cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
POLA BAKTERI AEROB PENYEBAB KONJUNGTIVITIS PADA PENDERITA RAWAT JALAN DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT KOTA MANADO Lolowang, Manly
eBiomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.2.1.2014.3760

Abstract

Abstrak: Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva. Insidensi di Indonesia mencapai 73% dari total kunjungan di poli mata pada tahun 2009. Salah satu penyebab konjungtivitis adalah infeksi bakteri. Di Manado belum ada data mengenai pola bakteri penyebab konjungtivitis sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam pemilihan antimikroba bagi pasien.Tujuan dari penelitian ini adalah unutk mengetahui pola bakteri aerob pada penderita konjungtivitis yang dapat berkontribusi langsung dalam peningkatan kualitas penanganan konjungtivitis, terutama konjungtivitis bakterial.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional melalui penelitian kultur bakteri hasil swab konjungtiva penderita konjungtivitis di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Kota Manado. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis konjungtivitis bakterial dengan infeksi yang masih berlanjut dan belum menjalani pengobatan dengan antimikroba. Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil 12 orang (40%) pria dan 18 orang (60%) wanita. Umur termuda dalam penelitian ini 26 tahun dan tertua 77 tahun.  Hasil penelitian menunjukan 7 sampel tidak ada pertumbuhan pada proses kultur, 12 sampel terdapat bakteri gram positif, 1 sampel bakteri gram negatif dan 10 sampel campuran bakteri gram positif dan negatif. Streptococcus non hemolitikus ditemukan pada 11 sampel (36,67%), Bacillus subtilis pada 7 sampel (23,33%), Proteus spp pada 6 sampel (20%), Staphylococcus albus pada 5 sampel (16,67%), Diplococcus gram negatif pada 4 sampel (13,33%), Lactobacillus spp pada 3 sampel (10%) dan Pseudomonas aeuruginosa 1 sampel (3,33%). Kesimpulan pada penelitian ini terbanyak infeksi pada konjungtivitis disebabkan Streptococcus non hemolitikus dan  tersering pada kelompok umur diatas 60 tahun. Kata kunci: konjungtivitis, bakteri aerob, pola bakteri    Abstract: Conjunctivitis is an inflammation of the conjungtiva.Incidence  in Indonesia reached 73% of total visits in ophthalmlogy polyclinic  in 2009. One cause of conjunctivitis is bacterial infection. In Manado, no data on the pattern of the bacteria that cause conjunctivitis that can cause errors in the selection of antimicrobials for patient.The aim this research is to assess the pattern of aerobic bacteria in patients with conjunctivitis which can contribute directly in improving the quality of treatment of conjunctivitis, especially bacterial conjunctivitis. This research use  methods with cross sectional descriptive study through a conjunctival swab bacterial culture results in patients with conjunctivitis at Community Eye Health Center in Manado. The samples in this study were patients with a diagnosis of bacterial conjunctivitis with ongoing infection and has not undergone treatment with antimicrobials. Distribution of the study sample by sex showed 12 people (40%) men and 18 (60%) women. The youngest age in this study 26 years old and the oldest 77 years old. 7 sample results showed no growth on culture process, 12 samples contained gram-positive bacteria, 1 sample gram-negative bacteria and 10 samples of a mixture of gram positive and negative bacteria. Non-haemolytic Streptococcus was found in 11 samples (36.67%), Bacillus subtilis on 7 samples (23.33%), Proteus spp in 6 samples (20%), Staphylococcus albus in 5 samples (16.67%), Diplococcus grams negative in 4 samples (13.33%), Lactobacillus spp in 3 samples (10%) and Pseudomonas aeuruginosa 1 sample (3.33%). The conclusion of this research on the most infectious conjunctivitis caused by non-haemolytic  Streptococcus and most common in the age group above 60 years. Keywords: conjunctivitis, aerobic bacteria
GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DENGAN INDEKS MASSATUBUH 18,5-22,9 kg/m2 Lestari, Dita Devi
e-Biomedik Vol 1, No 2 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i2.3308

