cover
Contact Name
Umbara
Contact Email
jurnalumbara@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalumbara@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology
ISSN : 25282115     EISSN : 25281569     DOI : -
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 145 Documents
Etnobiologi dan Keragaman Budaya di Indonesia Iskandar, Johan
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.983 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v1i1.9602

Abstract

Etnobiologi, sebagai disiplin ilmiah, belum banyak dikembangkan di Indonesia. Tulisan ini mengulas perkembangan disiplin etnobiologi dan  keragaman hayati serta kebhinekaan suku bangsa sebagai landasan etnobiologi Indonesia. Selain itu artikel ini juga mengulas pemanfaatan dan pengelolaan keragaman hayati oleh masyarakat tradisional dengan contoh kajian etnobiologi pengelolaan tata ruang pada orang Sunda serta pengaruh perubahan iklim pada tanggapan petani tradisional, dan ulasan normatif tentang peranan etnobiologi bagi pembangunan multikutural di Indonesia.  Kata kunci: Etnobiologi, Keragaman hayati, kebhinekaan suku bangsa, Pembangunan
Menyelami Potret Pendidikan Indonesia Kini Purwanti, Tari
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.722 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v1i2.10292

Abstract

Ritus Ruwatan Murwakala di Surakarta Mariani, Lies
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.33 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v1i1.9603

Abstract

Artikel ini membahas Ruwatan Murwakala sebagai salah satu bentuk ritus peralihan di Jawa. Ritual sakral terkait daur hidup ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Jawa dan masih dianggap relevan. Ritus ini juga menjadi bagian dari tradisi lisan dan tulisan yang bersifat tangible dan intangible. Merujuk pada konsep Van Gennep mengenai  ritus peralihan, ritual ini memiliki tahapan sesuai tahapan dalam ritus peralihan manusia yaitu separations atau rites of separation (perpisahan) pada tahap pertama, marge atau rites of liminal (peralihan) pada tahap kedua, dan aggregation atau rites of incorporation (pemulihan) pada tahap ketiga. Artikel ini juga mendiskusikan peran penting dalang dalam prosesi ritual. Ia tidak hanya berperan memimpin ritual tetapi juga berperan sebagai mediator bagi terwujudnya keseimbangan tertib kosmos dalam masyarakat; yang ditandai adanya hubungan harmonis antara sesama manusia dengan kekuatan gaib dan alam semesta. Kata kunci: Ritus, Ruwatan, Murwakala, Daur hidup, Tradisi lisan
Relasi Kuasa dalam Perebutan Lahan di Situs Candi Bojongmenje Muhammad, Fikri; Paskarina, Caroline
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.246 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v2i1.15678

