cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
KEMAMPUAN INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI Mangiwa, Rinto; Wungouw, H. I. S.; Pangemanan, D. H. C.
e-Biomedik Vol 2, No 3 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i3.5741

Abstract

Abstract: In education, intelligence utilized to determine the extent of achievement of learning that can be achieved by an individual. Intelligence factors that result in the difference between someone with another intelligence is innate, environmental, physical condition, social background and socioeconomic. Research purposes to describe the ability of qoutient intelligence ( IQ ). Descriptive survey study was conducted using the method of cross -sectional study to measure the ability of student’s Intelligence Quotient ( IQ ) of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi. Number of respondents 100 people, consisting of 50 men and 50 women. Based on the results obtained IQ `measurement capability results in 11 respondents ( 22 % ) of male respondents have the ability IQ with Superior category, the other 11 people ( 22 % ) categorized as Above Average, the remaining 28 men ( 56 % ) had Average IQ ability . Women on the ability of IQ respondents only 1 ( 2 % ) are categorized as Superior, 9 people ( 18 % ) categorized as Above Average, and the remaining 40 ( 80 % ) were classified as having the ability IQ category average. Keywords: Intelligence Capabilities Qoutien, Student’s.   Abstrak: Dalam bidang pendidikan, intelegensi dimanfaatkan untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar yang dapat dicapai oleh suatu individu. Faktor-faktor intelegensi yang mengakibatkan terjadinya perbedaan antara intelegensi seseorang dengan yang lain yaitu pembawaan, lingkungan hidup, kondisi fisik, latar belakang sosial ekomoni dan pendidikan. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran kemampuan intelligence qoutient (IQ). Penelitian dilakukan secara survey deskriptif dengan mengunakan metode cross sectional study untuk mengukur kemampuan Intelligence Quotient (IQ) mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jumlah responden 100 orang, terdiri dari Laki-laki 50 orang dan Perempuan 50 orang. Berdasarkan hasil penelitian pengukuran kemampuan IQ diperoleh hasil pada responden 11 orang (22%) responden laki-laki memiliki kemampuan IQ dengan kategori Superior, sebanyak 11 orang (22%) masuk kategori diatas rata-rata, sisanya 28 orang (56%) memiliki kemampuan IQ rata-rata. Pada responden perempuan pada kemampuan IQ hanya 1 orang (2%) yang masuk kategori Superior, 9 orang (18%) masuk kategori diatas rata-rata, dan sisanya 40 orang (80%) memiliki kemampuan IQ yang tergolong kategori rata-rata. Kata kunci: Kemampuan Intelligence Qoutient, mahasiswa.
HUBUNGAN PEMBERIAN TABLET BESI DAN ANTENATAL CARE TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOUW UTARA Lesilolo, Theresia Nancy; Engka, Joice N. A.; Wungouw, Herlina I. S.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.11251

Abstract

Abstract: Iron deficiency anemia is a major nutritional problem in the world and until now has not resolved properly. World Health Organization (WHO) had estimated more then 2 million people had been exposed with anaemia with prevalence of 30% in pregnant women especially in Developing Countries such as Indonesia, which according RISKESDAS in 2013 the prevalence of anemia in Indonesia approximately 31.7%. There are several risk factors that cause pregnant women to experience iron deficiency anemia like economic problems, the lack of iron absorption and blood loss resulting in decreased hemoglobin levels such as menstruation, bleeding and infection. The purpose of this study was to determine the relationship of iron tablets on antenatal care for pregnant women hemoglobin. This research is analytic survey with cross sectional study. Then the data that had been collected will be processed by using SPSS program. The population is all pregnant women in the working area in 6 health centers Mongondouw Bolaang North and sampling done purposive sampling. By using the chi square test, it showed that there is a correlation between antenatal care with hemoglobin levels (P=0,047) and there is a correlation between iron tablet with hemoglobin levels (P= 0,015). There is a correlation between iron tablets and antenatal care with hemoglobin levels in pregnant women in North Bolaang Mongondouw.Keywords: iron tablets, antenatal care, hemoglobin levelAbstrak: Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi utama di seluruh dunia dan sampai saat ini belum teratasi dengan baik. WHO memperkirakan terdapat 2 juta penduduk dunia yang terkena anemia dari berbagai lapisan kelompok masyarakat dengan prevalensi 30% pada ibu hamil terkena terutama di Negara berkembang. Prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia menurut RISKESDAS 2013 yakni 31,7%, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi seperti kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi, kurangnya absorbsi zat besi serta kehilangan darah yang mengakibatkan kadar hemoglobin menurun seperti menstruasi, perdarahan dan infeksi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemberian tablet besi pada antenatal care terhadap kadar hemoglobin ibu hamil di Kabupaten Bolaang Mongondouw Utara. Penelitian bersifat survey analitik dengan rancangan cross sectional study. Kemudian data yang terkumpul diolah dengan menggunakan SPSS. Populasi adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja di 6 puskesmas Kabupaten Bolaang Mongondouw Utara dan pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling. Dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan ada hubungan antara antenatal care dengan kadar hemoglobin serta terdapat hubungan pemberian tablet dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil di Kabupaten Bolaang Mongodouw Utara. Ada hubungan pemberian tablet besi dan antenatal care terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil di Kabupaten Bolaang Mongondouw Utara.Kata kunci: tablet besi, pemeriksaan antenatal dan kadar hemoglobin (hb)
HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANGDENGANKADARHS-CRP SERUMPADA MAHASISWA OBES DAN TIDAK OBES DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Fatie, Anita Ohe S.; Bolang, Alexander S. L.; Mayulu, Nelly
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.3588