Abstract

Abstract:Blood glucose levels are affected by several factors such as age, insulin hormone, emotion, stress, type and amount of food consumed and physical activities. Lifestyle changes such as eating foods lacking of fiber and contain lots of sugar is now very popular, especially in young people. This type of diet is one of the risk factors for overweight and if it lasts continuously will increase the incidence of Diabetes Mellitus. The aim of this descriptive study was to find out the level of fasting blood glucose of students of Faculty of Medicine year 2011 Sam Ratulangi University with Body Mass Index (BMI) 18.5-22.9 kg/m2. Data was collected by measuring BMI and determine fasting blood glucose level through laboratory examination. The results of this study showed that all of 31 respondens, consist of 9 men (29,03%) and 22 women (70,96%) had normal blood glucose levels (93,55%). From the result can be concluded that the blood glucose levels at students year 2011 Faculty of Medicine Sam Ratulangi University with BMI 18,5-22,9 kg/m2 mostly are in normal levels.Keywords: fasting blood glucose, students year 2011, BMI 18.5- 22.9 kg/m2.Abstrak: Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, hormon insulin, emosi, stress, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. Perubahan gaya hidup seperti pergeseran pola makan dengan makanan kurang serat dan mengandung banyak gula kini sangat digemari terutama oleh anak muda. Hal ini menjadi salah satu faktor risiko kelebihan berat badan dan bila berlangsung terus-menerus akan meningkatkan insiden penyakit Diabetes Melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) 18,5-22,9 kg/m2. Penelitian ini bersifat deskriptif. Responden dari penelitian ini berusia 18-20 tahun. Responden terdiri dari laki-laki sebanyak 9 orang dan perempuan sebanyak 22 orang. Data diperoleh dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh dan pemeriksaan laboratorium yaitu kadar glukosa darah puasa. Hasil penelitian menunjukkan dari 31 responden yang terdiri dari 9 orang laki-laki (29,03%) dan 22 orang perempuan (70,96%), hampir semua (93,55%) memiliki kadar glukosa darah normal. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan IMT 18,5-22,9 kg/m2 sebagian besar memiliki kadar glukosa darah puasa yang normal.Kata Kunci: Glukosa darah puasa, mahasiswa angkatan 2011, IMT 18,5-22,9 kg/m2.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA L.) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS WISTAR (RATTUS NORVEGICUS) Walansendow, Rionaldy; Rumbajan, Janette M.; Tendean, Lydia
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.11043

Abstract

Abstract: Participation of men on using contraceptive is still low. Carica papaya L. contains alkaloid chemicals which act as antifertility agent and can be used as contraceptives for men. This study was carried out to find the effects of Carica papaya L. seed extracts toward the spermatozoa qualities. This study was conducted to nine male wistar rats (Rattus norvegicus) weighing from 200 to 250 grams, aging from 12 to 15 months. These nine healthy adult rats were divided into 3 groups of 3 rats each. 50 and 70 mg/kg/day of the extract were orally administrated to group 1 and 2 respectively, while group 3 were treated as a negative control group. The daily administration was carried out for 50 days, after which the animals of group 1, 2 and 3 were sacrificed. This study found a decreased quality of spermatozoa (i.e morphology) in group 1 and 2 (p = 0,000). Thus, confirms it’s contraceptive efficacy on men’s fertility.Keywords: carica papaya l. seed, spermatozoaAbstract: Partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi masih kurang. Tanaman pepaya mengandung senyawa alkaloid yang bersifat antifertilitas dan dapat digunakan sebagai bahan untuk kontrasepsi pria. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap kualitas spermatozoa. Penelitian eksperimental ini dilakukan pada sembilan ekor tikus wistar jantan (Rattus norvegicus) dengan berat badan 200-250 gram berumur 12-15 bulan. Sembilan ekor wistar dibagi menjadi tiga kelompok, dan satu kelompok terdiri dari tiga ekor tikus wistar. Selama 50 hari, ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) diberikan pada kelompok perlakuan 1 sebesar 50 mg/kgBB per hari, sedangkan pada kelompok perlakuan 2 sebesar 70 mg/kgBB per hari. Kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Setelah 50 hari hewan coba pada kelompok kontrol, perlakuan 1, dan perlakuan 2 diterminasi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan kualitas spermatozoa berupa morfologi spermatozoa pada tikus wistar yang diberikan ekstrak biji papaya (Carica papaya L.) (p = 0,000). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak biji pepaya mempunyai efek antifertilitas terhadap fertilitas pria.Kata kunci: biji pepaya, spermatozoa
BAKTERI RESISTEN MERKURI (Hg) PADA PLAK GIGI PASIEN DENGAN TUMPATAN AMALGAM DI PUSKESMAS BAHU Mogi, Karen Tizia; Kepel, Billy; Bodhi, Widdhi
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.3262

