form of inflammation and fatty cells. Group C shows regeneration of liver cells but a little bit of inflammation and fatty cells were still found, while in group D there is a wide regeneration of liver cells and there was barely any inflammation and fatty cells. Conclusion: Microscopic features of wistar rat liver after administration of monosodium glutamate for 14 day showed inflammation and fatty cells and then the administration of leek juice for 5 days after MSG administration oon wistar rat showed a wide regeneration of liver cells compared to no administration of leek juice.Keywords: monosodium glutamate, leek, liver. Abstrak: Monosodium glutamate (MSG) telah dikonsumsi di seluruh dunia sebagai penambah rasa makanan dalam bentuk L-glutamic acid (asam glutamat). Hati memiliki resptor terhadap glutamate sehingga rentan mengalami kerusakan akibat stress oksidatif dari konsumsi MSG yang berlebihan. Bawang daun mengandung antioksidan seperti senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas hepatoprotektif ampuh pada berbagai kondisi hati seperti strees oksidatif, fibrosis hati, dan perlemakan hati. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran histopatologik hati tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi MSG dan diberikan sari air bawang daun (Allium fistulosum L.) Jenis penelitian ini eksperimental laboratorik. Subjek penelitian 20 ekor tikus wistar. Pada penelitian ini digunakan monosodium glutamate 173,6mg/gBB/hari dan sari air bawang daun 20g/kgBB/hari yang diberikan secara oral. Kelompok A (kontrol negatif). Kelompok B diberikan MSG selama 14 hari. Kelompok C diberikan MSG selama 14 hari dan dihentikan selama 5 hari. Kelompok D diberikan MSG selama 14 hari dan diberikan sari air bawang daun. Kelompok A memperlihatkan gambaran histopatologik sel hati normal. Kelompok B memperlihatkan hepatitis dan perlemakan sel hati (steatosis). Kelompok C memperlihatkan sel hati regenerasi namun masih terdapat sedikit sel radang dan perlemakan hati sedangkan pada kelompok D tampak sel hati regenerasi yang luas dan hampir tidak ditemukan peradangan dan perlemakan. Simpulan: Gambaran mikroskopik hati tikus wistar setelah pemberian monosodium glutamate selama 14 hari menunjukkan peradangan (hepatitis) dan perlemakan (steatosis mikrovesikular) kemudian pemberian sari air bawang daun selama 5 hari pasca pemberian MSG pada tikus wistar menunjukkan adanya regenerasi sel hati yang lebih luas dibandingkan dengan tanpa pemberian sari air bawang daun. Kata kunci: monosodium glutamate, bawang daun, hati.
HUBUNGAN KADAR GULA DARAH PUASA DENGAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN SEPSIS Chodijah, Siti; Nugroho, Agung; Pandelaki, Karel
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4606

Abstract

Abstrak: Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Meningkatnya kepekaan terhadap infeksi pada diabetes mellitus disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktorial), baik yang disebabkan oleh hiperglikemia maupun gangguan imunitas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yang mengambil data pasien secara prospektif di ruang rawat inap bagian penyakit dalam Irina C1 sampai C4, IMC, instalasi gawat darurat medik RSUP Prof.Dr.R.D Kandou Manado pada bulan November sampai desember 2012. Subjek dalam penelitian berjumlah 27 orang. Pengukuran variabel kadar gula darah puasa dan kadar leukosit yang diambil dengan selang waktu 3 hari selama pasien di rawat dari pertama terdiagnosis DM dengan sepsis sampai pasien pulang atau sepsis sudah hilang. Berdasarkan analisis koefisien korelasi Pearson antara GDP dengan jumlah leukosit diperoleh r = -0,429 dengan p = 0,013.  Simpulan: Terdapat hubungan antara kadar gula darah puasa dengan jumlah leukosit  pada pasien DM dengan sepsis dengan bentuk hubungan linear negatif, yang artinya makin tinggi kadar gula darah puasa maka makin rendah kadar leukosit. Kata kunci: GDP, leuksoit, DM dengan sepsis.     Abstract: Diabetes is one of group metabolic disease with characteristic hyperglycemia that happends because insulin disfungtion. Increasing of sensitivity to inflammation of diabetes mellitus cause by many factors. Both caused by by hyperglycemia and immunity disfunction. This research is study with analytic descriptive with cross sectional design, that taking data with prospective at interna department Irina C1 to C4, IMC, Intensif unit care at RSUP Prof.Dr.R.D Kandou Manado in November to December 2012. Total subject in this research are 27 people. The measurement of fasting blood sugar and total leukocyte that taken with time a gap 3 days as long patient still in unit care from the moment patient diagnosed with DM with sepsis until patient charge go home. Basic on analytic correlation koefisien Pearson between GDP with total leukosit found r = - 0,429 with p = 0,013. Conclutions: There is relationship between fasting blood sugar with total leukocyte in patient DM with sepsis with form linear negative means more higher fasting blood sugar, more lower total leukocyte. Keywords: GDP, leukocyte, DM with sepsis.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang pada Tindakan Ekstraksi Gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado Mokodompit, Moh. Fahmi M.; Wowor, Vonny N. S.; Mintjelungan, Christy N.
e-Biomedik Vol 7, No 2 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v7i2.23878

