cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Farmaseutik
ISSN : 1410590x     EISSN : 26140063     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah Farmaseutic accepts submission concerning in particular fields such as pharmaceutics, pharmaceutical biology, pharmaceutical chemistry, pharmacology, and social pharmacy.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 2 (2021)" : 20 Documents clear
Prevalensi Bakteri Extended-Spectrum Beta-Lactamase dan Evaluasi Kesesuaian Antibiotik Definitif pada Pasien Rawat Inap Di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten Yessy Resi Maharani; Nunung Yuniarti; Ika Puspitasari
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i2.48199

Abstract

Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan yang perlu diperhatikan karena prevalensinya cenderung meningkat berakibat pada tingginya morbiditas dan mortalitas. Secara epidemiologi, penyebaran ESBL di berbagai negara dunia berbeda-beda. Di Indonesia prevalensi infeksi oleh bakteri penghasil ESBL mencapai 65%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi bakteri ESBL, evaluasi kesesuaian antibiotik definitif beserta prediksi nilai parameter farmakokinetiknya yang dihubungkan dengan luaran klinis pasien dengan infeksi suspek ESBL yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2018. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional cross sectional retrospektive. Data prevalensi bakteri ESBL dan hasail evaluasi kesesuaian antibiotik dianalisis secara deskriptif sedangkan nilai prediksi parameter farmakokinetik dihubungkan dengan luaran klinis pasien dianalisis secara Chi-Square. Hasil prevalensi bakteri ESBL didapat adalah 63 dari 373 isolat (16,9%). Bakteri terbanyak penghasil ESBL adalah Klebsiella pneumonia yaitu sebesar 157 isolat (42,1%) dan Escherichia coli sebesar 117 isolat (31,4%). Terdapat 11 antibiotik definitif yang memenuhi keseluruhan kesesuaian jenis, dosis, frekuensi dan durasi penggunaan antibiotiknya (78,6%). Hasil nilai prediksi farmakokinetik kadar antibiotik definitif dalam darah dari 11 antibiotik definitif dibandingkan dengan MIC diperoleh hasil Css  MIC sebanyak 3 antibiotik (27,3%) dan Css < MIC sebanyak 8 antibiotik (72,7%). Hubungan prediksi kadar antibiotik definitif terhadap luaran klinis pasien suspek ESBL dalam penelitian ini belum dapat diketahui karena jumlah data yang masih sangat sedikit sehingga tidak dapat dianalisis secara Chi-square.
Evaluasi Luaran Klinis Terapi Antibiotika pada Pasien Anak Rawat Inap Dengan Infeksi Saluran Kemih di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Widya Adhitama; Ika Puspitasari; Ida Safitri Laksanawati
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i2.48803

Abstract

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak selain infeksi saluran nafas atas dan diare di negara berkembang. Salah satu terapi yang diberikan adalah antibiotik, pemilihan antibiotik harus didasarkan pola resistensi bakteri lokal. Tujuan penelitian ini untuk menilai hubungan rasionalitas antibiotik empiris terhadap luaran klinis pasien anak rawat inap dengan ISK di Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian  observasional menggunakan rancangan deskriptif-analitik dengan desain cohort retrospektif. Subyek penelitian adalah pasien anak rawat inap dengan ISK di Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta periode 1 Januari 2016 – 31 Desember 2018. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 63 pasien dengan 70 regimen antibiotik. Rasionalitas penggunaan antibiotik empiris dievaluasi menggunakan metode Gyssens. Hasil dari penelitian ini menunjukkan antibiotik empiris yang rasional yaitu sebesar 84,3% (59 regimen), dan yang tidak rasional sebesar 15,7% (11 regimen). Pada penggunaan antibiotik yang rasional dan memberikan luaran klinis membaik sebesar 82,9%, dan dianalisis dengan uji Fisher menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara rasionalitas antibiotik empiris terhadap luaran klinis pasien anak ISK dengan nilai p=0,011. Gambaran pola bakteri pada pasien ISK anak yaitu bakteri yang menginfeksi terbesar dari bakteri gram negatif (81,97%) dan bakteri gram positif sebesar 18,03%.
Aspek Beban Pengasuh Pasien Geriatri dan Hubungannya Terhadap Kepatuhan Pengobatan pada Etnis Bugis di Kecamatan Wajo Sulawesi Selatan A. Anggriani; Fita Rahmawati; Izyan Abdul Wahab
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i2.49734