Abstract

Abstract: Amalgam is an alloy of mercury with various metals which used for dental amalgam fillings since 150 years ago. It is still popular because of it’s strength and durability. However, it also has issue about it’s safety due to releasing of mercury inside oral cavity. Long time of exposure to mercury will result in resistant mercurial. Bacteria have ability to reduce Hg2+ to Hg0 by mercury reductase enzyme, changing toxicity to non-toxic form. We obtained the dental plaque from 5 patients who has been using amalgam for 5 years or more at Puskesmas Bahu. The dental plaque were stored inside the sterile glass tube with 0.9% NaCl solution and then tested for mecury resistant bacteria and identified bacteria. We founded 15 isolates were resistant to mercury. Then we did physiology, morphology, and biochemistry tests.  There are 8 genus of bacterias which has ability to reduce mercury from dental plaque of patient with amalgam fillings. Keywords: Amalgam, Mercury Resistant Bacteria, Dental Plaque   Abstrak: Amalgam merupakan campuran logam, yang diantaranya adalah merkuri sudah digunakan sejak 150 tahun yang lalu oleh kedokteran gigi sebagai penambal gigi berlubang dan sampai sekarang amalgam masih digunakan oleh dokter gigi karena merupakan bahan tambalan yang kuat dan tahan lama. Namun resiko utama amalgam adalah pelepasan uap merkuri yang mungkin terjadi selama penggunaannya di rongga mulut. Penggunaan amalgam ini memicu munculnya bakteri resisten terhadap merkuri dimana bakteri mampu untuk mereduksi ion Hg2+ menjadi Hg0 oleh enzim merkuri reduktase, yang sebelumnya bersifat toksik menjadi kurang toksik. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui bakteri resisten merkuri pada plak gigi pasien dengn tumpatan amalgam. Desain penelitian adalah metode deskriptif eksploratif. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 5 koloni bakteri resisten merkuri pada plak gigi dari pasien yang telah menggunakan tumpatan amalgam minimal 5 tahun yang berkunjung ke Puskesmas Bahu. Spesimen yang didapatkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril yang berisi larutan NaCl 0.9% segera dibawa ke laboratorium untuk dilakukan uji resistensi merkuri dan identifikasi bakteri. Isolasi isolat bakteri resisten merkuri pada 5 sampel, diperoleh 15 isolat. Selanjutnya dilakukan identifikasi bakteri melalui uji morfologi, uji fisiologi, dan uji biokimia.  Hasil uji yang dilakukan ditemukan 8 genus bakteri yang dapat diidentifikasi. Kata Kunci: Amalgam, Bakteri Resisten Merkuri, Plak Gigi
GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERPERAN PADA RUMAH YANG DITEMUKAN TUNGAU DEBU DI KOTA MANADO Ikbal, Indah S. M.; Sorisi, Angle M. H.; Pijoh, Victor D.
e-Biomedik Vol 3, No 2 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i2.8387

Abstract

Abstract: The term house dust mites have been used to express the number of mites that are associated with the dust in the house. These mites can be found in mattresses, pillows, as well as other furniture. The most established population of house dust mites is in the bedroom dust, especially on the mattress. This study aimed to obtain the environmental factors that contribute to the house dust mites. This was a descriptive study. Samples were families with positive house mites, as many as 96 samples, in three villages namely Malalayang 1, Malalayang 2, and Kleak, Manado. Samples were collected by using questionnaires. The results showed the presence of mites in all respondents’ houses. Some environmental factors affected the presence of dust mites in houses, as follows: mattress, sofa, floor, pets, bedcover, temperature, and humidity. It takes awareness to pay more attention to the cleanliness of the home environment.Keywords: house dust mites, environmentAbstrak: Istilah tungau debu rumah (TDR) telah digunakan untuk menyatakan sejumlah tungau yang ditemukan berasosiasi dengan debu di rumah-rumah tempat tinggal. Tungau ini dapat ditemukan di kasur, bantal, dan perabot rumah lainnya. Populasi TDR terbanyak didapatkan pada debu kamar tidur terutama pada debu kasur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang berperan pada rumah yang ditemukan TDR. Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel penelitian ialah sebagian kepala keluarga (KK) dengan rumah yang positif tungau yaitu sebanyak 96 sampel di tiga kelurahan yaitu Malalayang 1, Malalayang 2 dan Kleak Kota Manado. Sampel dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan gambaran positif keberadaan tungau debu pada semua rumah responden. Faktor lingkungan yang berpengaruh pada keberadaan tungau debu tersebut ialah penggunaan kasur, sofa, lantai, binatang peliharaan, sprei, suhu dan kelembaban berperan pada gambaran rumah yang ditemukan tungau debu rumah. Dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan rumah.Kata kunci: tungau debu rumah, lingkungan
Pengaruh madu terhadap kualitas spermatozoa tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok Makasenda, Pretty P.; Rumbajan, Janette M.; Turalaki, Grace L.A.
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14631