Abstract

Abstract: One of the high-risk actions in dentistry that can cause cross-infection is tooth extraction because its direct contact with blood, saliva, and critical instrument. This study was aimed to determine the prevention and control of cross infection in dental extractions at the Dentistry Clilnic of Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado. This was a descriptive observational study with a cross sectional design. There were 35 subjects in this study obtained by using purposive sampling method. Data were obtained by using a checklist. The results showed that the prevention and control of cross- infection before dental extraction achieved 46,07%; during dental extraction 59.92%; and after dental extraction 23,81%. The mean achievement for dental extraction was 60.59%. It is concluded that the prevention and control of cross-infection in dental extraction at the Dentistry Clinic of Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado was below maximum level.Keywords: prevention and control of cross-infection, tooth extractionAbstrak: Salah satu tindakan medis di bidang kedokteran gigi yang mempunyai risiko tinggi terjadinya infeksi silang ialah tindakan ekstraksi gigi karena pada saat pelaksanaannya banyak berkontak dengan darah, saliva, dan instrumen berkategori kritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada tindakan ekstraksi gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Jumlah subyek sebanyak 35 pasien, diperoleh menggunakan metode purposive sampling. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan lembar checklist. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencegahan dan pengen-dalian infeksi silang sebelum tindakan ekstraksi gigi sebesar 46,07%; selama tindakan sebesar 59,92%; dan setelah tindakan sebesar 23,81%. Hasil rerata keseluruhan tindakan ekstraksi gigi dilakukan sebesar 60,59%. Simpulan penelitian ini ialah tindakan ekstraksi gigi di Poli Gigi Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado belum maksimal.Kata kunci: pencegahan dan pengendalian infeksi, tindakan ekstraksi gigi
GAMBARAN TINGGI BADAN SEBELUM TIDUR DAN SETELAH BANGUN PAGI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT MANADO Pattuju, Riandy A. T.; Tanudjaja, George N.; Kaseke, Martha M.
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.6616

Abstract

Abstract: Anthropometry is a measurement of the parts of human body. Nowadays there are so many studies and theories about anthropometry. One of them is difference between measurement of morning body height and evening body height. People should be taller in the morning than in the evening. This study’s goal is to obtain the description of human body height at different measurement time, by the time after morning wake-up and before sleep in the night from the students at Medical Faculty of Sam Ratulangi University in Manado. This study is a descriptive study with the cross-sectional approach. Samples were taken by purposive sampling. The amount of sample was calculated based on Slovin formula, with the total amount of sample is 75 people. The result showed that there is a body height step-up when the body height is measured after morning wake-up than before night sleep. The average of man’s body height step-up is 1.5 cm height and woman’s body height step-up is 1,6 cm height. T-test showed that there is a significant difference of body height between before sleep and after morning wake up with the value of p<0.01. Conclusion: The research can be concluded that there is a significant difference between before night sleep and after morning wake-up body height, in which the height step-up happens in the morning than in the evening.Keywords: body height, before sleeping, after waking upAbstrak: Antropometri merupakan pengukuran terhadap bagian-bagian tubuh manusia. Saat ini sudah banyak penelitian dan teori tentang antropometri. Salah satunya adalah terdapat perbedaan hasil pengukuran tinggi badan pada pagi dan malam hari. Seseorang dapat menjadi lebih tinggi pada pagi hari dibandingkan pada malam hari. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tinggi badan yang diukur pada 2 waktu yang berbeda, yaitu setelah bangun pagi dan sebelum tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan potong silang. Sampel diambil secara purposive sampling. Besar sampel dihitung dengan rumus Slovin dengan jumlah sampel penelitian 75 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan tinggi badan pada pengukuran setelah bangun pagi dibandingkan sebelum tidur. Rata-rata peningkatan pada laki-laki sebesar 1,5 cm dan perempuan 1,6 cm. Melalui uji t didapatkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara tinggi badan sebelum tidur dan setelah bangun pagi dengan nilai p<0,01. Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara tinggi badan sebelum tidur dan setelah bangun pagi, dimana terjadi peningkatan tinggi badan pada pagi hari dibandingkan malam hari.Kata kunci: tinggi badan, sebelum tidur, setelah bangun pagi
Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar Apolipoprotein B (ApoB) pada Remaja Overweight dan Obes Danun, Neida Valeria; Kaligis, Stefana H.M.; Tiho, Murniati
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12150

