cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 566 Documents
ANALISIS CUACA SELAMA KEGIATAN TMC REDISTRIBUSI CURAH HUJAN Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 14, No 1 (2013): June 2013
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.381 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v14i1.2677

Abstract

IntisariPada tanggal 26 Januari sampai dengan 27 Februari 2013 telah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk redistribusi curah hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Selama kegiatan tersebut fenomena ENSO dan IOD dalam kondisi normal. MJO menunjukkan adanya peningkatan aktifitas konvektif di wilayah Indonesia pada pertengahan hingga akhir bulan Februari 2013. Temperatur  permukaan laut di perairan sekitar Jawa bagian barat sekitar 29-300C. Kelembagan udara pada level 850 mb sekitar 75-80%. Pertumbuhan awan umumnya berada di sebelah barat laut hingga barat daya Jakarta.AbstractApplication of weather modification has carried out to redistribute of precpitiaion over Jakarta and the surrounding during  26 January to 27 February 2013. During this period, ENSO and IOD was normal condition. The MJO shows that the convection enhanched over Indonesia region on mid to late February 2013. The sea surface temperature over west part of Java waters was 29-300C. The 850 mb relative humidity on February 2013 was 75-80%. Cloud development mainly over northwest to southwest of Jakarta,
PENGAMATAN JANGKA PANJANG KONDISI AIR DANAU TOWUTI Tauhid, Yudi Iman; Arifian, Jon
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.469 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2110

Abstract

Dalam tulisan ini, dikemukakan kajian awal mengenai kondisi air Danau Towuti berkenaan dengan turunnya duga muka air (DMA) secara drastis. Dengan menggunakan data harian dari 13 tahun pengamatan seperti curah hujan, duga muka air dan out flow, kemudian dihitung kesetimbangan air daerah aliran danaunya. Hasil-hasil pengamatan secara tahunan adalah, curah hujan = 2982 mm, in flow = 1821 mm, out flow = 1829 mm, penguapan = 1185 mm dan perubahan storage = - 24 mm.In this paper, a preliminary assessment of Lake Towuti water condition is outlined due to the water level is decreased drastically in recent time. Using the daily data from 13 yearsobservation such as rainfall, water level and out flow, then each component of the catchment water balance is calculted. The results of observation for annual values are, rainfall = 2982 mm, in flow = 1821 mm, out flow = 1829 mm, evaporation = 1185 mm and delta storage = - 24 mm.
PERBAIKAN PREDIKSI CUACA NUMERIK KEJADIAN CURAH HUJAN LEBAT TERKAIT DENGAN KEJADIAN LONGSOR DI BANJARNEGARA MENGGUNAKAN ASIMILASI DATA SATELIT Mulsandi, Adi; Kristianto, Aries; Zakir, Achmad
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 2 (2018): December 2018
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1426.319 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v19i2.3127

Abstract

Wilayah Banjarnegara terekspos dengan kejadian tanah longsor yang terjadi hampir setiap tahun. Hujan lebat merupakan salah satu faktor penting pemicu terjadinya longsor yang paling mungkin untuk diprediksi, sehingga prediksi hujan lebat yang akurat sangat dibutuhkan dalam sistem peringatan dini longsor. Namun demikian, keterbatasan peralatan pengamatan cuaca di Banjarnegara memberikan kendala tersendiri sehingga dibutuhkan teknik lain dalam pembuatan informasi prediksi cuaca di wilayah ini. Penelitian ini dibuat untuk memberikan kontribusi landasan ilmiah dalam membuat prakiraan cuaca menggunakan model Weather Research and Forecasting (WRF) dengan mengintegrasikan data pengamatan satelit menggunakan WRF Data Assimilation (WRF-DA) untuk memperbaiki kualitas data awal model. Hasil penelitian menunjukan bahwa prosedur asimilasi data satelit cuaca dapat memperbaiki data awal kandungan uap air di atmosfer (+60%) beberapa jam sebelum kejadian hujan lebat. Sehingga hasil prediksi model cuaca numerik dengan menggunakan asimilasi data satelit (DA-SAT) menjadi lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menggunakan asimilasi data (Non_DA). Hal ini ditunjukan dengan nilai bias model yang mengecil (-32%) jika dibandingkan dengan data pengamatan penakar hujan stasiun. Hasil perbandingan data series waktu akumulasi curah hujan antara DA-SAT dan Non-DA memperlihatkan adanya perbedaan waktu tercapainya hujan maksimum dan juga perbedaan intensitasnya dimana skema Non-DA lebih lambat (+5 jam) dengan bias (-40%) sementara DA-SAT lebih lambat 0.5 jam dengan bias (+8%). Dapat disimpulkan bahwa asimilasi data satelit dapat memperbaiki kesalahan prediksi jumlah hujan dan waktu kejadiannya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi penggunaan asimilasi data satelit dalam pembuatan informasi prediksi cuaca numerik di wilayah Banjarnegara.
MEMPRAKIRAKAN KEDATANGAN FENOMENA EL-NINO TAHUN 2002~2003 Syaifullah, M Djazim
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.513 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2161

