cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
MEDIA MATRASAIN
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 253 Documents
POTENSI PV TERINTEGRASI PADA RTP SEBAGAI PENUNJANG ENERGI KAWASAN PERKOTAAN. STUDI KASUS KOTA MANADO (Introduce of the potential of POSIPV (Public Open-Space Integrated PhotoVoltaic). A case study in Manado.) Binti, Sarina J.; Sangkertadi, Prof.
MEDIA MATRASAIN Vol 10, No 1 (2013)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ruang Terbuka Publik (RTP) merupakan merupakan bagian dari elemen arsitektur kota dan umumnya terdiri dari RTP bertipe RTH (Ruang Terbuka Hijau) dan RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau). Fungsi utama RTH yaitu fungsi ekologis dan fungsi tambahan seperti social umumnya lebih dominan, dibandingkan dengan fungsi ekonomi. RTP yang terletak didaerah beriklim tropis yang kaya akan sinar matahari , selayaknya juga dapat difungsikan sebagai lokasi penyedia energi listrik berbasis surya melalui instalasi PV (Photo Voltaic) pada beberapa elemen arsitekturalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsep dan peluang Photovoltaic terintegrasi RTH sehingga dapat menunjang kebutuhan energi kawasan perkotaan dan menghidupkan area RTH Kawasan Perkotaan itu sendiri sehingga RTH bisa mandiri energy.Penelitian dilaksanakan di Kota Manado, menerapkan metode pengukuran dengan modul PV melalui eksperimen lapangan dan simulasi komputasi menggunakan pogram computer “Matahari”. Hasilnya menunjukan bahwa kemiringan PV terbaik berada pada sudut 10˚-15˚ dengan arah orientasi ke arah Barat sedangkan apabila cuaca dianggap cerah dan faktor penyinaran lebih besar dari 60% maka arah orientasi terbaik menghadap arah Selatan. Peluang PV terintegrasi RTH dapat menghasilkan energy untuk mendukung RTH mandiri energi.Kata kunci : RTH, PV, arsitektur kota, POSIPV, tropis
Daftar Isi Vo 11 No1 (2014) Rogi, Octavianus Hendrik Alexander
MEDIA MATRASAIN Vol 11, No 1 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

DAFTAR ISI …………………………………..                 ii   SEKAPUR SIRIH ……………………………..                 iii     KREATIFITAS BERARSITEKTUR  MELALUI SALURAN PARADOKS DAN METAFISIKA  (A Controversial  Attitude Toward the Generally Accepted ) Deddy Erdiono ……………………………………       1-15   Situasi Otoritatif Arsitek (Bagian Pertama dari Essay : Arsitektur Futurovernakularis -Suatu Konsekuensi Probabilistik Degradasi Otoritas Arsitek) Octavianus H. A. Rogi  …………………………...     16-32   APLIKASI ARSITEKTUR BIOMORFIK DALAM RANCANGAN ARSITEKTUR Surijadi Supardjo ………………………………….   33-42   PENGARUH  PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI   DI  PUSAT  KOTA MANADO Rachmat Prijadi, Sangkertadi, Raymond Ch. Tarore …….………………………..   43-54   Kenyamanan Termal Pada Sebuah Rumah Adat Tradisional Gorontalo Muhdi Attaufig, Sangkertadi, Judy O. Waani .........................................................         55-65   Pengaruh TOPOGRAFI PADA kinerja pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran PADA BANGUNAN dan lingkungan di kota manado Suryono……………………………………………    66-77     Pedoman Penulisan Naskah ………………………          iv
TENDENSI ECLECTICISM DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN Paluruan, Raynold H.; Tarore, Raymond Ch.