Abstract

Abstract: Childhood obesity is one of the serious public health problems. Data from the World Health Organization in 2013 showed that about 42 million children were categorized as overweight and obese. Obesity is correlated with cardiovascular diseases. Apolipoprotein B is one of the solid predictors to diagnose cardiovascular disease in developing countries. This study aimed to determine the correlation between body mass index and Apolipoprotein B levels in overweight and obese adolescents. This was an analytical observational study with a cross sectional design. This study was participated by 23 overweight and obese adolescents. The results showed that the mean level of BMI in overweight and obese adolescents was 32 (SD±4.235) kg/m2, ApoB was 94,13 mg/dL (SD±19.770). The Spearman’s rank correlation test showed a significance level (P) = 0.587 and the correlations value (r) = 0,120 between body mass index and Apolipoprotein B levels. Conclusion: There was no significant correlation between BMI and ApoB in overweight and obese adolescents. Albeit, some of the overweight and obese adolescents have moderate risk to suffer from cardiovascular diseases in the future. Keywords: body mass index, apolipoprotein B, overweight, obese, adolescents Abstrak: Obesitas pada anak merupakan suatu masalah serius kesehatan masyarakat. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2013 melaporkan sekitar 42 juta anak yang tergolong overweight dan obesitas. Obesitas memiliki hubungan erat dengan penyakit kardiovaskular. Apolipoprotein B merupakan salah satu prediktor kuat yang dipakai negara-negara maju untuk diagnosis penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar Apolipoprotein B pada remaja overweight dan obes. Jenis penelitian ini analitik observasional dengan desain potong lintang terhadap 23 remaja overweight dan obes. Hasil penelitian mendapatkan nilai rata-rata indeks massa tubuh pada remaja overweight dan obes 32 (SD±4,253) kg/m2 dan nilai rata-rata kadar Apolipoprotein B pada remaja overweight dan obes 94,13 mg/dL (SD±19,770). Hasil uji korelasi Spearman mendapatkan nilai signifikan (P) = 0,587 dan korelasi (r) = 0,120 antara indeks massa tubuh dengan kadar Apolipoprotein B. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan kadar Apolipoprotein B pada remaja overweight dan obes. Walaupun demikian, sebagian remaja overweight dan obes memiliki risiko sedang terkena penyakit kardiovaskular di masa mendatang.Kata kunci: indeks massa tubuh, apolipoprotein B, remaja, overweight, obes
IDENTIFIKASI BAKTERI RESISTEN MERKURI PADA INDIVIDU DI DAERAH PESISIR PANTAI DI DESA BUDO KECAMATAN WORI Hinonaung, Jefry Hamonangan
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.3697

