Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

UJI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN DAUN SALAM (Syzygium Polyanthum) DAN MADU SERTA NACL 0,9% TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA AKUT PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus Strain Wistar) Suriadi, Suriadi; Imran, Imran; Hadi, Ardyan Wanto
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Vol 5 No 3 (2014): Jurnal Keperawatan dan Kesehatan (JK2)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Bay leaf (Syzygium polyanthum) contains flavonoids, saponins, tannins, carbohydrates, vitamin A, vitamin C, calcium and iron, while honey contains various classes of nutrients such as protein, carbohydrates, vitamin B1, vitamin C, phosphorus and iron has a healing effect on wounds. The content contained within the bay leaves and honey is able to give the effect of re- epithelialization of skin tissue damaged as a result of acute injury. Objectives: This study aims to determine the effectiveness of the test bay leaves and honey and nacl 0.9 % as a control for acute wound healing in male white rats (Rattus norvegicus Wistar strain). Methods: The research method uses a form of quasi-experimental studies (Quasy-Experiment Design) and posttest study design used is the Only Design. Manufacture of bay leaf extraction by maceration method and used as many as 15 test animals were divided into 3 treatment groups, namely treatment bay leaf, honey treatment group and the group treated with nacl 0.9 %. Acute wounds in the back right and left with a diameter of 1 cm were treated and observed the healing effects for 6 days. Results: The results showed that from day 1 to day 6 observation of acute wounds suffered diminution in diameter but no significant difference of the three treatments. Conclusion: It was concluded that the bay leaves and honey and 0.9 % NaCl effect on wound healing, but the use of bay leaves is no more effective than honey and 0.9 % NaCl.
Korelasi Antara Perilaku Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Untversitas Tanjungpura Pontianak Karyati1, Apriyani; Suriadi, Suriadi; Febriyanti, Tri Rina
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Vol 5 No 2 (2014): Jurnal Keperawatan dan Kesehatan (JK2)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya mengalami keputihan dua kali atau lebih. Perawatan genetalia eksterna yang kurang tepat dapat menjadi pemicu terjadinya keputihan terutama keputihan yang bersifat patologis. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada mahasiswi keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2014. Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 151 mahasiswi. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan rancangan stratifikasi proporsional. Hasil : Kejadian keputihan pada mahasiswi program studi keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2014, sangat tinggi,yaitu sebanyak 95,4% mahasisiwi keperawatan mengalami keputihan fisiologis dan sisanya sebanyak 4,6% mengalami keputihan patologis. Periiaku vulva hygiene tepat dengan persentase sebesar 98% dan perilaku vulva hygiene dengan kurang tepat dengan persentase 2%. Analisa data menggunakan uji Spearman diperoleh nilai signifikan p=0,012 (P<0,05). Nilai korelasi r= 0,204 (korelasi lemah) dan arah korelasi positif (+). Kesimpulan : Peneliti menyimpulkan bahwa kejadian keputihan dipengaruhi oleh perilaku vulva hygiene.  
Efektifitas Pemberian Madu Pinang Muda, Dan Jintan Hitam Dalam Proses Penyembuhan Luka Kronik Dengan Pseudomonas Aeruginosa Pada Tikus Putih Suriadi, Suriadi; Hastuti, Lidia; Handayani1, Leni Wahyu
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Vol 6 No 1 (2015): Jurnal Keperawatan dan Kesehatan (JK2)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Luka merupakan rusaknya  kesatuan atau komponen jaringan. Banyak faktor yang dapat menghambat penyembuhan luka, salah satunya bakteri pseudomonas aeruginosa. Banyak peneliti melakukan penelitian tentang pemanfaatan tanaman-tanaman herbal dan hasil alam lainnya. Penelitian herbal di teliti untuk di gunakan dalam proses penyembuhan luka diantaranya, madu, jintan hitam dan pinang muda. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi efektivitas pemberian madu pinang dan jintan hitam dalam proses penyembuhan luka. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Experimental. Menggunakan Posttest Only Design. Pengambilan sampel menggunakan random sampling. Sampel penelitian ini adalah tikus putih berjumlah 8 ekor berumur 8 minggu dengan berat 150-200 gram. Tikus diberi perlukaan pada punggung kiri dengan luas luka mencapai 1,1 cm dan diberikan Pseudomonas Aeruginosa. Hasil: Hasil analisis penyembuhan luka menunjukkan nilai t hitung 0,215 lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai t.tabel 1,725. Kesimpulan: Peneliti menyimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan penggunaan kombinasi madu dan ekstrak pinang muda dan ekstrak jintan hitam dalam proses penyembuhan luka kronis terkontaminasi bakteri Pseudomonas Aeruginosa pada tikus putih.
