Alvin J. Tinangon
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado

Published : 39 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

PUSAT PENELITIAN DAN KONSERVASI BIOTA LAUT DI TELUK TOTOK “FLOATING ARCHITECTURE” Karundeng, Frensy G.; Tarore, Raymond C. H.; Tinangon, Alvin J.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 2 (2015): Volume 4 No.2 November 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teluk Totok merupakan salah satu kawasan yang memiliki banyak spesies biota laut bernilai estetika tinggi dan ekonomi tinggi. Untuk mendukung hal tersebut, maka dibangun sebuah pusat penelitian dan konservasi biola laut di Teluk Totok, dengan tujuan agar dapat melestarikan spesies biota laut. Floating Architecture merupakan salah satu konsep yang dihadirkan untuk meningkatkan ketersediaan lahan dan meminimalkan kerusakan daerah sekitar sehingga dapat memberikan dampak positif pada biota laut sekitar. Tempat yang representatif dan sebuah karya arsitektur yang berkualitas merupakan tujuan utama di bangunnya Pusat Penelitian dan Konservasi Biota Laut di Teluk Totok dengan konsep Floating Architecture. Pendekatan yang digunakan dalam merancang bangunan ini adalah pendekatan terhadap tipologi objek, tematik, dan kajian terhadap tapak. Sedangkan untuk proses perancangan diaplikasikan proses perancangan generasi II yang dikemukakan oleh John Seizel. Fasilitas yang tersedia dalam objek rancangan ini terdiri dari fasilitas penelitian dan konservasi berupa laboratorium, exhibition, dan asrama peneliti. Terdapat juga fasilitas pengelola, dan fasilitas komersial berupa restoran. Analisa terhadap tapak dilakukan berdasarkan beberapa aspek klimatologi, keunikan lahan, dan topografi lahan. Sedangkan analisa terhadap gubahan bentuk arsitektur ditinjau dari beberapa aspek, seperti bentuk dan ruang, struktur dan utilitas, serta konsep ruang luar dan ruang dalam. Secara keseluruhan, Perancangan Pusat Penelitian dan Konservasi Biota Laut ini merupakan sebuah perancangan bangunan terapung skala sedang yang memfokuskan pada perancangan bangunan terapung dengan tidak merusak daerah pesisir pantai dan lingkungan sekitar bangunan. Kata Kunci: Floating Architecture, Penelitian, Konservasi, Totok.
PASAR SENI DI MANADO ‘PENERAPAN PRINSIP MANIERA MENURUT ARATA ISOZAKI’ Buloglabna, Stevi; Tinangon, Alvin J.; Takumansang, Esli D.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 3, No 2 (2014): Volume 3 No.2 November 2014
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seni merupakan suatu bentuk ekspresi seniman yang memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni kreatif, maka seni sebagai kegiatan manusia selalu melahirkan kreasi-kreasi baru, mengikuti nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Kurangnya sarana kesenian atau akses yang sulit dijangkau di Kota Manado, mengakibatkan hasil-hasil karya sulit dikomersilkan lagi. Selain itu, tingginya tingkat pengangguran dan jumlah masyarakat miskin di Kota Manado memacu meningkatnya permasalahan sosial dalam masyarakat. Demi mewujudkan kota Manado menjadi kota yang Semarak dan berbudaya, maka masalah sosial seperti ini sudah seharusnya diatasi. Pasar Seni di kota Manado hadir dan bertujuan untuk mewadahi kegiatan Seni dan mewujudkan suatu fungsi komersil dalam memenuhi kebutuhan para seniman dan masyarakat, sekaligus tempat hiburan serta sebagai sarana pembelajaran yang lebih mengarah pada pengembangan diri. Tema perancangan yang digunakan yaitu Penerapan Prinsip “Maniera” Menurut Arata Isozaki, dengan menggunakan beberapa Metode konsep, yaitu Konsep Organis, Metabolism dan Geometris.Pada hasil perancangan Pasar Seni ini, tiga metode desain yang nampak baik pada interior, ruang luar maupun fasade bangunan, menawarkan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan jual-beli serta kegiatan seni yang turut mengangkat kota Manado sebagai kota yang semarak dan berbudaya. Kata kunci : Pasar Seni, Geometris, Metabolisme, Organis.
