cover
Contact Name
Saldy Yusuf
Contact Email
saldy_yusuf@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
saldy_yusuf@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Jurnal Luka Indonesia
Published by ETN Centre Indonesia
ISSN : 24422665     EISSN : 26143046     DOI : -
Core Subject : Health,
JURNAL LUKA INDONESIA Jurnal Luka Indonesia merupakan Jurnal ilmiah nasional pertama di Indonesia yang spesifik mendesiminasikan hasil penelitian di bidang manajemen luka yang diterbitkan tiga edisi dalam satu tahun (Februari, Juni dan Oktober). Oleh karena itu, Jurnal Luka Indonesia akan menjadi media publikasi yang paling relevan dalam pengembangan bidang keperawatan luka di Indonesia.
Arjuna Subject : -
Articles 124 Documents
PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP SENSITIVITAS NEUROPATI PERIFER PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI PUSKESMAS MANGASA KOTA MAKASSAR Haris, Mutmainnah; ., Indirawati; Askar, Muhammad
Jurnal Luka Indonesia Vol 4 No 3 (2018)
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v4i3.133

Abstract

Abstrak : Senam kaki diabetik adalah kegiatan yang dilakukan untuk melancarkan peredaran darah, memperkuat otot-otot kecil dan mencegah terjadinya luka pada kaki. Neuropati perifer merupakan salah satu komplikasi mikrovaskuler dari DM (Diabetes Melitus) yang terjadi pada bagian perifer dan menimbulkan kerusakan fungsi saraf. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh senam kaki diabetik terhadap sensitivitas neuropati perifer pada penderita diabetes mellitus tipe II di Puskesmas Mangasa Kota Makassar. Metode penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian one group pre and post test design tanpa kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dengan 21 subjek penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Lembar observasi dan Monofilament 10 g. senam kaki diabetik ini dilakukan setiap hari selama 4 minggu. Cara pengolahan data dengan Nonparametric tests (uji wilxocon signed ranks test). Hasil uji statistik didapatkan (p=0,000< 0,05). Dari hasil penelitian selama 4 minggu didapatkan bahwa senam kaki diabetik secara signifikan mempengaruhi sensitivitas neuropati perifer pada penderita diabetes mellitus tipe II di Puskesmas Mangasa Kota Makassar
IDENTIFIKASI RISIK O DIABETIC FOOT ULCER (DFU) P ADA P ASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS Kusumaningrum, Niken Safitri Dyan; Asriningati, Rizky
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 1 Februari 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.7

Abstract

Background-Diabetic foot ulcer (DFU) is one of the complications often experienced by patients. It is frequently result in gangrene and lower limb amputation. Identification of risk factors are needed in order to determine appropriate treatment. Aims-The study aims was to identify diabetic foot-ulcer (DFU) risk of patient with diabetes mellitus. Methods-This was a cross-sectional-descriptive study in one public health in Semarang. Neurosensory examination, vascularization, risk factors DFU, and the active foot disease were recorded. The instrumen used was modified from New Zealand Society for Study of Diabetes (NSSD), Diabetes Foot Screening and Risk Stratification T ool. IpTT (Ipswich T ouch T est) was performed to assess peripheral neurosensory . Assessment of vascularization was completed by palpation of pedal pulses. Then, DFU risk factors were evaluated from previous amputation, ulceration, foot deformity , and present of calluses directly interviewed. Results-A total of 112 respondents had been participated in this study . Most of the respondents, 85.7%, were classified at high risk of DFU. There were 7.1% classified at moderate risk and 4.5% were low risk. Also 2.7% categorized at active foot. Conclusions-It is concluded that the majority of respondents at high risk for DFU. Therefore, foot assessment is needed in order to screen and detect ulceration risk. Keywords: di abet i c foot ul cer ( DFU) , foot assessment , r i sk factor , neurosensory and vascularization examination
ANALISA BEBAN BIAYA DAN WAKTU PERAWATAN LUKA KAKI DIABETIK (LKD) GANGREN UNIT PELA Y ANAN HOME CARE: RETROSPECTIVE COHORT STUDY Sukmawati, Sukmawati; Laitung, Baharia; Irwan, Muhammad; Rassa, Syaiful; Yusuf, Saldy
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 1 Februari 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.8