Abstract

Pasien geriatri dengan berbagai masalah klinis memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dan oleh karena itu akan membutuhkan bantuan dari individu yang mampu yang disebut pengasuh. Pengasuh memiliki peran penting dalam membantu aktivitas sehari-hari pasien geriatri dan berkontribusi pada proses penyembuhan pasien terutama dalam menyiapkan dan memberikan obat. Penelitian ini bertujuan  untuk mengidentifikasi beban pengasuh terhadap pasien geriatri, tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien geriatri, serta pengaruh antara beban pengasuh dengan tingkat kepatuhan pasien geriatri selama masa pengobatan. Penelitian ini merupakan studi observational cross-sectional yang dilakukan pada bulan Februari - Maret 2019. Subjek penelitian ini adalah pengasuh utama untuk pasien geriatri pada suku Bugis yang menerima pengobatan di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Sebanyak 171 responden dilibatkan dalam penelitian ini. Instrumen kuesioner Zarit-Burden Interview digunakan untuk menilai beban pengasuh dan Pill Count Adherence digunakan untuk mengukur kepatuhan pasien geriatri terhadap pengobatan. Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk menilai hubungan antara beban pengasuh dengan tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien geriatri. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pengasuh memiliki skor beban rata-rata 28,32±12.71 dengan kategori rendah hingga menengah dan kepatuhan pasien geriatri terhadap pengobatan dikategorikan sebagai tidak patuh dengan rata-rata persentase kepatuhan 71,25%±26.32. Beban pengasuh memiliki  pengaruh kontribusi sebesar 22,7% (R2=0,227) terhadap kepatuhan pengobatan pasien geriatri.
Estimasi Premature Mortality Cost Penyakit Kanker Akibat Rokok di Indonesia Wa Ode Masrida; Susi Ari Kristina; Chairun Wiedyaningsih
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v16i2.49777

Abstract

Merokok merupakan kegiatan yang sering kita jumpai di masyarakat. Meskipun sebagian besar masyarakat mengetahui bahaya merokok, namun kebiasaan merokok tetap banyak dilakukan di masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi perokok terbesar di dunia. Premature Mortality Cost adalah jumlah biaya kematian dini pada suatu penyakit tertentu berdasarkan pendekatan human capital. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan beban penyakit kanker yang disebabkan karena rokok di Indonesia berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur. Hasil dari penelitian ini adalah nilai Premature Mortality Cost pada laki-laki yang tertinggi adalah kanker paru-paru (81.042.604), kemudian diikuti oleh kanker hati (34.006.483), dan kanker kandung kemih (7.897.961), sedangkan pada perempuan nilai Premature Mortality Cost yang tertinggi adalah kanker paru-paru (10.477.350), kemudian diikuti oleh kanker serviks (4.071.864) dan kanker leukemia (1.483.041). Kesimpulannya adalah nilai Premature Mortality Cost penyakit kanker akibat rokok di Indonesia adalah 163.724.911 yang terdiri dari 144.762.584 untuk jenis kelamin laki-laki dan 18.962.327 untuk jenis kelamin perempuan.
Estimasi Premature Mortality Cost (PMC) Penyakit Kanker Akibat Perokok Pasif di Indonesia Karina Anindita Santosa; Susi Ari Kristina; Chairun Wiedyaningsih
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i2.49780