RENTAL OFFICE DI KOTA MANADO ‘PENERAPAN KONSEP PAUL RUDOLPH’ Rembet, Gerald N.; Tinangon, Alvin J.; Prijadi, Rachmat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 5, No 2 (2016): Volume 5 No.2 November 2016
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada tahun 2012 Kota Manado di juluki kota Ekowisata, tak salah perkembangan kota di bidang ekonomi semakin berkembang, terbukti dengan terciptanya peluang – peluang pekerjaan dan juga perkembangan kota yang dimulai dari reklamasi pantai untuk menciptakan satu kawasan bisnis yang dimana kawasan itu diberi julukan BOB (boulevard on bisnis). Untuk mendukung terciptanya kawasan itu, maka dengan itu penulis mencoba menghadirkan bangunan rental office yang didalamnya terjadi kegiatan bisnis dan sebagainya, dengan tujuan agar menjadi bangunan yang dimana menjadi pencetus bangunan bisnis perkantoran di kota manado. Konsep desain Paul Rudolph merupakan salah satu konsep yang dihadirkan dengan tujuan bangunan rental office ini dapat menjadi ciri khas dari kawasan perekonomian yang nantinya akan dibangun. Tempat yang representatif dan sebuah karya arsitektur yang berkualitas merupakan tujuan utama di bangunnya Rental office di Kota Manado dengan Penerapan Konsep paul Rudolph. Pendekatan yang digunakan dalam merancang bangunan ini adalah pendekatan terhadap tipologi objek, tematik, dan kajian terhadap tapak. Sedangkan untuk proses perancangan diaplikasikan proses perancangan generasi II yang dikemukakan oleh John Seizel. Fasilitas yang tersedia dalam objek rancangan ini terdiri dari fasilitas perkantoran dan penunjang. Terdapat juga fasilitas pengelola, dan fasilitas komersial berupa restoran. Analisa terhadap tapak dilakukan berdasarkan beberapa aspek klimatologi, keunikan lahan, dan topografi lahan. Sedangkan analisa terhadap gubahan bentuk arsitektur ditinjau dari beberapa aspek, seperti bentuk dan ruang, struktur dan utilitas, serta konsep ruang luar dan ruang dalam. Secara keseluruhan, Rental office ini merupakan sebuah perancangan bangunan dengan skala pembangunan sedang yang memfokuskan pada perancangan bangunan yang tidak merusak daerah pesisir pantai dan lingkungan sekitar bangunan. Kata kunci: Rantal office, Paul Rudolph, Kota Manado..
AKADEMI SEPAKBOLA PAPUA DI JAYAPURA - Dynamic of Space Paebesi, Constanty D. R.; Tinangon, Alvin J.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 1, No 2 (2012): Edisi Khusus TA. Buku II EKSPERIMENTAL. Volume 1 No.2 November 2012
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AKADEMI SEPAKBOLA PAPUA DI JAYAPURA ( DYNAMIC OF SPACE ) Constanty Desilco Rianto Paebesi[1] Alvin J. Tinangon, ST.,MT[2] ABSTRAK Sepak bola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat popular di seluruh dunia, dikalangan masyarakat terutama kaum muda semenjak munculnya siaran oalahraga sepakbola di stasiun televise, baik sepakbola nasional maupun sepakbola internasional membuat sepakbola semakin dikenal luas oleh masyarakat. Wajah persepakbolaan Indonesia saat ini masih jauh tertinggal dibandingkan dengan persepakbolaan luar negeri yang mempunyai teknik dan ketrampilan bermain sangat tinggi. Salah satunya dari segi  sarana dan prasarana yang belum memadai. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuan , tentunya perlu fasilitas dan sarana latihan serta system pengelolaan yang terorganisir dengan baik. Konsep perancangan Akademi Sepakbola Papua di Jayapura menggunakan tema Dynamic of Space, dimana tema ini menggambarkan konsep-konsep interaksi, pergerakan, perubahan, semangat, bertenaga, cepat, adaptif yang dihasilkan dari gubahan bentuk dan ruang arsitektural. Yang mana didasari oleh sifat dalam permainan sepakbola itu sendiri yang dinamis (selalu bergerak).   Kata Kunci : Akademi, Sepak bola, Dinamis [1]Mahasiswa Program StudiS1 TeknikArsitektur UNSRAT [2]Staf Dosen Pengajar TeknikArsitektur UNSRAT
