Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Kuriositas journal specializing in the study of Islamic Studies, and intended to communicate about original research and current issues on the subject. Kuriositas journal is open to contributions of experts from related disciplines.
Articles
8 Documents
Search results for
, issue
" Vol 10 No 1 (2017): Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan"
:
8 Documents
clear
FILSAFAT AKHLAK DALAM KONTEKS PEMIKIRAN ETIKA MODERN DAN MISTISISME ISLAM SERTA KEMANUSIAAN
Ipandang, Ipandang
Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan Vol 10 No 1 (2017): Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Publisher : P3M STAIN Parepare
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Dalam konteks pemikiran etika modern, filsafat akhlak menempati posisi yang penting. Filsafat akhlak akan membentuk keadaan jiwa yang dapat melahirkan perbuatan-perbuatan baik. Di era modern ini, masih sedikit yang menyelidiki filsafat akhlak, karena mereka telah merasa puas mengambil akhlak dari agama dan tidak merasa butuh kepada penyelidikan ilmiah mengenai dasar baik dan buruk. Padahal sesungguhnya filsafat akhlak tertuju pada pandangan ke arah perbaikan dalam menentukan hak dan kewajiban, serta menimbulkan perasaan perseorangan tentang tanggungjawab besar untuk diri sendiri, masyarakat dan kepada Tuhan.
TINJAUAN KRITIS DAN MENYELURUH TERHADAP FUNDAMENTALISME DAN RADIKALISME ISLAM MASA KINI
Ahdar, Ahdar
Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan Vol 10 No 1 (2017): Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Publisher : P3M STAIN Parepare
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk menampilkan tinjauan historis dan kritik terhadap aksi-aksi radikalisme dengan dasar fundamentalisme di Indonesia. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berkembangnya wacana terkait fundamentalisme dan radikalisme yang sering diidentikkan kepada kelompok Islam yang berkonotasi negatif di Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode kajian kritis-historis. Data dikumpulkan melalui studi literature dan pustaka terkait bebarapa organisasi islam yang terdiri dari; Darul Islam Atau Negara Islam Indonesia (NII); Majelis Mujahidin Indonesia (MMI); Hizbut Tahrir Indonesia (HTI); dan Front Pembela Islam (FPI). Hasil penelitian menujukkan bahwa fundamentalisme dan radikalisme merupakan kata jadian yang akar katanya tidak terdapat dalam bahasa kaum Muslim di berbagai negara yang berbahasa Arab. Fundamentalisme menurut istilah adalah penegasan aktivis agama tertentu yang mendefenisikan agama secara mutlak dan harfiah. Fundamentalisme sebagai reaksi terhadap modernisme muncul pada abad ke-XIX. Saat itu modernisme muncul sangat berapi-api di Amerika Serikat. Pada era 1990-an, ada perubahan format dan strategi yang mendasar dalam gerakan Islam radikal di Indonesia. Jika pada tahun-tahun sebelumnya gerakan ini berjalan secara laten dan selalu dihadang oleh Negara sehingga menimbulkan politik ketakutan bagi umat Islam maka pada era 1990-an gerakan Islam radikal justru muncul secara terang-terangan, seperti terlihat dalam gerakan Laskar Jihad, Jamaah Islamiah Ahlussunnah wal Jamaah, Ikhwanul Muslimin, Jamaah Mujahidin, Nurul Fikr, Front Pembela Islam dan Hizbut Tahrir Berdasarkan hasil penilitian dapat disimpulkan bahwa Fundamentalisme dan radikalisme bukanlah istilah yang berasal dari Islam tapi istilah dari agama kristen yang kemudian digunakan untuk Islam. Fundamentalisme dan radikalisme bisa terjadi pada kelompok manapun, baik berbau agama, sosial, maupun politik dan terjadi pada agama apapun. Fundamentalisme bisa baik jika tidak diiringi dengan aksi radikalisme. Oleh karena itu, pemahaman terhadap keyakinan atau paham yang dianut secara mendalam bisa dijadikan solusi agar nilai toleransi muncul pada paham fundamentalisme.