Abstract

Setelah kejadian bencana banjir maka wilayah Indonesia dihadapkan pada bencanaekstrim lainnya yaitu kekeringan akibat dari fenomena alam El-Nino. Fenomena El-Ninoterakhir terjadi pada tahun 1997, dimana dengan kekuatan intensitas yang cukup besarmenyebabkan kekeringan di wilayah Indonesia yang cukup parah. Dengan mempelajarikarasteristik dari fenomena tersebut maka tahun 2002 ~ 2003 ini diperkirakan fenomenaEl-Nino akan berulang lagi. Analisis time series dari data indikator El-Nino nilai anomali SST wilayah Pasifik Tengah dan Timur, nilai SOI, angin pasat sampai dengan bulan April 2002 terlihat indikasi bahwa fenomena El-Nino kemungkinan akan terjadi pada kuartal terakhir tahun 2002 sampai kuartal pertama tahun 2003. Intensitas fenomena El-Nino ini diperkirakan tidak lebih besar daripada kejadian pada tahun 1997.In Indonesia area, after flood hazard period would be continued by another extremelyhazard were drought period due to El-Nino phenomena. The last phenomena wasoccurred in 1997 which intensity impact of extremely drought over Indonesia area. By the assessment of the charasteristic phenomena was indicated that the El-Nino episode will face out again. Time series analysis for sea surface temperature anomaly of East Pacific and Central Pacific area, Southern Oscillation Index value and Easterly wind up to April 2002 shows that this phenomena was indicated occur in last four month of 2002 until first four month of 2003. The intensity of El-Nino phenomena was smaller than previous occurrance.
ANALYSIS OF STORM CATEGORY AND COALESCENCE ACTIVITY : RELATIONSHIP TO THE DAILY MEAN CATCHMENT RAINFALL (CASES CLOUD SEEDING OPERATIONAL IN LARONA AND CITARUM CATCHMENT AREA) Haryanto, Untung; Harsanti, Dini; Goenawan, R. Djoko; Adithya, Krisna
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 13, No 1 (2012): June 2012
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9468.306 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v13i1.2204