SHOPPING MALL DI TOMOHON “ARSITEKTUR KONTEKSTUAL” Pusung, Febrin J. R. A.; Tinangon, Alvin J.; Sondakh, Julianus A.R.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 6, No 1 (2017): Volume 6 No.1 Mei 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Shopping Mall adalah sebuah pusat perbelanjaan bagi masyarakat umum dimana tersedia fasilitas-fasilitas untuk berbelanja dan fasilitas penunjang lainnya yang dapat memenuhi segala kebutuhan hidup masyarakat. Kota Tomohon adalah salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia dan merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Minahasa yang dikenal sebagai kota wisata, kota religi, dan kota kuliner karena memiliki beragam tempat wisata, jenis bunga yang menarik dan beragam kuliner serta kesenian, juga memiliki bangunan-bangunan yang bersifat religius. Berdasarkan potensi-potensi yang ada di Kota Tomohon , maka dari GMIM sendiri berencana akan merancang suatu kawasan Superblock GMIM yang akan memberikan beberapa pelayanan diantaranya pelayanan dalam bidang perekonomian, pendidikan dan kesehatan. Konsep Arsitektur Kontekstual merupakan salah satu konsep yang digunakan dalam perancangan bangunan Shopping Mall ini Secara keseluruhan, Shopping Mall ini merupakan sebuah perancangan bangunan pusat perbelanjaan yang  memiliki konsep yaitu kontekstual dengan bangunan gedung Gereja Sion sebagai pusat orientasi utama dari kawasan superblok ini serta bisa berinteraksi dan beradaptasi dengan bangunan dilingkungan sekitarnya. Kata kunci            : Shopping Mall, Arsitektur Kontekstual, Superblok GMIM
WALE BABE DI MANADO (PARADOKS: THE BEGINNING OF THE END) Manabung, Theodosius M.; Tinangon, Alvin J.; Rompas, Leidy M.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 3, No 1 (2014): Volume 3 No.1 Mei 2014
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Dalam tradisi Minahasa, Wale (rumah) adalah kosmos terkecil dimana kehidupan berawal dari situ. rumah merupakan ruang hidup, ruang belajar dan pembentuk integritas manusia-manusia Minahasa. Rumah menjadi bagian intergral antara manusia, alam dan sang pencipta. Barang bekas (Babe) adalah salah satu produk alternatif untuk pemenuhan kebutuhan manusia, disamping harganya yang terjangkau kualitasnya masih bisa bersaing. Permasalahanya adalah belum adanya wadah yang mampu memfasilitasi hal tersebut. Disamping pandangan masyarakat terhadap barang bekas yang masih lekat dengan stigma negatif. Keterampilan untuk mengolahnya menjadi produk ekonomi yang berkualitaspun masih minim. Wale Babe hadir sebagai solusi dari permasalahan tersebut. Menjadi jembatan antara gaya hidup masyarakat Manado yang ?bergengsi tinggi? dan pemberian nilai pada barang bekas. Pendekatan Paradoks; The Beginning of the End sabagai upaya penyadartahuan masyarakat untuk Mawale, serta penyadartahuan bahwa manusia dan barang dapat sewaktu-waktu rusak, menjadi bekas dan kehilangan nilai  namun selalu ada alasan untuk kembali memperbaiki semua itu. Proses Perancangan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah Pengembangan Wawasan Komprehensif yang menekankan pada kedalaman kompilasi, analisis dan sintesis tentang Wale Babe, Paradoks dan Tapak Perencanaan,  Sedangkan tahap kedua adalah Transformasi Desain dengan tiga siklus konteks penekanan yaitu Tema, Fungsi dan Lokasi. Masing-masing siklus memiliki metode dan strategi khusus namun tetap berkesinambungan. Penerapan tema Paradoks; The Beginning of the End menjadi harapan terciptanya wadah baru berupa bangunan komersil yang juga berfungsi sebagai ruang sosial yang dinamis dan edukatif. Pembentukan persepsi lewat permainan bentuk, kemisteriusan ruang dalam dan ruang luar menjadi kombinasi yang ideal untuk membahasakannya dalam konsep arsitektural. Begitu pula dengan kontraversi pemilihan lokasi, lahan yang di nilai eksklusif dan mahal dianggap tidak cocok untuk objek yang menawarkan barang bekas, menjadi tantangan konsep arsitektural bekerja, serta menjadi pembuktian bahwa arsitektur dapat menjadi jembatan antara persepsi dan pengkotak-kotakan ekonomi dan status sosial.  