Abstract

Abstract: Cigarettes are composed of hazardous chemicals such as nicotine, tar and carbon monoxide (CO) to name a few. In just a single puff of a cigarette, there are 1014 free radical molecules also known as Reactive Oxygen Species (ROS) that can cause sperm damage. Various natural ingredients native to Indonesia were found to contain various antioxidants, one of them is honey. The effects of honey as antioxidant may protect body cells in neutralizing free radicals caused by smoking and reducing the damage to spermatozoa cell that is caused by ROS and thereby avoiding the declining quality of spermatozoa. This study aimed to determine the effect of honey on the quality of spermatozoa of Wistar rats (Rattus norvegicus) that had been exposed to cigarette smoke. Subjects of this study were nine male Wistar rats (Rattus norvegicus) randomly divided into three groups weighing 150-200 g with the age range of 12-14 weeks. Each group of mice was given exposure to the smoke of 2 cigarettes a day in which the treatment group (P1) is also given 0.5 ml of honey per day, and the treatment group (P2) honey 1 ml / day. The results showed that honey treatment can improve concentration, motility, and morphology of spermatozoa Wistar rats (Rattus norvegicus) by exposure to cigarrets smoke. Occurred a significant difference of concentration, motility, and morphology of spermatozoa group given only the exposure to cigarette smoke and the group given exposure to cigarette smoke and honey. This results showed that 1 ml of honey per day could improve the quality of spermatozoa.Keywords: honey, cigarrets smoke, spermatozoa Abstrak: Rokok mengandung bahan kimia yang berbahaya, yaitu nikotin, tar dan gas karbon monoksida (CO). Dalam satu kali hisapan rokok terdapat 1014 molekul radikal bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat merusak spermatozoa. Berbagai bahan alam asli Indonesia banyak mengandung antioksidan, salah satunya pada madu. Efek madu sebagai antioksidan dapat melindungi sel-sel tubuh termasuk menetralisir radikal bebas yang disebabkan oleh rokok dan mengurangi kerusakan sel spermatozoa yang disebabkan oleh ROS sehingga menghindari menurunnya kualitas spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu terhadap kualitas spermatozoa tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok. Subjek penelitian ini menggunakan 9 ekor tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok secara acak dengan berat badan 150-200 gram dan berumur 12-14 minggu. Masing-masing kelompok tikus diberi paparan asap rokok 2 batang / hari dimana kelompok perlakuan (P1) juga diberi madu 0.5 ml / hari, dan kelompok perlakuan (P2) diberi madu 1 ml / hari. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian madu dapat meningkatkan konsentrasi, motilitas, dan morfologi spermatozoa tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok. Terjadi perbedaan yang bermakna dari konsentrasi, motilitas, dan morfologi spermatozoa kelompok yang hanya diberi paparan asap rokok dan kelompok yang diberi paparan asap rokok dan madu. Hasil tersebut menunjukan bahwa madu 1 ml / hari dapat meningkatkan kualitas spermatozoa. Kata kunci: madu, asap rokok, spermatozoa
TUNGAU DEBU RUMAH DI KELURAHAN TAAS KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Walangare, Kristin R.; Tuda, Joseph; Runtuwene, J.
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4577

