cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
UJI DAYA HAMBAT JAMUR ENDOFIT AKAR BAKAU Rhizophora apiculata TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus dan Escherichiae coli Kartika, Riskah
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.3648

Abstract

Abstract: Endophytic Fungus is a microbial resources whichexist in the plant tissues and produce bioactive compounds which potentially could be developed into raw materials for drugs/medicine, such as anticancer and antibiotics. Endophytic Fungi could be found on many plants, such as Rhizophora apiculata, one of the mangroves found in Indonesia. This research aims  to procure the endophytic fungal isolates from the mangrove roots Rhizophora apiculataand to test the activity of anti-bacterial of endophytic fungi on bacterium Staphylococcus aureus andEscherichiae coli. This research was done in Pharmacology Laboratory Faculty of Medicine on Sam Ratulangi University, Manado from November 2013 to January 2014. This research was an experimental research in the laboratory using the Control Trial Design. The endophytic fungi was cultured on carbohydrate-rich media, and then the bioactivity on the experimental bacterium was tested. The result of the research showed that there were two endophytic fungals isolates procured, which were black fungi and white fungi. As antibacterial activity, both of the endophytic fungi showed that there was an inhibition at the two experimental fungis. The antibacterial’s activity testing of mangrove roots Rhizophora apiculataon the growth of bacterial Staphylococcus aureusandEscherichiae coliwas showing an inhibitory effect to both of the fungi. Advance study are needed. Keyword: Antibacterial, endophytic fungi, endophytic microbes, Rhizophora apiculata  Abstrak: Jamur endofit merupakan suatu sumber daya mikroba yang terdapat dalam jaringan tumbuhan dan memproduksi senyawa-senyawa bioaktif yang potensial untuk dikembangkan menjadi bahan baku obat, seperti antikanker dan antibiotik. Jamur endofit dapat ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan, seperti misalnya Rhizophora apiculata, salah satu tumbuhan bakau yang banyak dijumpai di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat jamur endofit dari akar bakau Rhizophora apiculata, dan menguji aktivitas antibakteri jamur endofit tersebut terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichiae coli. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Sejak bulan November 2013 hingga Januari 2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan rancangan control trial. Secara umum, jamur endofit dikultur dalam media kaya karbohidrat, kemudian diuji bioaktivitasnya terhadap bakteri uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua isolat jamur endofit yang dihasilkan, yaitu jamur hitam dan jamur putih. Pada pengujian antibakteri, kedua jamur endofit tersebut menunjukkan adanya daya hambat pertumbuhan kedua bakteri uji. Uji aktivitas antibakteri akar bakau Rhizophora apiculata terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichiae coli memberikan efek penghambatan terhadap kedua bakteri tersebut. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut. Kata kunci: Antibakteri, Jamur endofit, Mikroba endofit, Rhizophora apiculata
GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANGGOTA SENAT MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN MANADO Tandean, Natasya; Mewo, Yanti; Wowor, Pemsy M.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.9628

Abstract

Abtract: Obesity has become a major problem in developed countries as well in developing countries due to its increasing prevalence in adult as well as in kids. There are two types of obesity, general obesity and abdominal obesity. Body mass index (BMI) is calculated based on the body mass weight in kilogram divided by the body height in meter square (kg/m2). This study aimed to obtain the BMIs of the student members of Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University. This was a descriptive study with a cross sectional design. Samples were 20 students. The results showed that based on the Asia Pacific criteria, students with BMI <18.5 were 0%; BMI 18.5-22.9 15%; BMI 23-24.9 (overweight) 10%; BMI 25-29.9 (obese I) 65%; and BMI ≥30 (obese II) 10%.Keywords: body mass index, obesity, overweightAbstrak: Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara berkembang karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa dan anak-anak. Terdapat dua jenis obesitas, yakni obesitas umum dan obesitas abdominal/sentral. Obesitas umum dapat diukur dengan mengunakan indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh diukur berdasarkan berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (kg/m2). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui IMT pada anggota senat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif dengan rancangan potong lintang. Sampel diambil dari 20 orang anggota senat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Data indeks massa tubuh yang diperoleh dari penelitian selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan kriteria yang dipergunakan untuk Asia Pasifik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IMT <18,5 sebesar 0%, IMT 18,5-22,9 sebesar 15%, IMT 23-24,9 (overweight) sebesar 10%, IMT 25-29,9 (Obesitas I) sebesar 65%, dan IMT ≥30 (Obesitas II) sebesar 10%.Kata kunci: indeks massa tubuh, obesitas, overweight
Gambaran makroskopik dan mikroskopik otot skelet pada hewan coba postmortem Nelwan, Gabriella B.; Wangko, Sunny; Pasiak, Taufik F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14726