Abstract

Abstract: Mercury is a silver liquid element at room temperature. Mercury form a variety of both inorganic and organic compounds. Mercury that goes into the sea, there is evaporated back into the atmosphere and fall to the ground experiencing methylation. Mercury in water can undergo methylation area with the help of the sulfate reducing bacteria and iron. Not only mercury from only rainwater but sediment mercury in the bottom waters can also be converted into methyl mercury. MeHg is harmful to humans, because it will accumulate MeHg in plankton or microorganisms. Then the plankton and microorganisms will be eaten by predators higher up the food chain in consumption by humans. This tudy aims to determine determine mercury resistant bacteria found in individuals in the coastal areas. The study design was a descriptive exploratory method. Samples taken in this study was a colony of mercury -resistant bacteria in tartar, urine and feces. Specimens were obtained put in a sterile pot and immediately brought to the biology laboratory in the MIPA Unsrat Manado Faculty to the identification of mercury -resistant bacteria and test. Isolation of mercury resistant bacterial isolates in 3 samples, obtained 6 isolates. Then test to identify bacteria with morphological, physiological testing, and biochemical testing. Results of a study found four genus of bacteria. Keywords: Mercury , Mercury Resistant Bacteria , Tartar , Urine , Feces     Abstrak:Merkuri merupakan suatu unsur berbentuk cair keperakan pada suhukamar. Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik anorganikmaupun organik. Merkuri yang masuk ke dalam laut, ada yang menguap kembali ke atmosfir dan jatuh ke tanah mengalami metilisasi. Merkuri dalam daerah perairan dapat mengalami metilisasi dengan bantuan bakteri pereduksi sulfat dan besi. Tidak hanya merkuri dari air hujan saja tetapi sedimen merkuri di dasar perairan juga dapat diubah menjadi metil merkuri. MeHg ini berbahaya bagi manusia, karena MeHg ini akan terakumulasi dalam plankton atau mikroorganisme. Kemudian plankton dan mikroorganisme ini akan di makan oleh predator yang lebih tinggi lagi dalam rantai makanan hingga di konsumsi oleh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui bakteri resisten merkuri yang terdapat pada individu di daerah pesisir pantai. Desain penelitian adalah metode deskriptif eksploratif. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah koloni bakteri resisten merkuri pada karang gigi, urin dan feses. Spesimen yang didapatkan dimasukkan ke dalam pot steril dan segera di bawa ke laboratoriumbiologi Fakultas MIPA Unsrat Manado untuk dilakukan identifikasi bakteri dan uji resisten merkuri. Isolasi isolat bakteri resisten merkuri pada 3 sampel, diperoleh 6 isolat. Kemudian dilakukan identifikasi bakteri dengan uji morfologi, uji fisiologi, dan uji biokimia. Hasil peneltian ditemukan 4 genus bakteri. Kata kunci: Merkuri, Bakteri Resisten Merkuri, Karang gigi, Urin, Feses
Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012 Liputra, Osvaldo T.; Pasiak, Taufiq F.; Wongkar, Djon
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.14851

Abstract

Abstract: Clavicle is a long slender bone that lies horizontally at the root of the neck just beneath the skin. The clavicle is connected to the sternum and the first costal cartilage and acromion process of the scapula laterally. Body height is formed by the skull, vertebra column, and a part of lower limb bones. This was an analytical descriptive study with a cross sectional design. Subjects were 76 students of Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi Manado obtained by using purposive sampling method. Data were analyzed by Pearson correlation test and linear regression test. The Pearson correlation test showed that there was a weak correlation between clavicle length and body height in males (r = 0.149) and a strong enough correlation in females (r = 0.360). The linear regression test showed the equation in males was BH (body height) = 160.042 + (0.606 x clavicle length) and in females was BH = 145.121 + (1.044 x clavicle length). Conclusion: There was a strong enough correlation between clavicle length and body height in females but not in males. Body height can be determined by clavicle length using an equation.Keywords: clavicle length, body height Abstrak: Klavikula merupakan tulang panjang yang ramping, membentang horizontal di dasar leher tepat dibawah kulit. Klavikula terhubung dengan sternum dan tulang rawan rusuk pertama, serta menyamping dengan akromion dari skapula. Tinggi badan dibentuk oleh tulang tengkorak, tulang belakang, dan sebagian tulang ekstremitas bawah. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Subyek penelitian ialah 76 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado yang ditentukan dengan cara purposive sampling. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan uji regresi linear. Hasil uji korelasi Pearson memperlihatkan hubungan lemah antara panjang klavikula dan tinggi badan pada laki-laki (r=0,149) dan hubungan cukup kuat pada perempuan (r = 0,360). Persamaan pada laki-laki TB = 160,042 + (0,606 x panjang klavikula) dan pada perempuan TB = 145,121 + (1,044 x panjang klavikula). Simpulan: Terdapat hubungan yang cukup kuat antara panjang klavikula dengan tinggi badan pada perempuan tetapi tidak pada laki-laki. Tinggi badan seseorang dapat ditentukan dari panjang klavikula dengan menggunakan suatu persamaan.Kata kunci: panjang klavikula, tinggi badan