Bangunan komersil yang menawarkan barang bekas serta konsep rumah sebagai lokasi bisnis bukan merupakan hal baru, namun konsep ?ruang hidup yang menghidupkan? adalah sebuah ?ke-baru-an? konsep yang ditawarkan, Wale (rumah) menjadi ruang interaksi sosial, ruang edukasi, ruang spiritual, ruang perenungan dan ruang kreatif. Kata kunci: Wale, Barang Bekas, Paradoks, Mawale
BIARA FRATER TAREKAT CMM DI TOMOHON (SAKRALISME DALAM ARSITEKTUR) Wowor, Marcovani R.; Tinangon, Alvin J.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 2, No 2 (2013): Edisi Khusus TA. Volume 2 No.2 Juli 2013
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Biara adalah salah satu sarana tempat berkegiatan para biarawan/ biarawati yang dalam hal ini adalah Biara CMM untuk tempat berkegiatan para Frater CMM. Biara umumnya memiliki fungsi yang majemuk yaitu tempat tinggal, tempat ibadah, tempat studi dan tentu saja dilengkapi dengan fasilitas lainnya seperti sarana  rekreasi dan olahraga, berkebun bahkan tempat pekuburan. Dilihat dari banyaknya fungsi suatu biara, maka sudah seharusnya biara dibuat senyaman dan aman mungkin sebagai suatu tempat tinggal, tenang dan sakral sebagai tempat ibadah dan berdoa, nyaman untuk tempat studi, luas dan alami untuk menunjang fungsi pendukung lainnya seperti rekreasi dan olahraga berkebun maupun pekuburan. Tetapi dari kesemua fungsi yang ada biara sangat identik dengan kesakralan, karena biara bukanlah tempat tinggal biasa melainkan tempat tinggal yang dikhususkan untuk mereka yang menyatakan diri sepenuhnya untuk melayani Tuhan lewat karya-karya mereka didunia. Untuk itulah dalam merancang biara diperlukan unsur Sakralisme didalam setiap bangunan yang ada maupun pada ruang luar, sehingga ketika memasuki biara orang akan dapat langsung merasakan perbedaan antara bangunan biara dan bangunan lainnya.   Kata kunci: Biara, Sakralisme
PEDESTRIAN MALL DI TOMOHON “ARSITEKTUR KONTEKSTUAL” Surbakti, Ayu S. B.; Sondakh, Julianus A. R.; Tinangon, Alvin J.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 6, No 1 (2017): Volume 6 No.1 Mei 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Tomohon merupakan sebuah kota kecil yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Minahasa. Kota ini tumbuh dan berkembang pada jalur sirkulasi utama antara Kota Manado dengan kota-kota lainnya di Kabupaten Minahasa, sehingga situasi ini menjadikan posisi Kota Tomohon sangat strategis dan penting dalam kedudukan perekonomian wilayah yang menyimpan potensi besar untuk dikembangkan. Berdasarkan hal tersebut, maka diangkatlah sebuah judul untuk Tugas Akhir Perancangan Arsitektur, yaitu ?Pedestrian Mall Di Tomohon Dengan Tema Arsitektur Kontekstual?. Pedestrian Mall ini terletak di pusat Kota Tomohon dimana GMIM berencana akan merancang suatu kawasan Superblock GMIM yang akan memberikan beberapa pelayanan diantaranya pelayanan dalam bidang perekonomian, pendidikan dan kesehatan yang akan menjadi aset GMIM yang bersifat gerejawi dan kontekstual dengan lingkungan disekitarnya. Sebagai pusat orientasi utama dari kawasan Superblok GMIM ini yaitu sebuah gedung peribadatan Gereja Sion (Gereja Tua), yang merupakan bangunan bersejarah yang ada di kota Tomohon. Konsep utama dalam perancangan ini yaitu kontekstual dengan bangunan Gereja Sion serta bangunan yang ada dilingkungan sekitarnya. Kata Kunci      : Kota Tomohon, Pedestrian Mall, Superblock GMIM, Arsitektur Kontekstual
ATMOSPHERES - PARAMETER DESAIN PETER ZUMTHOR DALAM ARSITEKTUR Langi, Jean S. P.; Tinangon, Alvin J.