MEDIA MATRASAIN Vol 8, No 2 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKModernisme dalam arsitektur merupakan suatu hal yang dianggap memberikan suatu cara pandang dan pikir yang baru dalam berarsitektur. Segala bentuk pemikiran berfokus kepada hal-hal yang bersifat mutakhir sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi. Dengan penggunaan mesin secara besar-besaran, keindahan dan seni ber-arsitektur masa lalu telah dilupakan, yang kemudian mengacu pada suatu karya yang bersih, polos tanpa ornamen, serta pengkotak-kotakan alias pengklasifikasian bentuk terhadap fungsi. Namun akhirnya segala bentuk kemutakhiran dan kehebatan modernisme, memunculkan beragam kelemahan dan kekurangan. Keinginan untuk menghasilkan suatu karya yang bebas penuh rasa dengan semangat yang plural dan kaya makna, membuat dogma-dogma modernisme akhirnya tumbang dalam badai amukan pemikiran-pemikiran eklektik atau aliansi antara sejarah dengan kemajuan teknologi.Kata kunci: modernisme, sejarah, pemikiran, seni
IMPLEMENTASI KONSEP ZERO ENERGY BUILDING (ZEB) DARI PENDEKATAN ECO-FRIENDLY PADA RANCANGAN ARSITEKTUR Magdalena, Enggrila D.; Tondobala, Linda
MEDIA MATRASAIN Vol 13, No 1 (2016)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan pembangunan diiringi kemajuan teknologi yang semakin tinggi saat ini, menyebabkan bangunan menjadi bagian dari beban lingkungan hidup yang besar. Hal ini dibuktikan oleh data yang menyatakan bahwa Sektor bangunan menyerap sebesar 40% sumber energi dunia, bahkan di Indonesia, sektor ini bertanggung jawab terhadap 50% dari total pengeluaran energi, dan lebih dari 70% konsumsi listrik secara keseluruhan (EECCHI, 2012). Dari besarnya penggunaan energi tersebut, sektor bangunan berkontribusi terhadap 30% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia. Dampak konsumsi energi bangunan yang besar terhadap alam, tentunya menyebabkan kondisi sumber daya alam khususnya sumber – sumber tak terbarukan menjadi  semakin langka dan akan sulit diakses dalam beberapa tahun mendatang. Menanggapi hal tersebut, maka diperlukan pendekatan secara ramah (Eco-Friendly) bagi setiap perancangan bangunan.Pendekatan bangunan secara ramah (Eco-Friendly Architecture) atau yang disebut juga Arsitektur Hijau, menghasilkan beberapa konsep perancangan arsitektur seperti: Conserving Energy ( Hemat Energi), Working with Climate (memanfaatkan kondisi dan sumber energy yang alami), Respect for site (menanggapi keadaan tapak pada bangunan), Respect for User (memperhatikan pengguna bangunan), Limitting New Resources (meminimalkan sumber daya baru), dan Holistic. Dengan latar belakang isu sumber energi tak terbarukan yang mulai menipis serta dampak buruk yang dihasilkan akibat konsumsi energy (tak terbarukan) bagi lingkungan, maka akan lebih baik bila dalam perancangan pembangunan lebih berfokus pada usaha konservasi dan efisiensi energi bangunan sehingga menjadi rancangan bangunan rendah energi. Bahkan tidak hanya mampu menghemat energi tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan energinya sendiri ( Bangunan Nol Energi).Konsep Zero Energy Building (ZEB) adalah terciptanya bangunan hijau yang dapat menghasilkan energi terbarukan yang cukup secara lokal untuk menyamai atau melebihi penggunaan energi dalam periode yang ditentukan. Pada dasarnya, dalam mengaplikasikan konsep ZEB yang harus diperhatikan adalah bagaimana menyeimbangkan antara jumlah sumber daya yang dipakai dengan jumlah sumber daya yang dihasilkan. Dengan konsep tersebut, desain bangunan akan memegang peranan yang sangat penting untuk mengurangi konsumsi sumber daya sebanyak mungkin, dan beban untuk menghasilkan sumber daya menjadi lebih ringan.   Kata Kunci : Zero Energy Building, Hemat Energi, Eco-Design
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR Taaluru, Stenly Yerli; Siregar, Frits O. P.