Abstract

Abstract: The rapid socioeconomic growth has led to a more sedentary lifestyle and change in diet over the past several decades. As a result of prosperity,obesity has become an important health problem. And then problem healthnutrition world, both in developed countries and in developing countries. Waist circumference more than normal is one component in the metabolic syndrome. An increased incidence of metabolic syndrome in line with the increase in obesity. Hs-CRP is a protein in the synthesis in the liver in response to inflammatory stimuli during the acute phase. This research was conducted to find out the waist circumference and hs-CRP levels in students faculty of medicine University of Sam Ratulangi Manado. And the type of research used is the observational approach cross sectional analytic. Results anasis statistics by using test mann whitney u showed there are different meaning ( p = 0.00 ( 0,00 ). Based on the test spearmen statistics then obtained value a correlation coefficient ( r ) by 0.472 and value ρ = 0.000 < α= 0.05.. This shows there is a relationship between waist circumference with hs-CRP levels on students obese and not obese in medical schools university sam ratulangi manado. Keyword: waist circumference, hs-CRP   Abstrak: Percepatan pertumbuhan sosial ekonomi menyebabkan orang lebih kurang bergerak dimana perubahan dalam pola diet dan yang terjadi pada beberapa dekade. Akibatnya obesitas menjadi masalah penting bagi kesehatan. Dan jugamasalah  kesehatan    gizimasyarakatdunia, baikdinegaramajumaupundinegara berkembang. Lingkar Pinggang yang besar dari normal adalah salah satu komponen dalam sindroma metabolik. Peningkatan kejadian sindroma metabolik sejalan dengan peningkatan obesitas.Hs-CRP merupakan protein yang di sintesis di hati sebagai respon terhadap rangsangan pada saat inflamasi fase akut.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Lingkar Pinggang dan kadar hs-CRP pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Dan jenis penelitian yang dipakai adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil anasis statistik dengan menggunakan uji Mann Whitney U menunjukan terdapat perbedan bermakna (p=0.00(0,00). Berdasarkan hasil uji spearmen statistik maka didapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.472 dan nilai ρ = 0.000 < α= 0.05. Hal ini menunjukan terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan kadar  hs-CRP pada mahasiswa obes dan tidak obes di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Lingkar Pinggang, hs-CRP
Gambaran Kadar Glukosa Urin pada Primigravida dengan Orang Tua Penyandang Diabetes Melitus di Kota Manado Welliangan, Monica; Wowor, Mayer F.; Mongan, Arthur E.
e-Biomedik Vol 7, No 1 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v7i1.22621