Abstract

Abstract: House dust mite (HDM)  is one of the insects found in the dust. Various studies of allergy to house dust around the world shows that the HDM has an important role in trigger allergic reactions such as asthma, atopic dermatitis and allergic rhinitis. Village Taas is a potential area for the deployment of HDM. The purpose of this study to determine the type and density of HDM. The research was conducted in the  Village Taas Sub-district Tikala Manado City. The research method used is descriptive survey with a cross-sectional study. Dust samples taken from the area of the  meter2 the living and sleeping houses, and then examined under a microscope to count the number of HDM to determine density. House dust mites are found, made ​​preparations and identified according to the key M J.Colloff et al. From the examination of 77 houses, it was found that the HDM acarus spp types most commonly found in the living room (35.18%) and bedroom (36.66%). Density of HDM  in the Village Taas classified as very low at 16 TDR / gram of dust the living room and 19 TDR / gram of dust in the bedroom. Keywords: Density, Parasitology, house dust mites   Abstrak: Tungau debu rumah (TDR) adalah salah satu serangga yang terdapat dalam debu. Berbagai studi tentang alergi terhadap debu rumah di seluruh dunia menunjukan bahwa TDR mempunyai peran penting dalam pencetus timbulnya reaksi alergi seperti asma, dermatitis atopik dan rhinitis alergika. Kelurahan Taas merupakan daerah yang potensial bagi penyebaran dari TDR. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis dan kepadatan TDR. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Taas Kecamatan Tikala Kota Manado. Metode penelitian yang digunakan ialah survey deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel debu diambil dari area satu meter2 pada ruang tamu dan ruang tidur rumah penduduk, kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk dihitung jumlah dari TDR guna mengetahui kepadatan TDR. Tungau debu rumah yang ditemukan, dibuat preparat dan diidentifikasi sesuai kunci M J.Colloff et al. Dari pemeriksaan 77 rumah, ditemukan bahwa TDR jenis acarus spp yang paling sering ditemukan pada ruang tamu (35,18%) dan ruang tidur (36,66%). Kepadatan dari TDR di Kelurahan Taas tergolong sangat rendah yakni 16 TDR/gram debu ruang tamu dan 19 TDR/gram debu ruang tidur. Kata kunci: Kepadatan, Parasitologi, Tungau debu rumah
Hubungan Konsumsi Alkohol dengan Kadar High Density Lipoprotein Batara, Aditya N.; Pangkahila, Erwin; Polii, Hedison
eBiomedik Vol 6, No 2 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.6.2.2018.22155

Abstract

Abstract: Alcohol consumption has some effect on myocardial infarction (heart attack), and could decrease low density lipoprotein (LDL) level as well as increase high density lipoprotein (HDL) level. This study was aimed to determine the relationship between alcohol consumption and HDL level. This was an analytical study with a cross sectional design. Subjects were students of Faculty of Social and Political Sciences at Sam Ratulangi University. Data were analyzed by using the Spearman correlation test (significancy <0.05). The results showed that 31 students were involved in this study. There were 26 students (83.87%) with normal HDL levels and 5 students (16.13%) with abnormal HDL levels. The Spearman test of the correlation between alcohol consumption (frequency, duration, and the amount of alcohol consumption) and HDL level showed the P values, as follows: P=0.256, P=0.410, and P=0.459. Conclusion: There was no correlation between alcohol consumption and HDL level.Keywords: alcohol, HDL levels Abstrak: Konsumsi alkohol diketahui memiliki efek terhadap infark miokard, penurunan kadar low density lipoprotein (LDL), dan peningkatan kadar high density lipoprotein (HDL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi alkohol dengan kadar HDL. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang. Subyek penelitian ialah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Sam Ratulangi. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman dengan nilai signifikansi P<0,05. Hasil penelitian mendapatkan 31 mahasiswa laki-laki sebagai subyek penelitian. Subyek yang memiliki kadar HDL normal sebanyak 26 orang (83,87%) dan yang tidak normal sebanyak 5 orang (16,13%). Uji korelasi Spearman terhadap hubungan antara konsumsi alkohol (frekuensi konsumsi, lama konsumsi, jumlah konsumsi alkohol) dengan kadar HDL memiliki nilai P berturut-turut ialah P=0,256, P=0,410, dan P=0,459. Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara konsumsi alkohol dengan kadar HDL.Kata kunci: alkohol, kadar HDL
UJI DAYA HAMBAT JAMUR ENDOFIT AKAR BAKAU ACHANTUS TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIAE COLI Pongantung, Clara; Kepel, Billy; Bodhi, Widdhi
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.6431