Abstract

Background: Diabetic foot ulcer (DFU) gangrene is commonly chronic wound in home care setting, it takes high cost and long term care. Aim: The aims of this study was to evaluate burden time and cost of DFU gangrene. Method: This was a retrospective cohort study conducted from 2011-2014. Burden cost including material, nursing, and dressing cost. While burden time including duration, frequency , and interval of care. All participants categorized into DFU non gangrene and gangrene. Data analyzed using Chi Square or Fisher exact test using SPSS 16.0 (SPSS, Inc. Chicago, IL). Results: Forty eight participants included in this study (43 DFU non gangrene and 5 DFU gangrene) with mean age were (58.8 SD ± 9.7 vs 60 SD ± 11.3 years) respectively . Nursing cost (Rp. 123.412 vs Rp. 218.653) and dressing cost (Rp. 243.844 vs Rp. 711.558) were lower for DFU non gangrene. Wound care shorter for non gangrene (27.3 vs 91.8 days), dressing change less frequently (7.5 vs 21.6 times) and interval dressing change was equal (3.5 vs 3.2 days) respectively . Conclusion: There are different burden cost and burden time between DFU non gangrene and DFU gangrene clinically. Keywords: diabetic foot ulcers, gangrene, burden cost, burden time, home care.
PERBANDINGAN GEL EKSTRAK JAHE MERAH (ZINGIBER OFICINALE LINN. VAR. RUBURUM) DAN GEL EKSTRAK KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA VAL) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA AKUT Mahendra, Rahmad Effan Fahri; Raihan, Raihan; Juliana, Diena
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 1 Februari 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.9

Abstract

Latar belakang: Perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi, pemanfaatan bahan alam berkembang sebagai bahan baku farmasi. Pemanfaatan bahan alam seperti rimpang jahe merah dan kunyit diolah menjadi berbagai macam olahan. Bahan tersebut diolah menjadi dressing untuk menyembuhkan luka. Jahe merah dan kunyit mempunyai efek farmakologis dan mengandung komponen kimia bermanfaat. Komponen kimia jahe merah yaitu senyawa homolog dikenal dengan 10-shogaol sebagai antioksidan, gingerol, oleoresin dan minyak atsiri. Kandungan kimia kunyit, kurkumin, desmetoksikurkumin, bisdes-metoksikurkumin dan anti-inflamasi alami. Pengolahan dibuat menjadi sediaan berbasis gel. Tujuan: Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengecilan luka menggunakan jahe merah dan kunyit yang diformulasikan dalam sediaan berbasis gel dengan konsentrasi 4 % dan diaplikasikan sebagai terapi penyembuhan luka akut. Metode: Pembuatan ekstrak dilakukan di Akademi Farmasi Yarsi, perlukaan sampel di dinas Kesehatan Hewan, perawatan luka dilakukan di Lembaga Pelayanan Keperawatan Pontianak Nursing Center. Waktu penelitian pada tanggal 23 Juli ? 06 Agustus 2015. Penelitian quasi eksperiment dengan metode pre and post test without control. Hasil: Jumlah hewan uji yang digunakan sebanyak 9 ekor tikus, 4 ekor menggunakan gel jahe merah dan 5 ekor menggunakan gel kunyit. Tikus dibuat 1 luka sayatan dibagian paha kiri dengan panjang 0,4 mm2. Mean antara pemberian gel ekstrak jahe merah sebesar 0,125 mm2 standar deviasi sebesar 0,0957 dan gel ekstrak kunyit sebesar 0,240 mm2 standar deviasi sebesar 0,0548. Hasil uji t-test, diinterpretasikan nilai p sebesar 0,056 > ? 0,01. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan proses pengecilan luka pada mencit menggunakan gel jahe merah dan gel kunyit.
PERAN PERAWAT ETN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DENGAN MASALAH STOMA, LUKA DAN KONTINEN Maryani, Ani
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.10