Abstract

Abstract: Glycosuria is a condition characterized by an excess of sugar in the urine. Diabetes mellitus (DM) is one of the causes of glycosuria. Mortality risks of pregnant women and their babies increase in diabetes during pregnancy. Gestational diabetes mellitus (GDM) is DM diagnosed in 2nd and 3rd trimesters of pregmancy in women without DM before pregnancy. The probability of GDM among women with family history of DM is 3.46 times higher than those without family history. This study was aimed to evaluate the urine glucose level among primigravids who had diabetic parents in Manado. This was a descriptive observational study with a cross sectional design. Urine samples were obtained by using non-probability sampling with consecutive sampling adjusted to the criteria and time. The results showed that glycosuria (urin sugar level ≥50mg/dL) was found in three subjects (10%), most in age group of 20-35 years old and in 1st trimester. Conclusion: Some of the primigravids in this study had glycosuria.Keywords: DM, glycosuria, DM family history Abstrak: Glukosuria adalah kondisi dimana glukosa ditemukan dalam urin. Salah satu penyebab glukosuria ialah diabetes melitus (DM). Risiko kematian ibu dan bayi meningkat pada DM dalam kehamilan. Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah DM yang terdiagnosis pada trimester dua atau tiga kehamilan yang bukan DM sebelum kehamilan. Peluang DMG pada wanita dengan riwayat DM dalam keluarga sebesar 3,46 lebih besar daripada wanita tanpa riwayat keluaarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa urin pada primigravida dengan orang tua penyandang DM di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini menggunakan non-probability sampling jenis consecutive sampling untuk mendapatkan urin dari semua subyek penelitian sesuai dengan kriteria dan waktu yang ditentukan. Hasil penelitian mendapatkan glukosuria (kadar glukosa urin ≥50mg/dL) pada 3 subyek (10%) dengan karakteristik cenderung pada kelompok usia 20-35 tahun dan pada trimester satu. Simpulan: Sebagian primigravida dengan orang tua penyandang DM memiliki glukosuria.Kata kunci: DM, glukosuria, riwayat DM pada orang tua
UJI RESISTENSI BAKTERI BACILLUS SP YANG DIISOLASI DARI PLAK GIGI TERHADAP MERKURI DAN ERITROMISIN Kanzil, Terence; ., Fatimawali; Manampiring, Aaltje
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.6610

Abstract

Abstract: Mercury is a toxic heavy metal that is used for dental fillings in the form of amalgam. To reduce the toxic effects produced by mercury, mercury resistant bacteria can be used. Bacillus sp is a gram-positive bacteria that is resistant to mercury. Besides having the mer operon genes that can transform Hg2+ to Hg0 that is less toxic, Bacillus sp bacteria also produce esterase that cause these bacteria resistant to erythromycin antibiotic. Erythromycin is a macrolide class of antibiotic used for the treatment of diseases caused by Gram-positive bacteria, especially Staphylococcus and Diphtheroids. To determine the resistance of Bacillus sp bacteria against mercury and erythromycin antibiotic. This study used a descriptive exploratory method with samples of bacteria and mercury are already available in the Laboratory of Pharmaceutical Microbiology. Based on the research that has been conducted, showed that the Bacillus sp bacteria is resistant to mercury and erythromycin.Keywords: bacteria, bacillus sp, resistant, mercury, erythromycinAbstrak: Merkuri merupakan logam berat bersifat toksik yang digunakan untuk penambalan gigi dalam bentuk amalgam. Untuk mengurangi efek toksik yang dihasilkan oleh merkuri, dapat digunakan bakteri resisten merkuri. Bakteri Bacillus sp merupakan bakteri gram positif yang resisten terhadap merkuri. Selain memiliki gen mer operon yang dapat mengubah Hg2+ menjadi Hg0 yang kurang toksik, bakteri Bacillus sp juga membentuk esterase yang menyebabkan terjadinya resisten bakteri ini terhadap antibiotik eritromisin. Eritromisin adalah antibiotik golongan makrolid yang digunakan untuk pengobatan penyakit akibat bakteri Gram positif khususnya Staphylococcus dan Diphtheroids. Untuk mengetahui resistensi bakteri Bacillus sp terhadap merkuri dan antibiotik eritromisin. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif dengan sampel bakteri dan merkuri yang sudah tersedia di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa bakteri Bacillus sp resisten terhadap merkuri dan eritromisin.Kata Kunci: bakteri, bacillus sp, resisten, merkuri, eritromisin
Gambaran kadar kalium serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis di Manado Sandala, Gabriela A.; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya F.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12142