Abstract

Cloud seeding operational has been conducted in Indonesia. In this study, the two cases operational were analysis, ie Larona (2005) and Citarum Catchment Area (2011). The coalescence activity during operational were analysed using archives of NOAAGFS model sounding and it also used to determined storm category and ICA. For this purpose, the number parameters for moderate threshold range on Raob-55 software were reduced and modified with more suitable range for Indonesia region. Result indicated that in Larona Catchment Area, the most of the storm having category weak to moderate with mean of storm category 67% and 21% respectively, the mean ICA value was -5.7. Relative larger weight of Weak and Medium category of storm were shown in Citarum ie 72% for weak and 18%, with the mean of ICA was -2.7%. As consequences, proportion of Medium together with Strong category for Larona is larger than Citarum,resulting larger amount mean catchment rainfall for Larona (17.1mm) compare to the Citarum (5.2 mm). The coalescence actifity in cloud during operation was effective for booth of two area, but varies due to the varies of cloud base height temperature and potential buoyancy (PB). The mean of CCL temperature in Larona was 20.30C since PB was 3.80C. This study also found that mean 500mb temperature (T) and mean rising parcel (TP) in Larona catchments was more warmer comparing to the Citarum is -4.00C and -0.150C for Larona , and -5.30C and -1.50C for Citarum. Base of the result it has been concluded that ICA has inverse correlation to the mean daily catchments rainfall, since together of Medium and Strong Storm Category has positive correlation.Modifikasi awan sudah operasional. Pada studi ini dilakukan analisis dua kasus operasional , yaitu operasional di DAS (Daerah Aliran Sungai) Larona (2005) dan DAS Citarum (2011). Aktifitas koalesensi selama operasional dianalisis menggunakan arsip data sounding NOAA-GFS yang digunakan untuk menentukan ICA (Index Coalescence Activity ? indeks aktifitas koealesensi) dan Storm Category ? kategori awan hujan). Bagi keperluan ini banyaknya parameter dan rentang kategori moderat pada perangkat lunak Raob -55 di dikurangi dan dimodifikasi dengan yang paling sesuai dengan kondisi daerah di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar awan hujan yang ada memiliki kategori weak hingga moderat ? yaitu 67% dan 21% di DAS Larona dengan rata-rata nilai ICA besarnya -5.7, sedangkan di DAS Citarum, nilai kategori ini lebih besar yaitu 72% dan 18% dengan nilai rata rata ICA adalah -2.7. Sebagai konsekuensinya adalah porsi awan hujan dengan kategori ini lebih banyak muncul di DAS Larona dibandingkan pada DAS Citarum dengan rata rata hujan masing masing 17.1mm di DAS Larona dan 5.2mm di DAS Citarum. Aktivitas koalesensi di kedua DAS ini sama-sama aktif, variasinya ditentukan oleh variasi ketinggian dasar awan konvektif (CCL) dan potensi daya apung awan (PB). Di DAS Larona CCL cukup hangat yaitu 20.30C , dengan nilai PB 3.80C. Pada sutudi ini juga di peroleh bahwa rata rata suhu dan suhu parsel paras 500mb pada DAS Larona lebih hangat (-4.00C dan -0.150C) dari pada di DAS Citarum (-5.30C dan -1.50C). Dari studi ini, disimpulkan bahwa ICA berkorelasi terbalik dengan curah hujan harian, dan berkorelasi positif dengan awan hujan berkategori ? sedang? dan ?kuat? secara bersama-sama.
ANALISIS CUACA PADA SAAT PELAKSANAAN PENYEMAIAN AWAN DI WADUK PLTA KOTA PANJANG BULAN APRIL - MEI 2013 Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 15, No 1 (2014): June 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.606 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v15i1.2655

Abstract

ABSTRAKTelah dilakukan analisis cuaca selama pelaksanaan TMC pada bulan April dan Mei 2013 di Waduk PLTA Kota Panjang. Temperatur permukaan laut di daerah Nino 3.4 menunjukkan ENSO netral dengan temperatur rata-rata pada bulan April dan Mei 2013 antara 27.6 s.d  27.7 oC serta nilai anomaly antara -0.03 s.d -0.1 oC. Penjalaran MJO aktif yang menunjukkan terjadinya peningkatan aktifitas konvektif di wilayah Sumatra terjadi pada awal April dan akhir Mei 2013. Arah angin pada level gradient bertiup dari barat daya ? barat laut dengan kecepaan 5-15 knot. Siklon Tropis Mahasen di utara Sumatera yang terjadi pada pertengahan bulan Mei  berpengaruh terhadap berkurangnya hujan di daerah target. Kecepatan angin yang cukup tinggi di level 700-600 mb pada  awal kegiatan mengakibatkan pertumbuhan awan di daerah target tidak berkembang dengan optimal. Dalam kondisi kelembaban rendah masih dijumpai pembentukan awan orografik di sepanjang pegunungan Bukit Barisan bagian barat DAS Waduk PLTA Kota Panjang.
ANALISIS HUJAN LEBAT TANGGAL 27 SEPTEMBER 2017 DI DKI JAKARTA Kiki, Kiki; Wirahma, Samba
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 18, No 2 (2017): December 2017
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1827.549 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v18i2.2569