Abstract

Abstract: To make pathologists and law personnel aware of the importance of postmortem interval, published studies have reported a lot of methods for estimation of postmortem interval estimation of the remains. This study was aimed to obtain macroscopic and microscopic postmortem changes of skeletal muscle of two domestic pigs weighed 20 kg. This was a descriptive observational study. After the pigs were killed, death time, ambient temperature and humadity were noted. Postmortem evaluation were done at several time intervals, as follows: 30 minutes, 1 hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours, 5 hours, 6 hours, 9 hours, 12 hours, 15 hours, 18 hours, 21 hours, 24 hours, 30 hours, 36 hours, 42 hours, and 48 hours. The results showed that at 2 hours after death, the skeletal muscle became pale and soft progressively. The earliest microscopic change was identified at 30 minutes postmortem as pyknotic nuclei of skeletal muscles followed by hydrophic degeneration of muscle fibers and congestion of muscle tisue. At 12 hours until 48 hours postmortem, all microscopic changes became more distinct and widely distributed in nearly all muscle fibres. Albeit, the striated pattern and some normal muscle fibres could still be identified until 48 hours postmortem.Conclusion: Macroscopic changes could be identified the earliest at 2 hours postmortem and microscopic changes could be identified at 30 minutes postmortem.Keywords: macroscopic, microscopic, skeletal muscle, postmortem changes Abstrak: Para peneliti telah banyak menggunakan metode-metode tertentu untuk membuat para penegak hukum dan ahli patologis lainnya memahami pentingnya penentuan jarak waktu kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perubahan makroskopik dan mikroskopik postmortem pada otot skelet hewan coba babi dengan massa tubuh lebih kurang 20 kg. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional. Hewan coba dimatikan dengan cara ditusuk di bagian jantung, selanjutnya waktu kematian, suhu dan kelembaban ruangan dicatat. Otot skelet diamati pada beberapa interval waktu setelah kematian: 30 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 9 jam, 12 jam, 15 jam, 18 jam, 21 jam, 24 jam 30 jam, 36 jam, 42 jam dan 48 jam. Hasil penelitian mendapatkan bahwa otot skelet menjadi pucat dan lunak setelah 2 jam postmortem secara progresif. Pada 1 jam postmortem, tampak serat otot mengalami kongesti dan degenerasi hidropik. Perubahan mikroskopik tersebut menjadi lebih nyata dan tersebar luas di sebagian besar serat otot pada 12 jam sampai 48 postmortem. Walaupun demikian, corak seran lintang dan sebagian kecil serat otot masih tampak normal sampai 48 jam postmortem. Simpulan: Perubahan makroskopik telah dapat diidentifikasi pada 2 jam postmortem sedangkan perubahan mikroskopik mulai dapat diidentifikasi pada 30 menit postmortem.Kata kunci: makroskopik, mikroskopik, otot skelet, perubahan setelah kematian
EFEK PREMEDIKASI MIDAZOLAM 0,05 MG/KGBB IV TERHADAP TEKANAN DARAH dan LAJU NADI Matana, Marlin; Laihad, Mordekhai; Tambajong, Harold
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4621