Hubungan Peran Orang Tua dengan Kemandirian Anak Retardasi Mental Di SLBN Dharma Asih Pontianak Suriadi, Suriadi; Wardani, Nuniek Setyo; Fauzi, Muhammad
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Vol 6 No 2 (2015): Jurnal Keperawatan dan Kesehatan (JK2)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Mental health can be seen from the behavior of a person, because a person's behavior can beinterpreted differently by others, which depend on the values and beliefs. Many children who experiencemental health problems such as learning disorders, mental retardation (mild, moderate, severe and very severe), impaired motor skills and other disturbances, so that parents have a very important role in shaping the child's independence. Objective: To determine the role of parental relationship with a mentally retarded child interaction capabilities. Methods: This study used observational analytic design with cross sectional approach. Sampling technique is a non-probability sampling is the total sampling approach in accordance with the predetermined inclusion criteria and distributed to 82 respondents. To examine the relationship between independent and dependent variables using chi-analysis square Results: The results of the analysis showed no significant relationship between the roles of parents with mentally retarded child's independence with p value =0.000. Conclusion: There is a relationship between the roles of parents with mentally retarded children independence. So the role of independence in the elderly with special needs children is very important to improve children's skills and independence in children.
Aspek Spiritual Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak Suriadi, Suriadi; Rahayani, Ismi
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Vol 7 No 2 (2016): Jurnal Keperawatan dan Kesehatan (JK2)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Aspek spiritual walaupun tidak terlihat tetapi akan sangat berpengaruh dalam mempercepat penyembuhan karena akan meningkatkan imun dari pasien serta meningkatkan motivasi pasien untuk mempertahankan kehidupanya dan meningkatkan kualitas hidup dari pasien sendiri. Spiritual akan memberikan kekuatan hidup pada pasien yang dapat mempercepat penyembuhannya. Laparatomi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengeksplorasi organ abdomen yang dapat menimbulkan penurunan imunitas dari pasien.   Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui aspek spiritual pasien pada kondisi pasca operasi laparatomi di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak.   Metodologi: Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Bertempat di RSUD Dr. Soedarso dengan jumlah 4 informan. Analisa yang digunkanan dengan metode Colaizi   Hasil: Peneliti mengalisa hasil indepth interview kegiatan ibadah yaitu tidak melakukan shalat hanya zikir saja, dukungan dalam melakukan ibadah diberikan oleh keluarga terdekat yaitu istri ataupun suami, hambatan dalam melakukan ibadah karena sulit dalam melakukan aktifitas disebabkan nyeri, dan ibadah dapat mempercepat penyembuhan menyebabkan nyeri berkurang dan perasaan nyaman.   Kesimpulan: ada 4 tema besar dari Aspek spiritual pasien pada kondisi paska operasi laparotimi di Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso yaitu kegiatan ibadah yang dilakukan oleh informan adalah zikir, dukungan dalam melakukan ibadah adalah orang yang terdekat seperti suami dan istri, hambatan dalam melakukan ibadah adalah kesulitan dalam melakukan aktifitas karena nyeri pada daerah operasi dan bila melakukan ibadah membuat perasaan nyaman dan nyerinya berkurang.