PEMIKIRAN ETIKA MUTAHHARI
Amin, Muahammad
Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan Vol 10 No 1 (2017): Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Publisher : P3M STAIN Parepare
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Murtadhā Muthahharī is a philosopher, sufi of contemporary syi’ah, and one of Iranian ideologist of Islam revolution. His study focuses on the fiqh which imparts more loves to the philosophy, tasawuf, and theology. The point of his view was that human deed could be distinguished between the natural and moral (akhlāqī) deed. The natural was the deed that is not laudable. It is also implemented by animals. Then, the akhlāqī was the deed that is laudable in which it is like with the attempt. Human recognizes great being which is unmeasurable with the materials. It rises from the maujud having two sides which are in metaphysic and material and have spirit and body. Within Worship Theory, Murtadhā Muthahharī classified that morals will not have the meaning if it is not with the recognition of God (ma‘rifat Allāh). Furthermore, tauhīd in his view is the root of the moral of faithful people in which it will not be lifted by the power at all.
PEMIKIRAN ETIKA IBNU MISKAWAIH
Nizar, Nizar;
Barsihannor, Barsihannor;
Amri, Muhammad
Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan Vol 10 No 1 (2017): Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Publisher : P3M STAIN Parepare
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Ibnu Miskawaih dijuluki sebagai bapak etika Islam. Ia telah mampu merumuskan dasar-dasar etika di dalam kitabnya Tahdzib al Akhlaq wa Thathir al A‘raq (PendidikanBudi dan Pembersihan Akhlak ). Sumber filsafat etika Ibnu Miskawaih berasal dari fisafat Yunani, peradaban Persia, ajaran syariat Islam dan pengalaman pribadi. Dalam pemikirannya mengenai etika, ia memulainya dengan menyelami jiwa manusia. Ia memandang bahwa ilmu jiwa memiliki keutamaan sendiri dibandingkan dengan ilmu-ilmu jiwa lainnya. Ajaran etika Ibnu Miskawaih berpangkal pada teori jalang tengah. Intinya menyebutkan bahwa keutamaan akhlak secara umum diartikan sebagai posisi tengah ekstrem kelebihan dan ekstrem kekurangan masing-masing jiwa manusia. Dengan demikian, menurut Ibnu Miskawaih bahwa akhlak merupakan keadaan jiwa yang mengajak sesorang untuk melakukan perbuatan tanpa dipikirkan dan diperhitungkan sebelumnya. Sehingga akhlak dapat dijadikan fitrah manusia dengan melakukan latihan-latihan yang terus menerus hingga menjadi sifat diri yang melahirkan akhlak yang baik.
PEMIKIRAN ETIKA MULLA SHADRA
Bachtiar, Andi Safri
Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan Vol 10 No 1 (2017): Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Publisher : P3M STAIN Parepare
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
The muslim thinkers argue that ethic is the science of spirit therapy that is necessary for human being and even is in a uncertain condition like psychology and mental societies lately who show unstable moral decadence. Hence, the study of ethic aspect is so urgent. Besides, philosophical ethic that is developed by the muslim philosophers need to get the attention seriously. One of them having the essential role for intellectual world of Islam is Mulla Shadra. In his Era, Mulla Shadra built a nuance for new philosophy that is learned intensively with kind of the analysis as well as imparting syntheses and integrations from previous philosophers. By the thought in briliant and original philosophy aspect, he is able to answer all moral challenges in his era.