Abstract

Abstract This paper discusses the power relations in the land dispute on the site of Bojongmenje Temple, to reveal why conflicts in Bojongmenje Temple Site lasted continuously (2003-present). To clarify this, this paper uses an analysis of power relations to identify the mutually contested interests in establishing a claim on land in the site of Bojongmende Temple area. The research method used is qualitative method, with data collection through indepth interview among actors involved in conflict. The research finds that land dispute in the area of Bojongmenje Temple site is a complicated conflict, preceeded by changes in the economic value of land due to the discovery of cultural heritage sites that have tourism potential. This complicated conflict is prolonged and unresolved because the governments bargaining power as an authoritative institution is in a weak position. Conflict resolution needs to be arranged comprehensively, especially to resolve the root of conflict triggered by the instability of system change. This is done by balancing the power positions among conflicting actors in the land management of the Bojongmenje Temple site, beginning with the recognition of local land rights by the government and establishing concensus with citizens to manage the site participatively. Keywords: power relations, conflict, land dispute Abstrak Tulisan ini membahas tentang relasi kuasa dalam perebutan lahan di situs Candi Bojongmenje untuk mengungkapkan mengapa konflik dalam perebutan lahan di Situs Candi Bojongmenje berlangsung dengan lama (2003-sekarang). Untuk menjelaskan hal tersebut, tulisan ini menggunakan analisis kekuasaan untuk mengidentifikasi ragam kepentingan yang saling berkontestasi untuk membentuk klaim atas lahan di kawasan Situs Candi Bojongmende. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam kepada para aktor yang terlibat di dalam konflik. Hasil riset menemukan bahwa konflik lahan di kawasan situs Candi Bojongmenje merupakan bentuk konflik pelik, yang diawali oleh perubahan nilai ekonomi lahan akibat ditemukannya situs cagar budaya yang berpotensi wisata. Konflik pelik ini berlangsung berkepanjangan dan tidak terselesaikan karena posisi tawar pemerintah sebagai institusi yang memegang otoritas justru berada pada posisi yang lemah. Penyelesaian konflik pelik perlu dilakukan secara komprehensif, terutama untuk menyelesaikan akar permasalahan yang dipicu akibat dari ketidakstabilan perubahan. Hal tersebut dilakukan dengan menyeimbangkan posisi kekuasaan dari para aktor yang berkepentingan di dalam pengelolaan lahan situs Candi Bojongmenje, yang diawali dengan pengakuan hak atas tanah dari warga setempat oleh pemerintah dan membangun kesepakatan dengan warga mengenai rencana pengelolaan kawasan tersebut secara partisipatif. Kata kunci: relasi kuasa, konflik pelik, perebutan lahan 
Soekabumi The Untoldstory: Kisah di Balik Sejarah Sukabumi Gunawan, Rimbo
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.006 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v2i1.15677

Abstract

AbstrakBuku ini berisi sepuluh bab yang berusaha menjelaskan fase-fase sejarah Sukabumi. Penulis menyusun kerangka buku ini tidak secara linear historis tetapi berdasarkan kisah yang mempengaruhi sejarah, baik orang maupun peristiwa yang menjadi bahan pembicaraan. 
Mitos Rambut Gimbal: Identitas Budaya dan Komodifikasi di Dataran Tinggi Dieng Febriyanto, Alfian; Riawanti, Selly; Gunawan, Budhi
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.726 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v2i1.15670

Abstract

Abstract Myths become an integral part of society’s social and cultural life. This research examines the myth of rambut gimbal (dreadlock) as the cultural identity that is formed amids cultural commodification. This research finds that the identity formation does not occur at the micro but rather at the meso and makro level.  At the meso level, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) plays its role in identity formation and the commodification of myth. At the macro level,  government’s effort to promote rambut gimbal cutting ceremony as one of cultural festivals and tourism commodity demonstrates a formal legitimation of the cultural identity and the myth commodification. Keywords: commodification, Dieng, ethnogenesis, myth, gimbal, identity AbstrakMitos menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Penelitian ini membahas kaitan antara mitos dengan pembentukan identitas budaya pada suatu masyarakat ditengah terjadinya komodifikasi budaya. Penelitian ini menitikberatkan pada kajian mengenai proses pembentukan identitas budaya oleh masyarakat di dataran tinggi Dieng melalui pelestarian mitos rambut gimbal dan proses komodifikasi mitos rambut gimbal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembentukan identitas dan komodifikasi rambut gimbal tidak terjadi di aras mikro tetapi di aras meso dan makro. Pada aras meso, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) berperan dalam pembentukan identitas dan komodifikasi mitos. Pada aras makro, pemerintah berperan dalam memberikan legitimasi formal pada identitas yang dibentuk di level meso. Kata kunci: Komodifikasi, Dieng, etnogenesis, mitos, gimbal, identitas
Logika Antropologi: Suatu Percakapan (Imajiner) Mengenai Dasar Paradigma. Wicaksono, Arief
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.264 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v2i1.15676