Abstract

Abstract: Potassium is the main intracellular ion in the body and plays a key role in maintaining cell function. Total body potassium distributed 98% in intracellular and 2% in extracellular fluid. A slight change in the distribution of these can cause hypokalemia or hyperkalemia. A healthy kidney has great capacity to maintain potassium homeostasis in the cace of excess potassium. The kidney is primarily responsible for maintaining total body potassium content by matching potassium intake with potassium excretion. This study aimed to obtain the profile of potassium serum in non dialysis CKD stage 5 patients in Manado. This was an obsevartional descriptive study. There were 35 blood samples obtained from patients in Nephrology-Hypertension Polyclinic and IRINA of Prof. Dr. R.D Kandou Hospital and Teling Adventist Hospital. There were 11 samples (31,4%) with hypokalemia consisted of 6 home-care patients (35.3%) and 5 hospital-care patients (27.8%), 15 samples (42.9%) were in normal range consisted of 8 home-care patients (47.1%) and 7 hospital-care patients (38.9%), and 9 samples (25.7%) with hyperkalemia consisted of 3 home-care patients (17.6%) and 6 hospital-care patients (33,3%) from total non-dialysis CKD stage 5 samples resulted from laboratory examination. Conclusion: In non dialysis CKD stage 5 patients in Manado, normokalemia was the most common found than hypokalemia and hyperkalemia. Keywords: potassium, chronic kidney disease stage 5, non dialysis. Abstrak: Kalium adalah ion intraseluler utama dalam tubuh dan berperan penting dalam menjaga fungsi sel. Kalium tubuh total terdistribusi 98% intrasel dan 2% ekstrasel. Sedikit saja terjadi perubahan dalam distribusi ini dapat menyebabkan hipokalemia atau hiperkalemia. Ginjal yang sehat memiliki kapasitas yang besar untuk mempertahankan homeostasis kalium dalam menghadapi kalium yang berlebih. Ginjal bertanggung jawab dalam menjaga kadar kalium tubuh total dengan mencocokkan asupan kalium dan ekskresi kalium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kalium serum pada pasien PGK non dialisis stadium 5 di Manado. Jenis penelitian ini deskriptif obsevasional. Sampel darah diambil dari pasien di Poliklinik Nefrologi-Hipertensi dan IRINA Bagian Penyakit Dalam RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado dan RS Advent Teling sebanyak 35 sampel. Hasil: penelitian mendapatkan 11 orang yang mengalami hipokalemia (31,4%) diantaranya 6 orang pasien rawat jalan (35,3%) dan 5 orang pasien rawat inap (27,8%); 15 orang dalam batas nilai normal (42,9%) diantaranya 8 orang pasien rawat jalan (47,1%) dan 7 orang pasien rawat inap (38,9%); serta 9 orang mengalami hiperkalemia (25,7%) diantaranya 3 orang pasien rawat jalan (17,6%) dan 6 orang pasien rawat inap (33,3%) dari jumlah total pasien terdiagnosis dokter PGK stadium 5 non dialisis yang didapatkan dari hasil pemeriksaan laboratorium. Simpulan: Pada pasien PGK non-dialisis stadium 5 di Manado, normokalemia yang paling sering ditemukan dibandingkan hiper dan hipokalemia.Kata kunci: kalium serum, penyakit ginjal kronik stadium 5, non dialisis
SURVEI PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP POPULASI TUNGAU DEBU RUMAH DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Tawurisi, Greis Emilia
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.3652

Abstract

Abstract: House dust mites (HDM) is very small creatures and can not visible with the unaided eyes, found in the house dust and can causing allergic diseases. The existence of dust mites can not be separated from people's behavior about the house dust mite populations.The purpose of research is to know of the public behavior about the population House Dust Mites in the Bitung Karangria Village District of Tuminting Manado.The results obtained 34,86% are show that the cognition of the mites in Bitung Karangria Village is still deficient, and for attitude 97.83% are show that people have a good attitude, and for the action are obtained 82,44%, this show the attitude of the community is good.The cognition about house dust mitesis still less, and for the attitudes and actions of society is good. It takes counseling from health workers especially local health department about the house dust mite. Keywords: behavior of the public, House Dust Mites  Abstrak: Tungau debu rumah (TDR) adalah mahluk yang sangat kecil dan  tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, ditemukan pada debu rumah dan dapat menyebabkan penyakit alergi. Keberadaan tungau  debu rumah tidak terlepas dari perilaku masyarakat terhadap populasi tungau debu rumah tersebut. Tujuan penelitian adalah Mengetahui perilaku masyarakat terhadap populasi Tungau Debu Rumah di kelurahan Bitung karangria Kecamatan Tuminting kota Manado. Hasil yang didapatkan adalah 34,86% menunjukan pengetahuan masyarakat Kelurahan Bitungkarangria terhadap tungau debu rumah masi kurang, dan sikap didapatkan hasil 97,83% menunjukan bahwa sikap masyarakat sudah baik, serta untuk tindakan didapatkan hasil 82,44% ini menunjukan sikap masyarakat sudah baik. Pengetahuan  masyarakat mengenai tungau debu rumah masi kurang, dan untuk sikap serta tindakan masyarakat sudah baik. Dibutuhkan penyuluhan dari petugas kesehatan kususnya dinas kesehatan setempat mengenai tungau debu rumah. Kata kunci: perilaku masyarakat, Tungau Debu Rumah
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECENDERUNGAN LOCUS OF CONTROL REMAJA SLTP NEGERI 8 MALALAYANG Beruat, Ruth G. R.; Opod, Hendry; Sinolungan, Jehosua V.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.10145