Abstract

Abstract: Fungi and bacteria are microbes that are classified in the general stage of Endofit. Fungi is the most isolated form of Endofit. To this point studies articulating endofit are still at a scarce stage, without a doubt the corresponding relationship between plants and organisms. Endosimbions are considered in a state between grass that grows endemic in The United States of America (truf grass) and endofit fungi, Neotyphodium SP. The purpose of these researches are to see and understand the inhibition of bacteria growth from endofit fungi that can be obtained from the roots of Mangrove Acanthus against bacteria Staphylococcus Aureus and Escherichia coli. These studies have been researched since November 2013 to January 2014 at the Biomedical Research Laboratory Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi. The research results that were conjured from the Mangrove root type Achantus have an inhibitory effect on the test bacteria research, which are Staphylococcus Aureus and Escherichia Coli.Keywords: endofit fungi, Achantus, Staphylococcus Aureus, and Escherichia Coli.Abstrak: Jamurdan bakteri merupakan mikroba yang paling umum dijumpai sebagai endofit, sedangkan endofit yang paling sering diisolasi ialah jamur. Sejauh ini penelitian mengenaiendofit masih sanga tjarang dipelajari, akan tetapi hubungan antara tumbuhan dengan organisme endosimbion dapat dilihat antara suatu jenis rumput yang tumbuh endemik di Amerika Utara (truf grass) dengan jamur endofit Neotyphodium sp. Tujuan penelitian ini untuk melihat dan mengetahui daya hambat pertumbuhan bakteri dari jamur endofit yang terdapat pada akar mangrove Acanthus terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2013 sampai dengan Januari 2014 di Laboratorium Riset Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Dari hasil penelitian yang didapat akar mangrove jenis achantus memiliki daya hambat terhadap bakteri uji pada penelitian ini yaitu staphylococcus aureus dan Escherichia coli.Kata kunci: jamur endofit, Achantus, Staphylococcus aureus, Escherichiae coli.
Uji efek ekstrak daun dewa (Gyanurasegetum [Lour]. Merr) terhadap masa penyembuhan luka insisi kulit kelinci (Oryctolaguscuniculus) Aaron, .; Awaloei, Henoch; Wuisan, Jane
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.11614

Abstract

Abstract: Marsh fleabane (Gynurasegetum [Lour].Merr.) is one of the medicinal plants used by the public as an anti-septic to accelerate wound healing. The contents of Marsh fleabane that could accelerate wound healing are flavonoids, saponins, and atsiri oil. This study aimed to determine the effect of Marsh fleabane extract on wound healing incision of rabbit skin. This was an experimental study. This study was conducted in the Laboratory of Pharmacology and Therapeutics Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi. Samples were 3 rabbits. Incised wounds of 4 cm length and 2 mm depth were made on the rabbits’ left and right backs. The wounds on the left backs were given Marsh fleabane extract, meanwhile the wounds on the right backs were not treated. The results showed that the wound healing process of the incised wounds treated with Marsh fleabane extract was faster compared to the incised wounds without treatment. Conclusion: Marsh fleabane extract could accelerate the wound healing process of rabbit incised wound. Keywords: marsh fleabane, incision wound healing Abstrak: Daun dewa (Gyanurasegetum [Lour].Merr.) merupakan salah satu tanaman berkhasiat yang biasa digunakan oleh masyarakat sebagai obat anti septik dan mempercepat penyembuhan luka. Kandungan yang terkandung dalam daun dewa yang dipercaya dapat mempercepat penyembuhan luka yaitu flavonoid, saponin, dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji efek ekstrak daun dewa terhadap penyembuhan luka insisi pada kulit kelinci. Metode penelitian yang digunakan ialah rancangan eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Sampel yang digunakan berjumlah 3 ekor kelinci yang masing-masing punggung kiri dan kanannya diberi luka insisi sepanjang 4 cm dan kedalaman 2 mm. Luka pada punggung sebelah kiri diberikan ekstrak daun dewa sedangkan luka pada punggung bagian kanan tidak diberikan ekstrak daun dewa. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa masa penyembuhan luka insisi kulit kelinci yang diberikan ekstrak daun dewa lebih singkat dibandingkan dengan luka insisi kulit kelinci yang tidak diberikan ekstrak daun dewa. Simpulan: Ekstrak daun dewa berefek terhadap penyembuhan luka insisi kulit kelinci.Kata kunci: daun dewa, penyembuhan luka insisi