Abstract

Abstrak: Operasi merupakan tindakan yang banyak menimbulkan kecemasan. Hal tersebut menyebabkan timbulnya respons stres, dengan akibat dapat terjadinya peningkatan tekanan darah dan laju nadi. Midazolam  merupakan obat premedikasi yang mampu menurunkan tingkat kecemasan. Peningkatan  tekanan darah dan laju nadi akibat stres psikologi sebelum menghadapi tindakan operasi, dapat mempengaruhi kondisi yang tidak menguntungkan. Tujuan: Untuk mengetahui  perubahan tekanan darah dan laju nadi pada pasien setelah premedikasi  Midazolam 0,05 mg/kgbb IV. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik prospektif. Sampel ialah 25 pasien yang menjalani bedah elektif.  Cara pemilihan sampel dilakukan dengan accidental sampling. Uji statitik menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian: Tekanan darah sistolik, diastolik, pada pasien sebelum dan sesudah premedikasi Midazolam  menit ke lima dan sepuluh terdapat perbedaan yang bermakna (p <0,05), sedangkan laju nadi pasien sebelum premedikasi dan sesudah premedikasi  menit ke lima dan sepuluh terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05). Simpulan: Pemberian premedikasi Midazolam 0,05 mg/kgbb IV, dapat memperlihatkan penurunan tingkat ansietas pasien yang dapat dilihat dari penuruan  tekanan darah yang bermakna namun penuruan laju nadi tidak bermakna. Kata kunci: Midazolam 0,05 mg/kgbb iv, kecemasan, tekanan darah, laju nadi. Abstract: Surgery is the treatment measurement thet generated a lot of anxiety. This causes the onset of the stress response, with the result can be an increase blood pressure and heart rate. Midazolam premedication is a drug that can reduce the level of anxiety. The change in pulse rate and blood pressure  to be high due psychological stress, before facing surgery can affect unfavorable conditions. Purpose:  To know the change of blood pressure and heart rate to patient who take premedication Midazolam 0,05 mg/kgbb IV. Methods: This research is a prospective analytical study. The sample is 25 patients who have elective surgery. Sample selection method is done by accidental sampling. Statistic test using a paired t test. Result: Systolic and diastolic blood pressure were measured in patients before and after midazolam premedication and ten minutes to five, there is a significicant difference (p < 0,05 ), whereas the patien’s heart rate before and after premedication at minute five and ten there were no significant differences (p < 0,05 ) Conclution: By providing premedication Midazolam 0.05 mg/kg, may show decreased levels of anxiety patients that can be seen from the significant drop in blood pressure and pulse rate were not significant. Keyword: Midazolam 0,05 mg/kgbb iv, anxiety, blood pressure, heart rate.
EFEK DAUN SIRIH MERAH (Piper Crocatum) TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN GAMBARAN MORFOLOGI ENDOKRIN PANKREAS TIKUS WISTAR (Rattus Norvegicus) Nasi, Liestiono S.; Kairupan, Carla F.; Lintong, Poppy M.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.10151