Abstract

Abstract: This study aimed to determine a possible link between parenting parents with a predisposition locus of control teens SLTP 8 Manado. The purpose of this paper is to obtain information through empirical data, the relationship of each parenting parents (permissive, authoritharian, authoritative, neglectful) with locus of control teens and get an idea of the locus of control teens SLTP 8 Manado and get an overview of locus of control SLTP 8 Manado. Locus of control is a belief in everyday life. Locus of control one often seen on the way we discript sense of causality that is relatively consistent. Various studies have shown that those who have a tendency internal locus of control are more successful pay attention, more selective towards stimulus, as well as more selective about the task, rather than those who tend to be external, individuals with a tendency external locus of control tend to have confidence. Thus the tendency of individuals with an internal locus of control more have more positive aspects in comparison with the external.Keywords: parents, teenagers, locus of controlAbstrak: Studi ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecenderungan locus of control remaja SLTP Negeri 8 Manado. Adapun tujuan dari skripsi ini adalah memperoleh informasi melalui data empirik, mengenai hubungan masing-masing pola asuh orang tua (permissive, authoritharian, authoritative, neglectful) dengan locus of control remaja dan mendapatkan gambaran tentang locus of control remaja SLTP Negeri 8 Manado dan mendapatkan gambaran tentang locus of control SLTP Negeri 8 Manado. Locus of control merupakan keyakinan dalam hidupnya sehari-hari. Locus of control seseorang kerap terlihat dari caranya mengekspersikan sense of causality yang relative konsisten. Berbagai penelitian membuktikan bahwa mereka yang memiliki kecenderungan locus of control internal lebih berhasil mengarahklan perhatiannya,lebih selektif terhadap stimukus, serta lebih selektif terhadap tugas, daripada mereka yang cenderung eksternal, individu-individu dengan kecenderungan locus of control eksternal cenderung memiliki rasa percaya diri. Dengan demikian individu-individu dengan kecenderungan locus of control internal lebih banyak memiliki aspek yang lebih positif di bandingkan dengan eksternal.Kata kunci: orang tua, remaja, locus of control
Perubahan histologik pada usus besar hewan coba postmortem Lapian, Clifford; Wangko, Sunny; Wongkar, Djon
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14768