Abstract

IntisariPada 27 September 2017 beberapa wilayah di DKI Jakarta dilanda hujan dengan intensitas lebat yang memicu genangan di beberapa wilayah. Wilayah DKI Jakarta pada bulan September masih dalam periode transisi dari musim kemarau menuju musim hujan, sehingga potensi kejadian hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang cukup tinggi, meski umumnya masih bersifat sporadis. Dengan menggunakan data reanalysis model diketahui bahwa pada saat kejadian terdapat anomali pola angin di lapisan 850 hPa dibandingkan dengan klimatologisnya, serta didentifikasi adanya anomali kelembapan udara di lapisan bawah hingga 500 hPa yang lebih basah dibandingkan dengan klimatologisnya. Pertumbuhan awan hujan tipe Nimbustratus yang optimal pada saat kejadian dipicu oleh daerah konvergensi yang terbentuk di wilayah Banten, DKI Jakarta, hingga Jawa Barat, serta kondisi atmosfer yang basah hingga di lapisan menengah.   AbstractOn September 27, 2017, several areas in DKI Jakarta were surge by heavy rain that triggered inundations in some areas. DKI Jakarta area in September is still in the transition period from the dry season to the rainy season, so the potential for the occurance of rain with mild to light intensity accompanied by thunder/lightning and strong winds is still quite high, although generally still sporadic. Using the reanalysis data model it is known that at the time of the event there was wind pattern anomaly in layer 850 hPa compared with its climatology, and also been identified an anomaly of air humidity in the lower layer of the atmosphere up to 500 hPa wetter than its climatology. The optimum growth of Nimbustratus cloud at the time of the incident was triggered by the convergence area formed in Banten, DKI Jakarta, and West Java, as well as the wet atmospheric conditions up to the middle layer. 
NOTE AND CORRESPONDENCE TANGGAPAN TERHADAP TULISAN REANALISIS KONDISI ATMOSFER UNTUK DEKLARASI FAVOURABLE-DAY Widodo, F Heru; Nuryanto, Satyo
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 2, No 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.8 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2152

Abstract

Keputusan ?favourable day? pada tanggal 18 Desember 1999, berdasarkan hasil analisiswahana radiosonde dan sinop/satelit yang menyatakan favourable day meskipun wahana cuaca permukaan dan pibal menyatakan unfavourable day. Keputusan ini sesuai dengan desain penelitian. Hasil survey dengan pesawat yang dilengkapi dengan pengukuran LWC menunjukan bahwa kondisi cuaca mendukung terbentuknya awan cumulus kongestus dengan nilai LWC memenuhi kriteria desain penelitian. Dengan dasar ini amplop (untuk randomized seeding) dibuka dan menyatakan ?SEED? (dilakukanpenyemaian), maka dilakukan penyebaran bahan semai di dalam awan. Karena prosedur sudah mengikuti desain penelitian, maka data sampel semai pada tanggal 18 Desember 1999 sah dan tidak bisa digugurkan atau dikeluarkan dari set data semai. Reanalisis kondisi cuaca dalam kasus ini tidak dapat dipakai untuk menggugurkan data semai tapi untuk mengevaluasi keakuratan analisis kondisi cuaca sebelumnya.Decision of ?favourable day? on 18 December 1999 was based on the result of dataanalyses of radiosonde and synoptic weather/satellite imageries which stated that theday was favourable to find cumulus congestus development over study area, even dataanalyses of surface weather and winds data said unfavourable day. The decision met the criteria of the research design. Morover, survey using aircraft indicated that LWC wasalso met the criteria. Based on these assessments, the randomized seeding was carriedout and the envelope said to be seeded, therefore seeding was done. Becauseprocedures to carry out randomized seeding met the reaserch design, data of randomized seeding on 18 December 1999 was valid and should not be exluded fromdata set. In this case, weather condition reanalyses should not be utilized to drop databut to weigh up the precision of weather condition analysis.
POTENSI ATMOSFER DALAM PEMBENTUKAN AWAN KONVEKTIF PADA PELAKSANAAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA DI DAS KOTOPANJANG DAN DAS SINGKARAK 2010 Syaifullah, M Djazim
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 12, No 1 (2011): June 2011
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (970.24 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v12i1.2185