Abstract

Abstract: Leaves of ’sirih merah‘ (Piper Crocatum) contain compounds such as flavonoid, alkaloid and tannin, wich are capable of lowering blood sugar levels. This study aimed to investigate the effects of the administration of ‘sirih merah’ broth on blood sugar levels and histopathological features of pancreatic endocrine. This was a laboratory experimental study which was conducted for five month using 12 wistar rats as objects. The rats were divided into four groups: Group A (negative control), which received no treatment; group B, which were given the broth of ‘sirih merah’ at 2,4 ml; Group C, which were given sugar solution at 2,4 ml; and Group D, which were given the broth (1,2 ml) and sugar solution (1,2 ml). The results revealed that the levels of blood sugar decreased in rats in Groups B and D but increased in Group C. When compared with rats in Group A, the size and the number of Langerhans islets increased in Group C (more than twice). On the contrary, the number of Langerhans islets in Group D was relatively similar with that of Group A. Conclusion: The administration of the broth of ‘sirih merah’ leaves is able to lower blood sugar levels and to cause hyperplasia of pancreatic Langerhans islets.Keywords: leaves of ’sirih merah‘, blood sugar level, langerhans islandAbstrak: Daun sirih merah (Piper Crocatum) mengandung senyawa kimia, seperti flavonoid, alkaloid, dan tanin, yang berkhasiat menurunkan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian air rebusan daun sirih merah terhadap penurunan kadar gula darah dan gambaran morfologik endokrin pankreas. Penelitan ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang dilakukan selama lima bulan dengan objek penelitian tikus wistar sebanyak 12 ekor. Tikus dibagi dalam empat , yaitu Kelompok A (kontrol negatif), tikus tidak diberi perlakuan khusus; Kelompok B, tikus diberikan air rebusan daun sirih merah 2,4 ml; Kelompok C tikus diberikan air larutan gula 2,4 ml; dan Kelompok D, tikus diberikan air rebusan daun sirih merah 1,2 ml dan air larutan gula 1,2 ml. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar gula darah menurun pada tikus Kelompok B dan D tetapi meningkat pada Kelompok C. Jika dibandingkan dengan Kelompok A, maka ukuran dan jumlah pulau Langerhans pankreas bertambah namun jumlahnya jauh lebih banyak pada Kelompok C (> dari dua kali lipat). Sebaliknya jumlah pulau Langerhans pada Kelompok D relatif hampir sama dengan yang ditemukan pada Kelompok A. Simpulan: Pemberian air rebusan daun sirih merah dapat menurunkan kadar gula darah dan menyebabkan pulau Langerhans pankreas hiperplasia.Kata kunci: Daun sirih merah, kadar gula darah, pulau Langerhans
PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM TAHAP PROFESI DAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TERHADAP HIV/AIDS DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Lintang, Jennifer; Pangemanan, Jane; Palandeng, Henry M.F.
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.1152

Abstract

Abstract: Cumulative number of AIDS cases in the epidemic of AIDS cases in Indonesia is a serious health problem facing the society. This study aimed to find a description of the behaviors of the students of the General Medicine Study Program in the profesion stage and of the Nursing Study Program of Medical Faculty, Sam Ratulangi University against HIV/AIDS. Data were collected using questionnaires. The questionnaires were related to the knowledge, attitudes, and actions of the students against HIV/AIDS. The results showed that most of the students of both study programs had very good knowledge about HIIV/AIDS, good attitudes, and good enough actions against HIV/AIDS. Conclusion: In general, students of the General Medicine Study Program in the profesion stage and of the Nursing Study Program of Medical Faculty, Sam Ratulangi University had good behaviour against HIV/AIDS. Keywords: behavior, medical students, HIV/AIDS.     Abstrak: Jumlah kumulatif kasus AIDS pada kasus epidemik di Indonesia, AIDS merupakan masalah kesehatan serius yang dihadapi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mencari gambaran perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi Kedokteran Umum tahap profesi dan Program Studi Keperawatan terhadap HIV/AIDS di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Data dikumpulkan melalui kuesioner, yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa terhadap HIV/AIDS. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Kedokteran tahap profesi dan mahasiswa Program Studi Keperawatan sudah mempunyai tingkat pengetahuan yang baik sekali. Dalam hal sikap, sebagian besar mahasiswa Fakultas Kedokteran tahap profesi dan Program Studi Keperawatan sudah mempunyai sikap yang baik. Dalam hal tindakan, sebagian besar mahasiswa Fakultas Kedokteran tahap profesi sudah mempunyai tindakan yang cukup sedangkan pada mahasiswa Program Studi Keperawatan mempunyai tindakan yang baik. Simpulan: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi Kedokteran Umum tahap profesi dan Program Studi Keperawatan umumnya mempunyai perilaku yang baik terhadap HIV/AIDS. Kata kunci: perilaku, mahasiswa kedokteran, HIV/AIDS.
KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) SETELAH PEMAPARAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK BERBAHAN AKTIF TRANSFLUTRIN ., Elia; Satiawati, Lusiana; Rumbajan, Janette M.
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.6845