Studi Validitas Alat Pengkajian Perkembangan Luka Pada Klien Dengan Luka Diabetik: alat MUNGS jais, suriadi
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Vol 9 No 1 (2018): JK2
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi Validitas Alat Pengkajian Perkembangan  Luka Pada Klien Dengan Luka Diabetik: alat MUNGS   Suriadi   Sekolah  Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak        Abstract BACKGROUND. Assessment tools for chronic wounds, such as pressure sores, are available, but a wound assessment tool specifically for diabetic wounds has not been developed. OBJECTIVE. The purpose of this study was to determine the critical cutoff point for classifying wound healing. METHODOLOGY. A retrospective cohort study design with a convenience sample of 75 diabetic foot ulcer patients enrolled from a Kitamura Wound Clinic from February 2015 - January 2016. The inconsistency of wound healing assessment data was not included in this study. The MUNGS score and skin assessment were rated. The diabetic ulcer patients were observed every ten days until healing or discharge. A mean score of MUNGS assessment each patients were calculated. RESULTS. Seventy-five diabetic ulcer patients were collected. The MUNGS tool has an area under the ROC curve (AUC) 0.886, and the 95% confidence interval was 0.792 to 0.948. At a cutoff score of 5, showed that  likelihood ratio was strong (14.11). CONCLUSIONS. The value of the MUNGS tool in this study showed excellent accuracy in the mean score assessment. An accurate wound assessment is essential to the appropriate and realistic planning of goals and Interventions for patients with wounds.                                                      Abstrak Alat penilaian untuk luka kronis, seperti luka tekan sudah  tersedia, akan tetapi alat penilaian untuk luka khusus yaitu  luka pada klien diabetes belum  tersedia yang dipakai dalam tatanan klinik. OBJEKTIF. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan titik cutoff point  untuk mengklasifikasikan penyembuhan luka. METODOLOGI. Desain penelitian ini studi kohort retrospektif dengan sampel sederhana  75 klien luka  kaki diabetik yang terdaftar dari Klinik Luka Kitamura dari Februari 2015 - Januari 2016. Inkonsistensi data penilaian penyembuhan luka tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Skor MUNGS dan penilaian kulit dinilai. Klien dengan  luka diabetes diamati setiap sepuluh hari sampai penyembuhan atau keluar. Skor rata-rata penilaian MUNGS setiap pasien dihitung. HASIL. Tujuh puluh lima klien luka diabetes terkumpulkan. Alat MUNGS memiliki area di bawah kurva ROC (AUC) 0,886, dan interval kepercayaan 95% adalah 0,792 hingga 0,948. Pada skor cutoff 5, menunjukkan tingkat likelihood rasio yang sangat kuat (14.11). KESIMPULAN. Nilai alat pengkajian  MUNGS dalam penelitian ini menunjukkan akurasi yang sangat baik dalam penilaian skor rata-rata. Penilaian luka yang akurat sangat penting untuk perencanaan tujuan dan Intervensi yang tepat dan realistis untuk pasien dengan luka kronik.       KEY WORDS: Prediktif validitas, Likelihood ratio, MUNGS, luka diabetik    
PENGARUH TERAPI ELECTRICAL MUSCLE STIMULATION (VEINOPLUS ARTERIAL) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN UKD DI KLINIK KITAMURA PONTIANAK amrullah, syahid; Jais, Suriadi; Sofiani, Yani
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Vol 9 No 1 (2018): JK2
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

  Abstract: Diabetic Foot ulcer (UKD) is a chronic complication of Diabetes Mellitus with incidence rate of 15%, to increase the wound healing process one of the methods that can be done is to use Electrical Muscle Stimulation (EMS) therapy which is a procedure by producing short electric waves aimed to imitate the movement normal body and stimulates wound healing. The aim of this study was to identify the effect of EMS on calf muscle on wound healing in UKD patients. This research uses pure experimental design (true-experiment) with randomized controlled trials (RCT). The total sample involved 60 respondents divided into two groups respectively 30 respondents. Analysis of data by using Wilxocon Test analysis on mean comparison of Ankle Bracial Index (ABI) and Dependent T-test analysis on mean comparison of MUNGS score. Multivariate data analysis used was MANOVA with GLM-RM method on repeated measurement of dependent variable. EMS therapy on calf muscle using Veinoplus Arterial tool obtained P value 0.00 <0.05, which means there is significant difference between before and after treatment (control and intervention) to ABI value and MUNGS score. Multivariate test results were obtained by p value 0.00 <0.05, which means that there are significant differences between multiple measurements of ABI and MUNGS scores, but the plot graph shows no optimal time in EMS therapy. The researchers advise that EMS