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi perokok terbesar di dunia. Tingginya angka perokok di Indonesia mengakibatkan risiko peningkatan jumlah orang terpapar atau menghirup asap rokok sebagai secondhand smoke. Secondhand smokemerupakan salah satu faktor risiko penyakit kanker. Penelitian mengenai estimasi beban penyakit kanker ini bertujuan untuk melihat seberapa besar angka kematian dan prematuremortality cost penyakit kanker akibat secondhand smokedi Indonesia. Estimasi beban penyakit kanker akibat secondhand smokemerupakan penelitian epidemiologi deskriptif dan estimasi berdasarkan prevalence-baseddengan indikator yang digunakan yaitu angka kematian penyakit kanker akibatsecondhand smokedan premature mortality cost. Angka kematian penyakit kanker akibat secondhand smoke (SAM) diperoleh dengan mengalikan nilai Secondhand smokeAttributable Fractions (SAFs) dengan angka kematian tiap penyakit kanker, dimana nilai SAFs diperoleh dari rumus perhitungan menggunakan data prevalensi secondhand smokedan relative risk tiap penyakit. Premature mortality cost diperoleh dengan mengalikan angka kematian penyakit kanker akibat perokok pasif, angka harapan hidup, dan rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia. Jumlah angka kematian tertinggi untuk penyakit kanker akibat secondhand smoke adalah kanker paru (949 kematian), kanker kolon (771 kematian), dan kanker pankreas (371 kematian). Nilai tertinggi dari premature mortality costadalah Rp 56.882.000.000 untuk kanker paru, Rp 51.398.000.000 untuk kanker kolon, dan Rp 22.850.000.000 untuk kanker pankreas. Estimasi beban penyakit kanker akibat secondhand smokeperlu dilakukan untuk membantu pemerintah dalam menentukan program kesehatan dan untuk mengurangi beban penyakit kanker akibat secondhand smokedi Indonesia.
Perbedaan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Berdasarkan Keberadaan Apoteker di Kota Mataram Aya Shaufia Itsnayain; Satibi Satibi; Achmad Fudholi
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i2.53832

Abstract

Perubahan paradigma pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien menyebabkan pasien menuntut untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang lebih baik. Keberadaan Apoteker di Puskesmas sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian sehingga dapat melindungi pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional dan dapat memberikan kepuasan terhadap pasien. Penilaian kepuasan pasien merupakan pendekatan untuk mengidentifikasi perubahan kebutuhan, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menentukan pelayanan yang lebih baik serta meningkatkan kinerja tenaga kefarmasian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kepuasan pasien rawat jalan terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas berdasarkan keberadaan Apoteker di kota Mataram. Subjek penelitian adalah pasien rawat jalan di 11 puskesmas di kota Mataram bulan Juli-Agustus 2019 masing-masing 30 orang. Subjek penelitian harus memenuhi kriteria yaitu bersedia menjadi responden,pernah berkunjung ke Puskesmas >1 kali, berusia >17 tahun. Metode penelitian adalah cross sectional. Penelitian menggunakan kuesioner yang diadopsi dari konsep penelitian kualitas pelayanan Parasuraman dkk dengan metode SERVQUAL yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Perbedaan tingkat kepuasan dianalisis dengan uji beda. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas berdasarkan keberadaan Apoteker tidak berbeda signifikan (p=0,264), namun terdapat dimensi yang dinyatakan berbeda signifikan secara statistik yaitu dimensi Tangible (p=0,031) dan Responsiveness (p=0,010).
Efek Saponin Terhadap Penghambatan Planktonik dan Mono-Spesies Biofilm Candida albicans ATCC 10231 pada Fase Pertengahan, Pematangan dan Degaradasi Hasyrul Hamzah; Triana Hertiani; Sylvia Utami Tunjung Pratiwi; Titik Nuryastuti
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i2.54444

Abstract

Saponin merupakan salah satu jenis metabolit sekunder dari tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri namun aktivitas antibiofilmnya terhadap C. albicans ATCC 10231 belum pernah dilaporkan. Penemuan kandidat antibiofilm baru terhadap biofilm C. albicans menjadi tantangan yang harus di atasi dalam mencegah infeksi yang berhubungan dengan biofilm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas saponin dalam menghambat dan mendegradasi C. albicans ATCC 10231. Pengujian planktonik, penghambatan biofilm dan pengujian degradasi biofilm ditentukan dengan menggunakan metode microtiter broth. efektivitas antibiofilm saponin terhadap biofilm dianalisis dengan menghitung minimum biofilm inhibitor konsentrasi (MBIC50) dan nilai minimum biofilm eradication concentration (MBEC50). Senyawa saponin 1 % memberikan aktivitas penghambatan pada fase planktonik C. albicans sebesar 79,48 % ± 0,01, fase pertengahan biofilm sebesar 56,00 %  ± 0,02, fase pematangan 35,55 ± 0,03 Hasilnya juga memberikan bukti aktivitas saponin dapat mendegradasi 50 % biofilm C. albicans sebesar 51,03 ± 0,01. Oleh karena itu, senyawa saponin potensial untuk dikembangkan sebagai kandidat obat-obat antibiofilm baru terhadap biofilm C. albicans.
Perbandingan Efektivitas Regimen Terapi Antipsikotik Pasien Schizophrenia di RSJ Dr. Ernaldi Bahar Palembang Saharuddin Saharuddin; Zullies Ikawati; Cecep Sugeng Kristanto
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i2.58508