Abstract

Abstract: Transflutrin (C15H12CL2F4O2) is an active substance, a derivative of pyrethroid compounds found in electric mosquito repellent. Previous studies showed that group of pyrethroid insecticides can play a role in causing histological changes in testes, decreased testicular weight and reducing diameter of seminiferous tubules. The purpose of this study was to determine the quality of wistar male sperm that are exposed to electric mosquito repellent with transflutrin as active ingredients. This study is experimental with completely randomized design, conducted for 52 days by using eight wistar which consists of two wistar as controls P0, 3 wistar with exposure to electric insect repellent for 8 hours/day (P1), and 3 other wistar for 12 hours/day (P2). The results of this study, the concentration of spermatozoa in the treatment group P1 and P2 respectively at 54.17 x 106 spermatozoa/ml and 45.5 x 106 spermatozoa / ml, in the control group P0 of 59.25 x 106 spermatozoa/ml. Abnormal sperm motility in P1 and P2 is 40% and 35%, at P0 is 45%. Morphologically normal spermatozoa in P1 and P2 is 49% and 78%. It can be concluded that exposure to electric mosquito repellent with transflutrin as active ingredients causes a decrease in sperm quality.Keywords: electronic mosquito repellents, pyrethroid, transflutrin, male wistar rats, sperm qualityAbstrak: Transflutrin (C15H12CL2F4O2) adalah zat aktif yang merupakan senyawa turunan dari pyrethroid dalam obat nyamuk elektrik. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa insektisida golongan pyrethroid dapat menyebabkan perubahan histologis testis, menurunnya berat testis dan berkurangnya diameter tubulus seminiferus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas spermatozoa wistar jantan (Rattus norvegicus) yang dipapari obat nyamuk elektrik berbahan aktif transflutrin. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan acak lengkap yang dilakukan selama 52 hari dengan menggunakan sampel sebanyak 8 wistar yang terdiri atas 2 wistar sebagai kontrol (P0), 3 wistar dengan pemaparan obat nyamuk selama 8 jam/hari (P1), dan 3 wistar lainnya selama 12 jam/hari (P2). Hasil dari penelitian ini didapatkan konsentrasi spermatozoa pada kelompok perlakuan P1 dan P2 secara berurutan sebesar 54,17 x 106 spermatozoa/ml dan 45,5 x 106 spermatozoa/ml, pada kelompok kontrol P0 sebesar 59,25 x 106 spermatozoa/ml. Motilitas spermatozoa normal pada P1 dan P2 adalah 40% dan 35%, pada P0 adalah 45%. Morfologi abnormal spermatozoa pada P1 dan P2 adalah 49% dan 78%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemaparan obat nyamuk elektrik berbahan aktif transflutrin menyebabkan penurunan kualitas spermatozoa.Kata kunci: obat nyamuk elektrik, pyrethroid, transflutrin, tikus wistar jantan, kualitas spermatozoa
Pengaruh cabe rawit terhadap gambaran histopatologik lambung tikus Wistar yang diinduksi aspirin Bawulele, Abel T.; Loho, Lily; Lintong, Poppy
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.13329