Abstract

Seorang enterostomal therapist nurse (ETN) adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan khusus dan mendapatkan sertifikat, mempunyai keahlian dan wewenang untuk memberikan pelayanan keperawatan dalam bidang luka dan bedah ostomi serta kontinen. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan lebih pedulinya masyarakat tentang kondisi kesehatannya, akan meningkatkan tuntutan terhadap seorang ETN untuk selalu memberikan yang terbaik dan memuaskan. Pelayanan keperawatan dari seorang ETN yang berfokus pada pasien, dan keselamatan pasien serta berbasis temuan / evidence yang didasari dengan kompetensi yang memadai saat ini menjadi isu penting, termasuk dalam menyiapkan tantangan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), melalui peran sebagai provider, conselor, educator maupun researcher. Pelayanan yang diberikan oleh seorang ETN yang sesuai dengan kompetensinya dalam menjalankan peran-peran tersebut diharapkan mampu mengatasi masalah pasien dengan luka, kontinen dan stoma sehingga pasien mampu beradaptasi dengan kondisi stomanya, melakukan aktifitas dan tetap produktif sehingga kualitas hidup pasien meningkat. Kata Kunci : Enterostomal therapist nurse (ETN), Peran Perawat, Stoma, Luka, kontinen, MEA
PERAWAT ENTEROSTOMAL INDONESIA “PERJALANAN MENUJU PERUBAHAN” Hardian, Hardian
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.11

Abstract

Indonesia saat ini memasuki tonggak baru dalam dunia keperawatan. Perjuangan dalam menggolkan Undang-Undang Keperawatan no 38 tahun 2014 membuktikan bahwa profesi perawat di Indonesia di akui eksistensinya walaupun perjalanan menuju keperawatan yang lebih baik dan profesional masih membutuhkan perjuangan. Semangat menuju profesionalisme bagi perawat luka, ostomi dan kontinen sejatinya di mulai sejak tahun 1990-an Ibu Sumiatun dari RS Dr Soetomo Surabaya mendapat kesempatan untuk menjadi Enterostomal Therapy Nurse di Singapura dan ini menjadi tonggak awal perawat luka, ostomi dan kontinen memberikan kiprahnya kepada perkembangan perawat di Indonesia. Perkembangan keperawatan enterostomal terapi saat ini sudah makin berkembang. Pendidikan perawat enterostomal sudah di adakan di Indonesia dengan para praktisi yang sudah mumpuni dalam keahliannya sehingga kedepan kebutuhan akan perawat ahli sudah bisa dipenuhi. Praktik mandiri perawat enterostomal sudah banyak berkembang. Dalam menghadapi era globalisasi, saat ini hampir semua event internasional, perawat Indonesia sudah mampu berbicara dalam forum tersebut. Tahun 2017 Indonesia menjadi tuan rumah Asia Pasifik Enterostomal Therapy Nurse Association mari kita sukseskan acara tersebut sebagai bukti kemajuan perawat di Indonesia. Perjalanan perawat enterostomal ke depan adalah mengembangkan kompetensi kompetensi kekhususan dalam bidang luka, ostomi dan kontinen, sehingga standar asuhan keperawatan enterostomal terapi makin profesional. Perawat enterostomal juga diharapkan mampu berkolaborasi dengan sistem jaminan kesehatan sehingga layanan keperawatan enterostomal mendapat pengakuan yang layak sesuai kompetensinya.
BASIS BUKTI PENYEMBUHAN LUKA: IMPLEMENTASI DALAM PRAKTIK KLINIK Suriadi, Suriadi
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.12