MEDIA MATRASAIN Vol 9, No 2 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Paper ini merupakan buah pikir dalam menanggapi pesatnya perkembangan Arsitektur serta fenomena-fenomena yang muncul di dunia Arsitektur; dengan tujuan untuk dapat membuka wawasan serta membawa pemahaman yang hakiki terhadap Arsitektur serta mengetahui bagaimana seharusnya kita ber-Arsitektur. Penulisan ini membahas tentang 9 atmosfir desain arsitektur dari Peter Zumthor, yakni: The Body of Architecture, Material Compatibility, The Sound of a Space, The Temperature of Space, Surrounding Objects, Tension Between Interior and Exterior, Levels of Intimacy, dan Light on Things. Kesembilan aspek desain ini merupakan parameter yang digunakan Peter Zumthor dalam mendesain ruang dan bangunan arsitektural. Metode yang digunakan dalam mengkaji penulisan ini adalah dengan mengambil 3 objek arsitektural karya Peter Zumthor, kemudian dianalisis keterkaitannya dengan kesembilan atmosfir desain.Hasil dari pembahasan kemudian dijabarkan dalam suatu strategi implementasi tematik dimana kesembilan atmosfir desain tersebut diimplementasikan pada elemen–elemen yang ada pada konsep desain arsitektur.Kata kunci: Peter Zumthor, atmosfir desain, implementasi tematik Paper ini merupakan buah pikir dalam menanggapi pesatnya perkembangan Arsitektur serta fenomena-fenomena yang muncul di dunia Arsitektur; dengan tujuan untuk dapat membuka wawasan serta membawa pemahaman yang hakiki terhadap Arsitektur serta mengetahui bagaimana seharusnya kita ber-Arsitektur. Penulisan ini membahas tentang 9 atmosfir desain arsitektur dari Peter Zumthor, yakni: The Body of Architecture, Material Compatibility, The Sound of a Space, The Temperature of Space, Surrounding Objects, Tension Between Interior and Exterior, Levels of Intimacy, dan Light on Things. Kesembilan aspek desain ini merupakan parameter yang digunakan Peter Zumthor dalam mendesain ruang dan bangunan arsitektural. Metode yang digunakan dalam mengkaji penulisan ini adalah dengan mengambil 3 objek arsitektural karya Peter Zumthor, kemudian dianalisis keterkaitannya dengan kesembilan atmosfir desain. Hasil dari pembahasan kemudian dijabarkan dalam suatu strategi implementasi tematik dimana kesembilan atmosfir desain tersebut diimplementasikan pada elemen–elemen yang ada pada konsep desain arsitektur. Kata kunci: Peter Zumthor, atmosfir desain, implementasi tematik
TERMINAL BUS ANTARMODA DI ISIMU (GORONTALO) (MOBILITAS SEBAGAI PENDEKATAN DESAIN) Saida, Muh. Zulkifli; Tinangon, Alvin J.; Malik, Andy
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 1 (2015): Volume 4 No.1 Mei 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu prasarana yang dibutuhkan Provinsi Gorontalo yakni prasarana transportasi baik itu transportasi udara, darat, dan laut sehingga dapat menghubungkan Provinsi Gorontalo dengan Provinsi-provinsi lainnya yang ada di Indonesia terlebih khusus yang ada di pulau Sulawesi. Hal-hal inilah yang di jadikan tujuan untuk merancang Terminal Bus Antarmoda di Isimu (Gorontalo) yang dihadirkan dengan tema mobilitas sebagai pendekatan desain yang berlokasi di kabupaten Gorontalo, kecamatan Tibawa. Metode perancangan secara umum dengan melakukan kajian tipologi tentang Terminal Bus Antarmoda, metode kajian tematik tentang Mobilitas sebagai pendekatan desain, metode analisis tapak dan lingkungan, membuat konsep-konsep desain, dan mentransformasikan konsep tersebut menjadi keutuhan desain melalui proses desain generasi dua. Terminal Bus Antarmoda di Isimu (Gorontalo) adalah sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang berada di desa Isimu, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Tema dalam hal ini sebagai acuan dasar dalam perancangan arsitektural, serta sebagai nilai keunikan yang mewarnai keseluruhan hasil rancangan. Tema juga dapat diartikan sebagai koridor dalam pemecahan masalah perancangan, sehingga harus dipertimbangkan faktor asosiasi logis antara tema dan juga objek perancangan. Tema yang digunakan dalam perancangan Terminal Bus Antarmoda di Isimu (Gorontalo) adalah Mobilitas Sebagai Pendekatan Desain. Desain arsitektural Terminal Bus Antarmoda di Isimu (Gorontalo) yang berawal dari imajinasi dan didesain melalui proses analisa-analisa yang dapat mendukung objek ini dihadirkan sehingga menghasilkan suatu wadah yang bisa berfungsi untuk membantu dan mempermudah masyarakat Gorontalo melakukan perjalanan keluar daerah, dan memperlancar hubungkan darat antar wilayah Provinsi yang ada di Pulau Sulawesi. Kata kunci : Terminal Bus Antarmoda di Isimu, dan Mobilitas