Abstract

AbstrakBuku Logika Antropologi: Suatu Percakapan (Imajiner) Mengenai Dasar Paradigma merupakan salah satu buku yang membahas mengenai teori-teori dalam antropologi dengan model yang tidak (kurang) biasa. Pembahasan mengenai teori disampaikan dalam model percakapan dua orang (yang sebenarnya merupakan percakapan satu orang atau diri sendiri percakapan imajiner dari diri penulis buku). 
“Wase Glee”: Dari Kearifan Hingga Kenaifan Lokal Para Peramu Hasil Hutan di Aceh Nasution, Pangeran
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.373 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v2i1.15672

Abstract

Abstract Local wisdom remained as an important discourse in the society. It directs mutual awareness of self-worth and respect for a lofty and sustainable local cultural treasury. This article describes ‘Wase Glee’, the cultural knowledge of forest product utilization in Aceh. Wase glee is  a manifestation of local wisdom which includes guidelines and taboos (adat meuglee: adat encroachment) in Gampong Alue Bieng, Aceh Utara District, Aceh Province.‘Wase glee’ has been examined in the provisions of Qanun, the sharia-based regulation that revitalizes and reinforces indigenous institutions in Aceh society. It  encompasses perspectives and activities which contain  customary values. Ironically, the recognition of customary institutions which are accompanied by various arrangements of community activities creates an arbitrary slit by those in the customary authority. This article also aims to discuss local wisdom in environmental management especially related to forest resources, and also how the authority contained in the qanun that should present wisdom for the life of the community, it becomes a naive fact that tends to be exploitative. This paper is presented based on data obtained by qualitative research methods. Primary data was obtained from field research via interview (indepth) with categoryinformants: ureung meuglee (forest encroachers), traditional elders, and related gampong officials. The narrative notion in this paper refers to the ethno-sciences approach as the axis of analytic nodes present in the overall exposure of this article. Keywords: Local Wisdom, Gatherer, Forest, Wase Glee, Ureung Meuglee  Abstrak Kearifan lokal adalah wacana penting dari kehidupan manusia yang hingga kini masih menjadi entitas sara budaya yang unggul dan menarik untuk diperbincangkan. Kearifan lokal mengarahkan kesadaran bersama manusia mengenai kepatutan diri dan penghargaan atas khasanah budaya lokal yang adiluhung dan lestari. Artikel memaparkan pengetahuan budaya peramu hasil hutan pada satu rumpun etnik di Indonesia, yaitu pada masyarakat Aceh yang mengenal Wase Glee (pemanfaatan hasil hutan) sebagai manifestasi kearifan lokal yang meliputi petunjuk anjuran dan pantangan (adat meuglee: adat merambah hutan) pada masyarakat Gampong Alue Bieng, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Adat wase glee dicermati dalam ketentuan Qanun, regulasi berbasis syariah yang merevitalisasi dan menguatkan kembali kelembagaan adat pada masyarakat Aceh, meliputi cara pandang dan aktivitas yang mengandung nilai-nilai adat. Ironisnya, pengakuan lembaga adat yang turut disertai dengan berbagai pengaturan kegiatan masyarakat menciptakan celah kesewenangan oleh mereka yang memangku kewenangan adat. Artikel ini juga bertujuan membahas tentang kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan terutama yang berhubungan dengan sumber daya hutan, dan juga bagaimana kewenangan yang terdapat dalam qanun yang semestinya menghadirkan kearifan bagi kehidupan masyarakat, justru menjadi kenyataan naif yang cenderung eksploitatif. Artikel ini disajikan berdasarkan data yang diperoleh dengan metode penelitian kualitatif. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan via wawancara (indepth) dengan kategori informan: ureungmeuglee (perambah hutan), tetua adat, dan aparat gampong terkait. Gagasan naratif dalam artikel ini mengacu pada pendekatan etnosains sebagai poros simpul analitik yang hadir dalam keseluruhan paparan artikel ini. Kata kunci: Kearifan Lokal, Peramu hasil hutan, Wase Glee, Ureung
Peran dan Tantangan Aktivis Yayasan Gaya Dewata dalam Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS di Provinsi Bali Mahadewi, Ni Made Anggita Sastri
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.814 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v2i1.15673