MEDIA MATRASAIN Vol 9, No 2 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Material merupakan salah satu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari arsitektur. Material mampu mendefinisikan ruang, membentuk karakter bangunan hingga mampu membawa pengguna bangunan pada tingkat pengalaman puitis. Material dengan demikian merupakan salah satu medium dalam menghadirkan pengalaman arsitektur. Pengalaman arsitektur ialah berbicarakan tentang bagaimana arsitektur dialami secara nyata melalui pengalaman sensoris kesatuan indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan perabaan. Kecenderungan gerakan arsitektur modern yang lebih menyukai penggunaan material untuk menghasilkan efek abstraksi yang imaterial, dan di sisi lain arsitektur post-modern yang menjadikan sistem tanda dan informasi sebagai pengalaman arsitekturalnya mengarahkan kita pada keadaan dimana arsitektur seolah jauh dari sesuatu yang nyata, dan pula menciptakan pengalaman arsitektur yang hanya pada tingkatan persepsi visual semata. Ekpresi material dapat menjadi medium hadirnya pengalaman arsitektur yang menyeluruh, dimana pengalaman tersebut tidak sekedar pengalaman persepsi visual dari indera penglihatan, namun merupakan suatu kesatuan pengalaman antara indera penglihatan, peraba, pendengaran dan penciuman, yang pada akhirnya menjadikan arsitektur tidak hanya dapat dilihat tapi lebih dari itu dapat dialami. Kata kunci : ekspresi, material, pengalaman arsitektur
PERLETAKAN JALUSI ADAPTIF PADA KORIDOR Enggar Sari, Wulani
MEDIA MATRASAIN Vol 14, No 1 (2017)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kenyamanan di dalam sebuah bangunan sangat dipengaruhi oleh aliran udara dengan melihat distribusi dan kelajuannya. Bukaan yang dapat digunakan untuk mengalirkan udara di dalam ruang salah satunya adalah jalusi. Karakteristik jalusi ini adalah mengarahkan aliran udara sesuai pola yang disesuaikan dengan desain arsitektur. Perkembangan teknologi bukaan saat ini telah berkembang pada jalusi adaptif yang dapat merespon gangguan yang berasal dari luar bangunan gedung, dalam hal ini sumber gangguan dari koridor. Penggunaan jalusi pada bangunan akan berpengaruh pada pola aliran udara pada hunian dengan upaya perbaikan dan peningkatan kinerja ventilasi alami yang telah ada selama ini. Jalusi ini akan diuji melalui eksperimen model atau maket bangunan rumah susun yang salah satu ruangannya diberikan jenis jalusi yang mempunyai karakter berbeda-beda. Model ruangan merupakan hasil dari studi kodisi bangunan rumah susun sesungguhnya. Penelitian pada ruang hunian dimulai dengan melihat kinerja masing-masing ventilasi, kemudian membandingkan hasil kinerja tersebut. Model yang ditentukan selanjutnya dioptimalkan kinerjanya dengan memodifikasi posisi bukaan dengan tujuan memperoleh posisi perletakan jalusi yang efektif merespon gangguan. Hasil penelitian akan memperlihatkan peneptatan jalusi adaptif.
ANALOGI DRAMATURGI DALAM RANCANGAN ARSITEKTUR Tawalujan, Yieldni; Sela, Rieneke Luisa Evany
MEDIA MATRASAIN Vol 9, No 3 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sejak dahulu drama dan arsitektur sudah menjadi suatu bagian dalam kehidupan manusia. Dalam teori arsitektur ada sebuah analogi yang sering digunakan para ahli untuk menjelaskan arsitektur itu sendiri, yaitu analogi Dramaturgi. Kegiatan-kegiatan manusia sering dinyatakan sebagai teater (“seluruh dunia adalah panggung”), karena itu lingkungan buatan dapat dianggap sebagai pentas panggung. Manusia memerankan peranan, dan demikian pula bangunan-bangunan merupakan rona panggung dan perlengkapan yang menunjang pagelaran panggung.Menganalisis sebuah karya drama memiliki beberapa pendekatan, salah satunya dengan “Pendekatan Ekspresif”. Dalam pendekatan ini pengarang dianggap sebagai faktor yang paling penting dalam proses penciptaan suatu karya sastra drama. Pandangan ini jika ditarik kedalam perancangan Arsitektur, persis memposisikan arsitek sebagai sutradara, karena arsiteklah yang paling bertanggung jawab dalam pengejawantahan alur/ plot cerita hingga akhirnya hadirlah geometri yang mempunyai jiwa.Kata kunci : Analogi, Dramaturgi, Arsitektur.
KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH TEPI SUNGAI “Studi Kasus Rumah Tepi Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya” Toding, Juprianto Bua'; Kindangen, Jefrey I.; Sangkertadi, .
MEDIA MATRASAIN Vol 11, No 3 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Budaya bermukim di Palangka Raya awal mulanya, berawal dari pemukiman tradisional dayak dimana komplek pemukiman masyarakat tradisional ini berada di tepi sungai. Pada umumnya rumah di tepian sungai ini mempunyai 2 jenis rumah, yaitu rumah terapung / lanting dan rumah panggung. Di mana Kalimantan Tengah sendiri memiliki tinggkat kelembaban yang tinggi, (T>28°C, RH>80%). Maka diperlukan sebuah penelitian untuk mencari pengkondisiaan termal pada rumah ditepian sungai,untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kenyamanan termal pada rumah tepian sungai ini. Data-data pengukuran yang diperlukan untuk mengetahui pengkondisian termal adalah 2 variabel personal dan 4 variabel iklim berdasarkan teori PMV dari Fanger. Maka analisis yang digunakan menggunakan indeks PMV dan PPD. Dimana untuk mengetahui persepsi termal dan memprediksi berapa banyak orang merasa tidak nyaman terhadap lingkungannya, pada rumah tepi sungai di kota Palangka Raya.Kata Kunci : Kondisi Termal, Indeks PMV dan PPD, Rumah Tepi Sungai, Kota Palangka Raya
Catatan Editorial Tinangon, Alvin Jance
MEDIA MATRASAIN Vol 12, No 3 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

KAJIAN TIPOMORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA DI KOTA MANADO Tilaar, Sonny; Rogi, Octavianus H.A.; Tinangon, Alvin J.