Abstract

Kajian potensi atmosfer terhadap proses pembentukan dan pertumbuhan awan konvektifpada saat pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) telah dilakukan dengan datapengamatan sounding dari stasiun Tabing Sumatera Barat. Sebanyak 330 buah datapengamatan harian jam 00Z dan 12Z dari Juni sampai dengan Nopember 2010 telahdianalisis. Dengan aplikasi RAOB analisis dilakukan untuk menentukan parameterdan indeks radiosonde sebagai penduga potensi atmosfer di wilayah tersebut. Hasilanalisis kandungan uap air yang diwakili oleh nilai Mixing Ratio dan PW menunjukkanbahwa selama bulan-bulan tersebut kandungan uap air cukup besar, presipitasi yangdihasilkan dipengaruhi oleh labilitas atmosfer yang diindikasikan oleh beberapa indeksradiosonde. Apabila labilitas pada hari itu cukup baik, maka peluang presipitasinyaakan semakin besar.Study the potential of the atmosphere on the formation and growth of convective cloudsduring the implementation of Weather Modification Technology (TMC) has been donewith observational data came from Padang, West Sumatra station. A further 330 piecesof observation data at 00Z and 12Z each day from June to November 2010 has beenanalyzed. By the RAOB application analysis conducted to determine the parameters and indices as sounding estimators of potential atmospheric in the region. Moisture content analysis results that represented by the value of Mixing Ratio (MR) and Precipitable Water (PW) showed that during the months of water vapor content is quite large, the rainfall was influenced by atmospheric unstability could indicated by several indexes. If unstability on the day was good enough, then the precipitation will be even greater.
PENENTUAN DISTRIBUSI TIPE AWAN DI PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MTSAT IR1 Dewi, Saraswati
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 16, No 1 (2015): June 2015
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.318 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v16i1.2633

Abstract

IntisariPenentuan distribusi tipe awan berdasarkan diagram temperatur kecerahan (TBB) ? perbedaan TBB dilakukan dengan menggunakan data citra satelit MTSAT IR1 dan IR2 pada bulan Januari dan Maret 2014 di 4 (empat) titik kajian di Provinsi Riau. Terdapat 6 (enam) tipe awan yang dikategorikan dalam diagram TBB-DT antara lain awan dingin dengan ketebalan optik besar (tipe awan Cumulonimbus/Cb), awan hangat dengan ketebalan optik besar (tipe awan Cumulus/Cu atau Stratocumulus/Sc), awan dingin dengan ketebalan optik kecil (tipe awan Cirrus/Ci yang cukup padat atau dense), awan hangat dengan ketebalan optik kecil (tipe awan Ci), serta awan tipe N yang merupakan tipe awan tipis di level rendah.  Dari seluruh data yang ada dalam pada bulan Januari 2014 dan Maret 2014, distribusi awan di daerah kajian didominasi oleh tipe awan Cirrus (Ci tipis, Ci tebal, dan Ci solid). Karakteristik wilayah Riau yang cenderung kering di bulan Januari maupun Maret 2014 mempengaruhi pertumbuhan awan di daerah tersebut dan kondisi cuaca didominasi oleh cuaca cerah. Dari perbandingan yang dilakukan antara hujan dengan tipe awan di 4 (empat) titik kajian, penentuan jenis awan penghasil hujan tidak dapat dilakukan hanya dengan mengambil data TRMM dan data TBB di suatu titik karena tidak menunjukkan adanya hubungan antara hujan dengan tipe awannya. Hujan yang jatuh di titik kajian bisa jadi tidak berasal dari awan yang berada tepat di atasnya karena faktor angin.Abstract  Determination of cloud type distribution based on the brightness temperature (TBB) ? temperature differential image (DT) has been done using MTSAT IR1 and IR2 image data on January and March 2014 at 4 (four) point studies. There are 6 (six) cloud types categorized by the TBB-DT diagram: optically thick cold cloud (Cb type), optically thick warm cloud (Cu/Sc type), optically thin cold cloud (thin Ci type/dense Ci), and N-type which is low level thin clouds.  Based on all of the data from January and March 2014, cloud distribution on the field of study was dominated by Ci type clouds (thin Ci, thick Ci, and dense Ci). Dry characteristics of the area of Riau province influenced cloud development over the area and was dominated with fair weather. From the comparison between rain events and the cloud type, rain cloud determination cannot be done with only data point of TRMM rainfall data and MTSAT TBB data because it didn?t represent the relationship between rain events and it?s cloud type. Rain which fall on point study might not come from the clouds right on it due to the wind factor.