Abstract

Abstract This research discusses roles and challenges encountered by the activists of Yayasan Gaya Dewata (Gaya Dewata Foundation) in their efforts to prevent HIV infection and AIDS among gays and transgenders in Bali. This research applies qualitative approach to examine the actions conducted by the activists in three regions of Bali Province: Denpasar City, Badung Regency, and Gianyar Regency. The actions include field and cyber outreach, interactive group discussion, HIV counseling and testing, condom and lubricant distribution to gays and transgenders; and social support for people living with HIV and AIDS (PLHA). This research applies social action and simbolic interactionism theory to analyse several actions by the activists. This research finds that the actions by the activists of demonstrate a rational-instrumental and affective action as well as a symbolic  interactionism action in the context of HIV and AIDS prevention. Keywords: Yayasan Gaya Dewata, gays and transgender, HIV, AIDS, Bali  Abstrak Penelitian ini membahas peran dan tantangan yang dihadapi oleh para aktivis di Yayasan Gaya Dewata dalam upaya mereka mencegah infeksi HIV dan AIDS di kalangan gay dan waria di Bali. Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif untuk mengamati kegiatan yang dilakukan para aktivis di tiga wilayah di Provinsi Bali: Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar. Kegiatan para aktivis meliputi; penjangkauan lapangan dan online, diskusi kelompok interaktif, konseling dan tes HIV, pembagian kondom dan pelican bagi para gay dan waria, dan dukungan sosial bagi orang dengan HIV dan AIDS (ODHA). Penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial dan interaksionisme simbolik untuk menganalisis kegiatan yang dilakukan para aktivis. Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan yang dilakukan para aktivis menunjukkan sebuah bentuk tindakan sosial rasional-instrumental dan sebuah interaksi simbolik dalam konteks pencegahan HIV dan AIDS.  Kata kunci: Yayasan Gaya Dewata, gay, waria, HIV, AIDS, Bali.
Ayo Menikah (Muda)! : Mediatisasi Ajaran Islam di Media Sosial Khumairoh, Izmy
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.756 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v2i1.15671

Abstract

Abstract This article analyzes the close relationship between religion (i.e. religious discourses in the context of everyday life) and modernization (i.e. the intensive and excessive use of social media in society). This article is based on literature and social media review—in particular it reviews on how the role of religion changed drastically due to mediatization process that occurs in the public sphere; as well as how the social media plays a dynamic role in society. This article concludes that the new image of religion as shown in mass media and social media demonstrates its shifting power from traditional institutions to mass and social media. Religious value immerses into every aspect of the everyday life and the religious aura; and this phenomenon neglects the secularization theory. Keywords: anthropology, social media, marriage, Islam  Abstrak Artikel ini menganalisis hubungan erat antara agama (yaitu wacana keagamaan dalam konteks kehidupan sehari-hari) dan modernisasi (yaitu penggunaan media sosial yang intensif dan eksesif dalam masyarakat). Analisis berdasar pada studi literatur dan observasi di dunia maya - termasuk beberapa akun media sosial dan interaksi antara netizen - terutama bahasan mengenai perubahan peran agama yang drastis akibat proses mediatisasi yang di ranah publik; sebagaimana media memainkan peran dinamis dalam masyarakat. Artikel ini menyimpulkan bahwa citra baru agama, yang terpampang di media massa dan media sosial, mencerminkan pergeseran kekuasaan agama dari institusi tradisional ke media. Nilai-nilai agama terus menemukan celah untuk memasuki setiap aspek kehidupan dan mencakup aspek aura agama sehingga fenomena ini tidak sesuai dengan teori sekulerisasi. Kata kunci: antropologi, media sosial, pernikahan, Islam

Page 2 of 15 | Total Record : 145