Abstract

Abstract: Cayenne pepper (Capsicum frustescens L ) is commonly in daily food. This study aimed to determine the effect of cayenne pepper to histopathological changes in gaster of Wistar rats induced by aspirin. This was an experimental study. Subjects were Wistar rats consisted of 5 rats as the negative control and 20 rats as the treatment group. Group A, the negative control group, was untreated; group B was treated with aspirin 21mg/day for 10 days; group C was treated with aspirin 21mg/day for 10 days together with cayenne pepper 84mg once daily; group D was treated with aspirin 21mg/day for 10 days followed by cayenne 84mg twice daily; and group E was treated with aspirin 21mg/day for 10 days and then was untreated for 3 days. The histopathological changes in group C showed a lot of inflammatory cells and erosion of gastric mucosa epithelium compared to group B, D, and E. Group D also showed inflammatory cells but no erosion as in group C. Group E had less inflammatory cells than group B, C, and D. Conclusion: Administration of aspirin 21mg/kg BW for 10 days led to acute gastritis in Wistar rat. Administration of aspirin together with cayenne 84mg/day led to acute gastritis and erosion of gastric mucosa epithelium. However, administration of cayenne pepper 168mg/day after aspirin led to acute gastritis without erosionKeywords: pepper, gaster, aspirinAbstrak : Cabe Rawit (Capsicum frustescens L.) banyak dijumpai dalam makanan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian cabe rawit terhadap gambaran histopatologik lambung tikus wistar yang diinduksi aspirin. Jenis penelitian ialah eksprimental. Subjek penelitian ialah tikus wistar, yang dibagi atas: 5 ekor untuk kontrol negatif dan 20 ekor untuk perlakuan. Kelompok A (kontrol negatif) tidak diberi perlakuan; kelompok B diberikan aspirin 21mg/hari selama 10 hari; kelompok C diberikan aspirin 21mg/hari selama 10 hari bersama cabe rawit 84mg sekali sehari; kelompok D diberikan aspirin 21mg/hari selama 10 hari kemudian dilanjutkan pemberian cabe rawit 84mg selama 3 hari 2 kali sehari; dan kelompok E diberikan aspirin 21mg/hari selama 10 hari kemudian tidak diberi perlakuan selama 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok C terlihat banyak sel-sel radang disertai erosi epitel mukosa lambung dibanding dengan kelompok B, D, dan E. Pada kelompok D pemberian aspirin dilanjutkan dengan cabe rawit dosis 2 kali sehari masih terdapat sel-sel radang tetapi tidak terjadi erosi seperti pada kelompok C. Kelompok E memiliki sel-sel radang yang lebih sedikit dibandingkan kelompok B, C, dan D. Simpulan: Pemberian aspirin 21mg/hari selama 10 hari menyebabkan gastritis akut pada tikus wistar. Pemberian aspirin bersama cabe rawit 84mg/hari menyebabkan gastritis akut erosi sedangkan pemberian cabe rawit 168mg/hari setelah diberi aspirin menyebabkan gastritis akut tanpa erosi.Kata kunci: cabe rawit, lambung, aspirin
GAMBARAN ASAM URAT PADA REMAJA OBES DI KABUPATEN MINAHASA Wurangian, Vindy G. N.
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.4019

Abstract

Abstract: Uric acid is an end product of purine metabolism and is also associated with obesity. Most people with this condition are overweight and have a tendency of hyperuricemia which is associated with insulin resistance. Insulin resistance is the basis of metabolic abnormalities that could explain the relationship between the various components of the metabolic syndrome. This study aimed to determine the profile of uric acid in obese adolescent.This was a descriptive study with cross sectional design. Sampling technique used was random sampling method. Samples consisted of obese students determined by measuring their waist circumferences. The students had to fast for at least 8 hours, and then their blood was taken for examination of blood uric acid level. The results showed that there were 54 obese students as samples, and 8 students (14.28%) with hyperuricemia. Of those with hyperuricemia, there were 3 male students (5.56%) and 5 female students (9.26%). Conclusion: Although a large part of obese students in Minahasa had normal blood uric acid levels, some of them showed hyperuricemia.Keywords: uric acid, hyperuricemia, obeseAbstrak: Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin. Asam urat sering dikaitkan dengan obesitas. Orang dengan kegemukan mempunyai kecenderungan mengalami peningkatan kadar asam urat dalam darah. Asam urat berhubungan dengan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan dasar kelainan metabolik yang dapat menjelaskan hubungan antara berbagai komponen sindrom metabolik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asam urat pada remaja obes. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Sampel diperoleh dengan tekhnik random sampling. Sebagai sampel penelitian diambil siswa-siswi SMK Negeri Tondano yang obes yang ditentukan berdasarkan lingkar pinggang. Siswa yang bersedia dijadikan sampel diminta untuk berpuasa minimal 8 jam, kemudian diambil darahnya untuk pemeriksaan kadar asam urat. Hasil penelitian memperlihatkan dari 54 siswa obes diperoleh prevalensi siswa obes yang mengalami hiperurisemia di Kabupaten Minahasa 8 orang (14,82%), yang terdiri dari 3 siswa laki-laki (5,56%) dan 5 siswa perempuan (9,26%). Simpulan: Walaupun sebagian besar siswa obes mempunyai kadar asam urat darah yang normal, beberapa di antaranya memperlihatkan hiperurisemia.Kata kunci: asam urat, hiperurisemia, obesitas
Gambaran upaya penurunan berat badan melalui olahraga aerobik pada remaja obes Kelas X Tahun 2016 di SMA Kristen Irene Manado Tungka, Erick; Opod, Hendri; David, Lidya
e-Biomedik Vol 5, No 2 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i2.17020