therapy can be applied as one of the management of UKD patients. Further research needs to tighten the inclusion criteria of respondents with ABI <0.9, and add time> 7 days to be able to assess the optimum time of EMS therapy. Keywords: Diabetic foot ulcers, electrical muscle stimulation, ankle brachial index, wound healing   Abstrak: insiden 15%, untuk mempercepat proses penyembuhan luka salah satu metode yang dapat dilakukan adalah menggunkan terapi Electrical Muscle Stimulation (EMS) yang merupakan prosedur dengan menghasilkan gelombang elektrik yang pendek bertujuan meniru pergerakan tubuh yang normal dan menstimulasi penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi efek dari EMS pada otot betis terhadap penyembuhan luka pada pasien UKD. Penelitian ini menggunakan desain Eksperimen murni (true-experiment) dengan randomised controlled trials (RCT). Total sampel yang terlibat 60 responden dibagi dalam dua kelompok masing-masing 30 responden. Analsis data dengan menggunakan analisis Wilxocon Test pada perbandingan rerata nilai Ankle Bracial Index (ABI) dan analisi T-tes Dependent pada perbandingan rerata Skor MUNGS. Analisis data multivariat yang digunakan adalah MANOVA dengan metode GLM-RM pada pengukuran berulang variabel dependen. Terapi EMS pada otot betis dengan menggunakan alat Veinoplus Arterial diperoleh hasil P value 0.00 < 0.05, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan (kontrol dan intervensi) terhadap nilai ABI dan Skor MUNGS. Hasil uji multivariat di dapatkan p value 0.00 < 0.05, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara beberapa kali pengukuran terhadap nilai ABI dan Skor MUNGS, namun pada grafik plot menunjukkan belum ditemukan waktu yang optimal dalam pemberian terapi EMS. Peneliti memberikan saran agar terapi EMS dapat diterapkan sebagai salah satu penatalaksanaan pasien UKD. Penelitian lebih lanjut perlu memperketat kriteria inklusi responden dengan ABI < 0.9, serta menambahkan waktu > 7 hari untuk dapat menilai waktu optimum terapi EMS. Kata kunci: Ulkus kaki diabetik, electrical muscle stimulation, ankle brachial index, penyembuhan luka.
BASIS BUKTI PENYEMBUHAN LUKA: IMPLEMENTASI DALAM PRAKTIK KLINIK Suriadi, Suriadi
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.12

Abstract

Tim luka di Pontianak telah memfokuskan pada pengembangan pada pelayanan manajemen luka dan penelitian. Fokus pada kegiatan tersebut adalah pada manajemen luka diabetik. Salah satu yang paling umum adalah ulkus kaki dan infeksi, yang sering mengakibatkan amputasi tungkai bawah, dan yang memiliki prevalensi 4-10% di antara orang dengan diabetes. Tim kami melakukan penelitian menggunakan beberapa teknologi baru dalam manajemen luka seperti vibrator, veno plus dan lainnya. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi getaran mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik dalam hal tingkat penyembuhan, skor penyembuhan, luka area penutupan, dan ditinggikan tingkat NO (nitric oxide). Terapi vibration, sebagai tambahan untuk perawatan luka standar, secara signifikan meningkatkan penyembuhan luka kaki diabetis. Penutupan area luka yang diukur dengan persentase penurunan relatif di daerah luka menunjukkan kelompok intervensi lebih cepat persentase penutupan 3.79% /hari (95% confidence interval antara 1.79% /hari sampai dengan 12.50% /hari) dibandingkan dengan kelompok kontrol 3.03% / hari (95% confidence interval antara -0.01% /hari sampai 7.69% /hari) perbedaan yang signifikan ditandai dengan p = 0.032. hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi getaran luka dapat meningkatkan penyembuhan luka pasien diabetes, dapat diamati melalui penurunan waktu rawat inap yang secara signifikan berbeda dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tim kami telah menciptakan sebuah alat penilaian baru untuk mengevaluasi kemajuan penyembuhan luka. Alat penilaian dikenal sebagai MUNGS. Alat MUNGS (maserasi, merusak / tunneling, nekrotik, granulasi dan tanda-tanda atau gejala) dikembangkan berdasarkan pengamatan klinis penulis 'dari penderita luka diabetes di Indonesia. Alat ini telah dilakukan uji reabilitas dan hasilnya menunjukkan bahwa reliabilitas antar penilai dari alat MUNGS lebih tinggi dibandingkan dengan (instrumen foto luka atau PAWT(photograph assessment wound tool) antara kedua kelompok penilai (perawat perawatan luka dan mahasiswa) dengan koefisien Cohen kappa adalah 0.80. Dalam studi validitas, MUNGS, total 75 pasien dimasukkan dalam analisis. Sebuah cut off point pada skor 4 alat MUNGS memiliki sensitivitas 84.91, spesifisitas 81.82, nilai prediksi positif 91.8, dan nilai prediksi negatif 69.2. Area di bawah kurva adalah 0.886 (95% CI, 0.792-0.948), dan rasio kemungkinan adalah 4.6. MUNGS adalah suatu alat pengakajian luka yang reliable dan valid dapat digunakan di tatanan klinik untuk pengkajian luka pada pada pasien diabetes.