KAJIAN ETIKA ISLAM
Hanafi, Sain
Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan Vol 10 No 1 (2017): Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Publisher : P3M STAIN Parepare
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Kesadaran akhlak adalah kesadaran diri yang merasakan baik dan buruk, yang mampu membedakan halal dan haram, serta hak dan batil. Manusia mengerti dengan perbuatan dirinya. Manusia sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya sekarang, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan etika dalam islam yang dideskriptifkan dalam etika terhadap Tuhan, manusia, dan lingkungan alam. Etika terhadap Tuhan dilandasi pada hukum moral melalui rasa syukur kepada-Nya. Lain halnya etika terhadap manusia, sifat kebebasan yang dimilikinya menjadi makhluk moral yang senantiasa berinteraksi untuk mencapai kebahagiaan sebagai tujuan puncak dari etika. Pada etika terhadap lingkungan, sikap, tindakan, dan perspektif etis serta manajemen pemeliharaan lingkungan hidup dan seluruh anggota ekosistem sangat diperlukan.
TASAWUF SEBAGAI ETIKA PEMBEBASAN; MEMOSISIKAN ISLAM SEBAGAI AGAMA MORALITAS
Saprin, Saprin
Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan Vol 10 No 1 (2017): Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Publisher : P3M STAIN Parepare
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami hakikat tasawuf sebagai etika pembebasan dan bagaimana memosisikan Islam sebagai ajaran moralitas. Latar belakang penelitian ini adalah adanya ketimpangan akibat kemiskinan spiritual yang telah merasuk ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia sebagaimana terlihat secara jelas pada kemerosotan bahkan kebangkrutan moral yang berimplikasi pada krisis yang berakibat pada rapuhnya sendi-sendi kehidupan manusia Metodologi yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui studi literature dan pustaka terkait konsep tasawuf dalam Islam dalam hubungannya dengan pembentukan moralitas manusia. Hasil dari penilitian ini menunjukkan bahwa Tasawuf adalah usaha seseorang untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat mungkin. Awal mula timbulnya ajaran tasawuf bersamaan dengan agama Islam itu sendiri yaitu semenjak peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW. Sebelum Muhammad diangkat menjadi rasul telah berulang kali melakukan Tahannuts dan khalwat di Gua Hira. Ketika menawarkan tasawuf dalam kehidupan modern bukan sebuah tawaran untuk meninggalkan kehidupan dunia yang praktis, melainkan bagaimana kehidupan dunia yang fana’ dan praktis itu ditujukan sebagai sarana untuk mencapai ridha dan pengabdian pada Ilahi sehingga yang fana’ itu memiliki nilai keabadian, yang keduniawiaan itu memilih dimensi keakhiratan. Dari hasil penelitian penulis menyimpulkan dua hal. Pertama, tasawuf bukanlah sesuatu bentuk eskapisme atau melarikan diri dari kehidupan dunia, melainkan sebuah kezuhudan (asketisme) melepaskan diri dari belenggu duniawi. Kedua, ajaran Islam yang merupakan agama moralitas berfungsi sebagai pelindung yang memberikan keteduhan dan kesejukan serta memiliki ketentraman hidup.
HASAN AL-BANNA AL-IKHWAN AL-MUSLIMUN
Musyarif, Musyarif
Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan Vol 10 No 1 (2017): Kuriositas: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan
Publisher : P3M STAIN Parepare
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Tulisan ini mengkaji pemikiran Hasan Al Banna yang merupakan pendiri gerakan Ikhwan al Muslimun. Metode yang digunakan dalam mengkaji hasil pemikiranAl Banna adalah kajian literatur (kajian pustaka) melalui buku-buku atau literatur terkait dengan obyek yang diteliti atau dokumen pendukung seperti jurnal dan artikel terkait. Tulisan ini menggunakan studi teks dengan menggunakan paradigma hermeneutika untuk menafsirkan corak pemikirannya. Hasil kajian menunjukkan bahwa Al-Ikhwan al-Muslimin dibentuk sebagai wadah perjuangan Hasan al-Banna bersama sahabat-sahabatnya dalam melancarkan risalah dakwah. Konsep dan gerakan Hasan al-Banna adalah semangat jihad yang ditamankan kepada semua aspek kehidupan atas dasar iman