MEDIA MATRASAIN Vol 9, No 3 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sejumlah premis teoritik menunjukkan bahwa lepas dari tipe struktur ruang kota dan  pertumbuhannya, tipomorfologi suatu kota sangat ditentukan oleh pola pertumbuhan kawasan permukiman, baik yang terencana atau tidak. Problem yang lazim terjadi adalah degradasi kualitas ruang kota akibat perkembangan kawasan permukiman yang tidak terencana. Namun demikian, praktik pengembangan kawasan permukiman terencana tidak jarang juga bermuara pada hadirnya klaster-klaster permukiman yang berkualitas rendah bahkan cenderung kumuh. Penelitian ini mencoba untuk menelusuri lebih lanjut karakteristik tipomorfologi kawasan permukiman terencana di wilayah kota Manado, dalam kaitannya dengan indikasi permasalahan perkotaan yang disinyalir di atas. Secara khusus, penelitian ini berupaya mengidentifisir faktor apa saja yang menentukan perubahan tipomorfologi permukiman terencana di Manado. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 6 (enam) bulan. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data sekunder adalah data kondisi permukiman di kota Manado secara keseluruhan, khususnya statistik pertumbuhan kawasan permukiman terencana sejak tahun 1975 hingga tahun 2010. Data primer adalah data hasil observasi lapangan dan wawancara, serta citra satelit tentang kondisi salah satu kawasan permukiman terencana di Manado, yaitu Perumahan Alandrew di kecamatan Malalayang, yang dijadikan objek studi kasus, mewakili kategori permukiman dengan target konsumen masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Teknik analisis adalah analisis deskriptif, yaitu menganalisis langsung keadaan obyek studi melalui uraian, pengertian, ataupun eksplanasi terhadap variabel yang terukur maupun tidak. Sebagai kesimpulan, hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pertumbuhan jumlah lokasi dan luas lahan permukiman terencana di Manado menunjukkan trend positif; (2) Secara periodik rasio okupansi lahan per unit rumah trendnya meningkat; (3) Delineasi kawasan permukiman terencana cenderung tidak beraturan dan ditentukan oleh batas legal penguasaan lahan pihak pengembang, serta batas fisik alamiah lahan efektif; (4) Aksesibilitas kawasan umumnya berupa akses tunggal, dengan sirkulasi keluar masuk kawasan yang berciri kuldesak; (5) Rencana tapak kawasan lazim dikembangkan dengan konsep dasar optimasi daya dukung lahan melalui upaya grading, dengan tatanan grid yang sumbu-sumbu orientasinya bersesuaian dengan arah kelandaian lahan serta delineasi kawasan; (6) Blok perkavlingan lazim dibedakan atas tipe unit hunian dan kavlingnya. Blok dengan kualitas terbaik biasanya ditempatkan dekat dengan akses kawasan atau di jalur jalan utama, sementara blok kavling dengan kualitas terendah menempati zona-zona “terdalam”; (7) Ragam tipologi unit hunian biasanya terdiri dari minimal 3 varian tipe, mulai dari tipe terkecil hingga yang terbesar; (8) Tipologi infrastruktur standar yang disediakan meliputi prasarana jalan, drainase, listrik dan air bersih. Sarana publik standar yang disediakan adalah ruang terbuka publik dan lahan untuk pengembangan sarana peribadatan; (9) Morfologi kawasan terutama teridentifikasi melalui perubahan fisik unit hunian, figure ground kawasan dan kondisi lingkungan terbangun sekitar kawasan; (10) Morfologi unit hunian adalah dalam hal perubahan luas lantai, pola denah, kualitas konstruksi dan fasade juga per-pagar-an; (11) Dari aspek figure ground, perubahan yang lazim adalah peralihan dominasi void ke solid secara gradual, yang menyiratkan peningkatan rasio penutupan lahan oleh bangunan; (12) Perubahan kondisi lingkungan sekitar terlihat melalui figure ground yang meningkat kuantitas elemen solidnya pada beberapa lokasi di luar delineasi kawasan. Key words : permukiman terencana, tipologi, morfologi