Abstract

Abstract: Cell death occurs after somatic death. The aerobic process of cells would be halted as a result of somatic death, whereas the anaerobic process will continue. Therefore, the cells do not die in a short time although the oxygen supply has been depleted. This anaerobic process will have an impact on the morphology and activity of cells. This study was aimed to obtain the microscopic changes of large intestine for 24 hours postmortem. This was a descriptive observational study. A domestic pig weighed 20 kg was used as sample. The microscopic examinations were performed at several interval times as follow: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 14, 16, 18, 20, 22, and 24 hours postmortem. The results showed that the microscopic changes of the large intestine were identified the earliest at 2 hours postmortem as congestion with dilatation of the intestinal crypt lumen; lysis of a number of intestinal crypts at 6 hours postmortem; all intestinal crypts were lysis leaving empty areas; and the mucosal layer and intestinal crypts could not be identified at 24 hours postmortem. Conclusion: The earliest microscopic changes of the large intestine occured at 2 hours postmortem. Lysis of the intestinal crypts began at 6 hours postmortem and became complete at 12 hours postmortem. Keywords: large intestine, postmortem, intestinal crypt Abstrak: Kematian sel terjadi setelah kematian somatis. Proses aerobik sel-sel akan terhenti akibat kematian somatis, sedangkan proses anaerobik akan tetap berlangsung. Hal tersebut mengakibatkan sel-sel tidak mati dalam waktu yang singkat meskipun pasokan oksigen telah habis. Proses anaerobik ini akan berdampak pada morfologi dan aktivitas sel. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perubahan gambaran histologik usus besar pada hewan coba selama 24 jam postmortem. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional. Sampel penelitian ialah satu ekor babi domestik dengan berat 20 kg. Pengamatan mikroskopik terhadap sampel dilakukan pada beberapa interval waktu, yaitu: 0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 7 jam, 8 jam, 9 jam, 12 jam, 14, 16 jam, 18 jam, 20 jam, 22 jam, dan 24 jam postmortem. Hasil penelitian mendapatkan perubahan mikroskopik postmortem paling awal pada usus besar terjadi pada 2 jam postmortem berupa kongesti dengan lumen kripta Lieberkuhn yang berdilatasi; pada 6 jam postmortem tampak sebagian kripta Lieberkuhn telah lisis; pada 12 jam postmortem seluruh kripta Lieberkuhn telah lisis; dan pada 24 jam postmortem lapisan epitel dan kripta Lieberkuhn tidak dapat diidentifikasi lagi. Simpulan: Perubahan histologik postmortem paling awal pada 3 jam postmortem, lisis kripta Lieberkuhn telah tampak sejak 6 jam postmortem, dan menyeluruh pada 12 jam postmortem.Kata kunci: usus besar, postmortem, kripta Lieberkuhn
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PRIMIPARA DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Garedja, Yudit Yunita; Suparman, Eddy; Wantania, Jhon
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4625

Abstract

Abstract: In a woman who has recently given birth or the first time called primiparous, have a risk of laceration of the birth canal through vaginal delivery. In the primary post partum hemorrhage, can be caused by various rips through the birth canal. In addition to causing bleeding, laceration of the birth canal is also a determining factor for postpartum perineal pain. Perineal lacerations or tears can occur spontaneously and episiotomy. The purpose of this study is to determine the relationship between birth weight infants with ruptured perineal in primiparous vaginal delivery in a maternity department of Prof.. DR. R. D. Manado Kandou the period January-September 2012. Method observational study done analytically with the plan and cross-sectional data were analyzed by Chi square bivariate. Sample in this study of 808 primipara. Results obtained: 1) Most primipara suffered an episiotomy that is 50.7%. 2) Babies born with the most number 2500-4000 gram weight. 3) Birth weight <2500 g and 2500-4000 associated with spontaneous rupture either primiparous or episiotomy. 4) The results of the analysis of the relationship between birth weight with a ruptured perineum primiparous obtained p value = 0.330 and the value of  = 0.449, it can be concluded there was no significant association between birth weight with a ruptured perineum primipara. Thus, Ho received. Key words: Ruptured primiparous perinal, birth weight   Abstrak: Pada seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan atau yang disebut primipara, mempunyai resiko terjadi laserasi jalan lahir melalui persalian pervaginam. Pada perdarahan post partum primer, dapat disebabkan oleh berbagai robekan jalan lahir. Selain mengakibatkan perdarahan, robekan jalan lahir juga merupakan faktor penentu terhadap nyeri perineum postpartum. Laserasi atau robekan perineum dapat terjadi secara spontan dan episiotomi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara berat badan bayi lahir dengan ruptur perineum persalinan pervaginam pada primipara di ruang bersalin RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado periode Januari-September 2012. Metode penelitian ini dilakukan secara Observasional analitik dengan rancangan cross sectional dan data bivariat dianalisa dengan Chi square. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 808 primipara. Hasil yang didapatkan : 1) Paling banyak primipara mengalami episiotomi yaitu 50,7%. 2) Bayi lahir paling banyak dengan berat badan 2500-4000 gram. 3) Berat badan lahir <2500 dan 2500-4000 gram berkaitan dengan ruptur primipara baik spontan maupun episiotomi. 4) Hasil analisis hubungan antara berat badan lahir  dengan ruptur perineum primipara didapatkan nilai p value = 0,330 dan nilai  = 0,449 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara berat badan lahir  dengan ruptur  perineum  primipara.  Dengan demikian, Ho yang diterima. Kata Kunci: Ruptur perineum primipara, berat badan lahir