Abstract

Abstract: Nationally, the incidence of obesity in ages 13-15 years is 4.5% in males and 2.9% in females. In North Sulawesi, the incidence of obesity in ages 13-15 years is 3% in males and 3.8% in females. This was a descriptive study. Data were obtained by filling questionnaires and direct observation together with the sport teachers at the sport field of KONI Sario Manado. Aerobic exercices (jogging and running) 1 hour per week were performed for four weeks. Respondents were 8 obese male respondents and 8 female obese respondents Of the 16 respondents, 9 had less knowledge about high-fat foods, cholesterol, and calories; 7 had good knowledge about that. In terms of attitudes and actions, 16 respondents did not follow a balanced and healthy diet. After the 4-week aerobic exercise, the mean weight loss of male respondents was 0.15 kg and of female respondents was 0.20 kg. Among male respondents, the mean fat loss was 0.2 cm in arm circumference, 0.25 cm in abdominal circumference, and 0.15 cm in thigh circumference meanwhile among the female respondents, the mean fat loss was 0.21 cm in arm circumference, 0.18 cm in abdominal circumference, and 0.30 cm in thigh circumference. Conclusion: All respondents did not follow a balanced and healthy diet. The numbers of respondents with poor knowledge and of respondents with good knowledge about high-fat foods, cholesterol, and calories were nearly the same. After aerobic exercise, there were decreases in body weight, arm circumference, abdominal circumference, and thigh circumference among male and female respondents.Keywords: diet management, balanced menu, aerobic exercise Abstrak: Kejadian obesitas secara nasional di usia 13-15 tahun pada laki-laki ialah 4,5% dan pada perempuan 2,9%. Di Sulawesi Utara kejadian obesitas di usia 13-15 tahun pada laki-laki 3% dan pada perempuan 3,8%. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran upaya penurunan berat badan melalui olahraga aerobik pada remaja obes Kelas X Tahun 2016 di SMA Kristen Irene Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif. Pengambilan data pengisian kuesioner dari 8 responden laki-laki obes dan 8 responden perempuan obes dan melalui observasi langsung peneliti bersama guru olahraga di lapangan KONI Sario Manado. Latihan aerobik (jogging dan lari cepat, bergantian) selama 1 jam per minggu dilakukan selama 4 minggu. Dalam hal pengetahuan tentang makanan berlemak, kolesterol, dan kalori, dari total 16 responden diperoleh 9 orang berpengetahuan kurang dan 7 orang berpengetahuan baik. Dalam hal sikap dan tindakan, seluruh responden tidak mengikuti pola makan menu seimbang dan sehat. Rerata penurunan berat badan sesudah olahraga aerobik pada responden laki-laki 0,15 kg dan pada responden perempuan 0,20 kg. Rerata penurunan lemak sesudah olahraga aerobik pada responden laki-laki lingkar lengan 0,2 cm, lingkar perut 0,25 cm, lingkar paha 0,15 cm sedangkan pada responden perempuan lingkar lengan 0,21 cm, lingkar perut 0,18 cm, lingkar paha 0,30 cm. Simpulan: Seluruh responden tidak mengikuti pola makan menu seimbang. Jumlah responden dengan pengetahuan kurang dan pengetahuan baik mengenai makanan berlemak, kolesterol, dan kalori hampir sama banyak. Setelah latihan olahraga aerobik didapatkan penurunan rerata dari berat badan, lingkar lengan, lingkar perut, dan lingkar paha baik pada responden laki-laki maupun perempuan.Kata kunci: pola makan, menu seimbang, olahraga aerobik