Filter by Year

2000 2022


Filter By Issues
All Issue Vol. 23 No. 2 (2022): December 2022 Vol. 23 No. 1 (2022): June 2022 Vol. 22 No. 2 (2021): December 2021 Vol. 22 No. 1 (2021): June 2021 Vol. 21 No. 2 (2020): December 2020 Vol. 21 No. 1 (2020): June 2020 Vol. 20 No. 2 (2019): December 2019 Vol 20, No 2 (2019): December 2019 Vol. 20 No. 1 (2019): June 2019 Vol 20, No 1 (2019): June 2019 Vol 19, No 2 (2018): December 2018 Vol. 19 No. 2 (2018): December 2018 Vol 19, No 1 (2018): June 2018 Vol. 19 No. 1 (2018): June 2018 Vol 19, No 1 (2018): June 2018 Vol 19, No 2 (2018) Vol. 18 No. 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 1 (2017): June 2017 Vol. 18 No. 1 (2017): June 2017 Vol 18, No 1 (2017): June 2017 Vol 17, No 2 (2016): December 2016 Vol. 17 No. 2 (2016): December 2016 Vol 17, No 2 (2016): December 2016 Vol 17, No 1 (2016): June 2016 Vol. 17 No. 1 (2016): June 2016 Vol 17, No 1 (2016): June 2016 Vol. 16 No. 2 (2015): December 2015 Vol 16, No 2 (2015): December 2015 Vol 16, No 2 (2015): December 2015 Vol 16, No 1 (2015): June 2015 Vol. 16 No. 1 (2015): June 2015 Vol 16, No 1 (2015): June 2015 Vol. 15 No. 2 (2014): December 2014 Vol 15, No 2 (2014): December 2014 Vol 15, No 2 (2014): December 2014 Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014 Vol 15, No 1 (2014): June 2014 Vol 15, No 1 (2014): June 2014 Vol 14, No 2 (2013): December 2013 Vol. 14 No. 2 (2013): December 2013 Vol 14, No 2 (2013): December 2013 Vol 14, No 1 (2013): June 2013 Vol. 14 No. 1 (2013): June 2013 Vol 14, No 1 (2013): June 2013 Vol. 13 No. 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 1 (2012): June 2012 Vol. 13 No. 1 (2012): June 2012 Vol 13, No 1 (2012): June 2012 Vol 12, No 2 (2011): December 2011 Vol 12, No 2 (2011): December 2011 Vol. 12 No. 2 (2011): December 2011 Vol 12, No 1 (2011): June 2011 Vol 12, No 1 (2011): June 2011 Vol. 12 No. 1 (2011): June 2011 Vol 11, No 2 (2010): December 2010 Vol. 11 No. 2 (2010): December 2010 Vol 11, No 2 (2010): December 2010 Vol. 11 No. 1 (2010): June 2010 Vol 11, No 1 (2010): June 2010 Vol 11, No 1 (2010): June 2010 Vol. 3 No. 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 1 (2002): June 2002 Vol 3, No 1 (2002): June 2002 Vol. 3 No. 1 (2002): June 2002 Vol. 2 No. 1 (2001): June 2001 Vol 2, No 1 (2001): June 2001 Vol 2, No 1 (2001): June 2001 Vol 1, No 2 (2000): December 2000 Vol 1, No 2 (2000): December 2000 Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 Vol 1, No 1 (2000): June 2000 Vol 1, No 1 (2000): June 2000 Vol. 1 No. 1 (2000): June 2000 More Issue