Abstract

Tim luka di Pontianak telah memfokuskan pada pengembangan pada pelayanan manajemen luka dan penelitian. Fokus pada kegiatan tersebut adalah pada manajemen luka diabetik. Salah satu yang paling umum adalah ulkus kaki dan infeksi, yang sering mengakibatkan amputasi tungkai bawah, dan yang memiliki prevalensi 4-10% di antara orang dengan diabetes. Tim kami melakukan penelitian menggunakan beberapa teknologi baru dalam manajemen luka seperti vibrator, veno plus dan lainnya. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi getaran mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik dalam hal tingkat penyembuhan, skor penyembuhan, luka area penutupan, dan ditinggikan tingkat NO (nitric oxide). Terapi vibration, sebagai tambahan untuk perawatan luka standar, secara signifikan meningkatkan penyembuhan luka kaki diabetis. Penutupan area luka yang diukur dengan persentase penurunan relatif di daerah luka menunjukkan kelompok intervensi lebih cepat persentase penutupan 3.79% /hari (95% confidence interval antara 1.79% /hari sampai dengan 12.50% /hari) dibandingkan dengan kelompok kontrol 3.03% / hari (95% confidence interval antara -0.01% /hari sampai 7.69% /hari) perbedaan yang signifikan ditandai dengan p = 0.032. hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi getaran luka dapat meningkatkan penyembuhan luka pasien diabetes, dapat diamati melalui penurunan waktu rawat inap yang secara signifikan berbeda dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tim kami telah menciptakan sebuah alat penilaian baru untuk mengevaluasi kemajuan penyembuhan luka. Alat penilaian dikenal sebagai MUNGS. Alat MUNGS (maserasi, merusak / tunneling, nekrotik, granulasi dan tanda-tanda atau gejala) dikembangkan berdasarkan pengamatan klinis penulis 'dari penderita luka diabetes di Indonesia. Alat ini telah dilakukan uji reabilitas dan hasilnya menunjukkan bahwa reliabilitas antar penilai dari alat MUNGS lebih tinggi dibandingkan dengan (instrumen foto luka atau PAWT(photograph assessment wound tool) antara kedua kelompok penilai (perawat perawatan luka dan mahasiswa) dengan koefisien Cohen kappa adalah 0.80. Dalam studi validitas, MUNGS, total 75 pasien dimasukkan dalam analisis. Sebuah cut off point pada skor 4 alat MUNGS memiliki sensitivitas 84.91, spesifisitas 81.82, nilai prediksi positif 91.8, dan nilai prediksi negatif 69.2. Area di bawah kurva adalah 0.886 (95% CI, 0.792-0.948), dan rasio kemungkinan adalah 4.6. MUNGS adalah suatu alat pengakajian luka yang reliable dan valid dapat digunakan di tatanan klinik untuk pengkajian luka pada pada pasien diabetes.
INKONTINENSIA DI INDONESIA: MENGGALI FENOMENA GUNUNG ES Suyasa, I Gede Putu Darma
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.13

Abstract

Berbagai penelitian telah dilakukan di berbagai belahan dunia untuk mengidentifikasi angka kejadian inkontinensia. The International Continence Society (ICS) melaporkan angka kejadian inkontinensia urin sebesar 5% - 69% dan 1.5% - 50% untuk inkontinensia fekal. Besarnya rentang angka kejadian yang dilaporkan tergantung dari definisi operasional dan partisipan dari masing-masing penelitian (Milsom et al., 2013). Di Indonesia khsususnya pada populasi lansia, angka kejadian inkontinensia urin adalah 4.3%, dan 2.7% - 22.4% untuk inkontinensia fekal (Suyasa et al., 2015). Terdapat argumentasi bahwa angka kejadian sebenarnya dari inkontinensia tersebut sulit diperkirakan, dan angka-angka yang dilaporkan merupakan ujung dari fenomena gunung es. Ada beberapa asumsi yang mendasari argumen tersebut. Pertama, inkontinensia merupakan masalah yang tabu dan sensitif untuk didiskusikan oleh masyarakat, sehingga masyarakat yang mengalami memilih diam dan tidak menceritakan masalah tesebut kepada siapa pun termasuk kepada petugas kesehatan (Norton, 2004). Kedua, rendahnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengenal masalah inkontinensia sehingga berakibat pada lambatnya penanganan (Taylor et al., 2013). Ketiga, pengetahuan tenaga kesehatan tentang inkontinensia masih terbatas sehingga kemampuan untuk mengenali masalah klien juga terbatas (Köhler, 2013). Keempat, praktik atau pelayanan kesehatan yang berfokus pada inkontinensia masih terbatas, khususnya di daerah pedesaan. Berdasarkan masalah tersebut di atas, solusi yang ditawarkan adalah: 1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan tenaga kesehatan tentang identifikasi masalah inkontinensia dan cara perawatan yang benar (Suyasa, 2013); 2) Tenaga kesehatan lebih aktif melakukan deteksi (screening) khususnya pada populasi dengan faktor risiko tinggi seperti pada lansia dan wanita post partum (Suyasa, 2015); dan 3) Peningkatan praktik/pelayanan inkontinensia kepada masyarakat sehingga dapat mencari pertolongan segera untuk menangani masalahnya.
PERAWATAN LUKA, STOMA, DAN KONTINEN MASA LALU DAN MASA YANG AKAN DATANG Mulyadi, Edy
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.14