RELATIONSHIP BETWEEN MACERATION AND WOUND HEALING ON DIABETIC FOOT ULCERS IN INDONESIA: A PROSPECTIVE STUDY Haryanto, Haryanto; Arisandi, Defa; Suriadi, Suriadi; Ogai, Kazuhiro; Sanada, Hiromi; Okuwa, Mayumi; Sugama, Junko
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.24

Abstract

Background: Maceration results in enhancement of the wound area and infection. This condition is caused by a breakdown of the skin resulting in an open wound so that the wound area is enhanced and contaminated by microorganisms. Consequently, wound healing is delayed and quality of life is negatively affected. The prevention of maceration is important, and exudate management offers a way to prevent maceration. Exudate management can reduce the healing time, exudate, and frequency of dressing changes, and improve patient quality of life. Aims: The aim of this study was to clarify the relationship between maceration and wound healing. Methods: A prospective longitudinal design was used in this study. The wound condition determined the type of dressings used and the dressing change frequency. A total of 62 participants with diabetic foot ulcers (70 wounds) were divided two groups: non-macerated (n = 52) and macerated wounds (n = 18). Each group was evaluated weekly using the Bates?Jensen Wound Assessment Tool with follow-ups until week 4. Results: The Mann?Whitney U test showed that the changes in the wound area in week 1 were faster in the non-macerated group than the macerated group (P = 0.02). The Pearson correlation analysis showed a moderate correlation between maceration and wound healing from enrolment until week 4 (P = 0.002). After week 4, the Kaplan?Meier analysis showed that the non-macerated wounds healed significantly faster than the macerated wounds (log-rank test = 19.378, P = 0.000). The Cox regression analysis confirmed that maceration was significant and independent predictor of wound healing in this study (adjusted hazard ratio, 0.324; 95% CI, 0.131?0.799; P = 0.014). Conclusion: The results of this study demonstrated that there is a relationship between maceration and wound healing. Changes in the wound area can help predict the healing of wounds with maceration in clinical settings. Keywords: Wound maceration; wound healing, diabetic foot ulcers.
Media Edukasi Yang Tepat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Kepatuhan Diet: Literature Review Afriyani, Afriyani; Suriadi, Suriadi; Righo, Argitya
ProNers Vol 5, No 2 (2020): December
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.584 KB) | DOI: 10.26418/jpn.v5i2.46167

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Edukasi adalah kegiatan penyampaian pesan kesehatan kepada kelompok atau individu dengan tujuan dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik. Media edukasi merupakan alat bantu yang berfungsi dalam menjelaskan sebagian ataupun keseluruhan program pembelajaran yang sulit dijelaskan secara verbal. Media yang dipilih dalam penelusuran literature ini adalah buku saku, leaflet, audiovisual (video), dan media sosial. Tujuan: Mengetahui penggunaan media edukasi yang tepat terhadap pengetahuan dan kepatuhan diet pasien diabetes melitus tipe 2. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian literature review, metode yang digunakan adalah penelusuran database pada PubMed, Google Scholar, dan Science Direct dengan rentang periode publikasi tahun 2015-2020. Hasil: Media edukasi kesehatan yang tepat untuk penderita diabetes melitus tipe 2 terhadap kepatuhan diet yaitu leaflet. Kesimpulan: Media edukasi yang tepat untuk penderita diabetes melitus tipe 2 yaitu menggunakan media leaflet terhadap kepatuhan diet. Kata Kunci : diabetes melitus tipe 2, kepatuhan diet, media edukasi, pengetahuan.