Abstract

Pendahuluan: Perkembangan perawatan luka, stoma, dan kontinen di Indonesia telah dimulai dari tahun 1993, dan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama pada tahun 2010, kebutuhan perawat luka, stoma, dan kontinen semakin tinggi karena penderita luka, stoma, dan kontinen di Indonesia juga makin bertambah. Di masa yang akan datang perhimpunan membutuhkan kepemimpinan yang mampu membawa anggotanya lebih profesional dan sejahtera. Tujuan: Memberikan gambaran tentang sejarah perkembangan perawat luka, stoma, dan kontinen pada masa yang lalu dan perkembangannya saat ini di Indonesia. Metode: Desain yang digunakan adalah deskriptif, untuk menceritakan pengalaman tentang perkembangan perawat luka, stoma, dan kontinen Hasil: Pelayanan perawatan luka, stoma, dan kontinen telah berada hampir diseluruh daerah di Indonesia seperti di rumah sakit, dan praktek mandiri, untuk memberikan pelayanan profesional melalui promosi kesehatan, pelayanan klinik, dan penelitian yang berguna sebagai evidance based dan guide. Praktek mandiri saat ini sebanyak 300 buah, ditunjang oleh perawat ETN 214 orang, perawat luka 6.560, perawat stoma 71 orang, perawat kontinen 48 orang. Kesimpulan: Himpunan perawat luka, stoma, dan kontinen menjadi penting untuk bersinergi dalam membangun profesi dan mencapai tujuan memberikan pelayanan profesional untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Kata kunci:, perawat luka, stoma, dan kontinen
MEMULAI RISET BAHAN ALAM TERKAIT PERAWATAN LUKA Haryanto, Haryanto
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.16

Abstract

Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam flora dan fauna yang terbentang luas baik darat maupun laut. Keanekaragaman ini belum semua teridentifikasi yang berkaitan dengan penyembuhan luka. Kita telah mengenal terlebih dahulu madu, lidah buaya, nenas, dan terakhir teripang. Perkembangan perawatan luka yang semakin maju dengan berbagai perkembangan teknologi dan ?modern dressing?, namun perlu dipikirkan alternatif yang dapat dikembangkan untuk perawatan luka terutama negara-negara berkembang seperti Indonesia. Masih sedikitnya hasil-hasil penelitian yang mengembangkan bahan alam untuk perawatan luka, memberikan peluang yang besar bagi kita untuk meneliti lebih jauh. Penelitian-penelitian baik invivo maupun invitro sangatlah diperlukan untuk mengetahui efek dan signifikansi dari kandungan alam, sehingga penelitian-penelitian bersifat klinik dapat dilakukan dengan memperhatikan ?adverse event?, hasilnya dapat menjadikan produk baru untuk perawatan luka.

Page 9 of 13 | Total Record : 124