Abstract

Penatalaksanaan schizophrenia menawarkan berbagai macam metode baik dengan terapi nonfarmakologi maupun  farmakologi. Terapi farmakologi dengan antipsikotik merupakan terapi pokok dalam  penatalaksanaan schizophrenia. Namun, efektivitas antara regimen antipsikotik masih menjadi perdebatan, sehingga penting untuk mengetahui efektivitas  suatu regimen terapi pengobatan schizophrenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas regimen terapi antipsikotik pada pasien schizophrenia di RSJ dr. Ernaldi Bahar Palembang. Rancangan   penelitian ini adalah Cohort Prospective pre – post test menggunakan alat bantu kuesioner penelitian The Positive and Negative  Syndrome Scale (PANSS). Data diambil di Poliklinik Rawat Jalan RSJ dr. Ernaldi Bahar Palembang periode bulan Maret – April 2020. Uji chi-square digunakan untuk mengetahui perbandingan efektivitas regiman terapi antipsikotik. Sebanyak 451 pasien yang terdiagnosa schizophrenia ditelusuri pengobatannya dan diperoleh 35 jenis pola peresepan antipsikotik pada semua pasien. Dipilih tiga (3) regimen antipsikotik yang terbanyak digunakan untuk dianalisis efektivitasnya yaitu monoterapi risperidone (n=59), kombinasi risperidone dengan klorpomazine (n=59) dan kombinasi risperidone dengan clozapine (n=59). Hasil penelitian ini menemukan tidak adanya perbedaan efektivitas yang bermakna berdasarkan penurunan skala PANSS antara regimen terapi antipsikotik pada pasien schizophrenia di RSJ dr. Ernaldi Bahar Palembang dengan nilai signifikan p>0,05 (p=0,173).
Analisis GAP Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Menggunakan Metode SERVQUAL Qory Addin; Marchaban Marchaban; Sumarni Sumarni
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i2.58692

Abstract

Penerapan kebijakan rujukan berjenjang oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dikhawatirkan akan berimbas pada lamanya waktu tunggu pelayanan yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang dapat memuaskan pasien ditinjau dari dimensi SERVQUAL yaitu tangible, empathy, assurance, responsiveness, dan reliability. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gap dan peringkat gap yang terbentuk dari kualitas pelayanan IFRS dalam memenuhi kepuasan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, pengumpulan data menggunakan metode non probability sampling berdasarkan teknik purposive sampling. Data yang digunakan adalah data kualitatif hasil wawancara dengan karyawan Instalasi Farmasi rumah sakit, dan data kuantitatif dari hasil kuesioner kepuasan pasien rawat jalan menggunakan skala likert dengan jumlah responden sebanyak 385 pasien. Analisis data menggunakan analisis gap lima untuk mendapatkan nilai gap, dan analisis kepentingan kinerja untuk menentukan posisi kuadran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat gap pada seluruh dimensi pelayanan yang diberikan oleh IFRS dengan urutan gap terbesar pada dimensi Responsiveness (-0,57), diikuti dimensi Empathy (-0,39), dimensi Reliability (-0,29), dimensi Assurance (-0,26), dan dimensi Tangible (-0,22). Analisis matriks kinerja-kepentingan menunjukkan dimensi Tangible dan Assurance masuk pada kuadran B yang artinya telah berhasil dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi PKU Muhammadiyah Delanggu sehingga wajib dipertahankan karena dianggap sangat penting dan memuaskan pasien, sedangkan dimensi Reliability, Responsiveness, dan Empathy masuk pada kuadran C, yang artinya dinilai kurang penting pengaruhnya bagi pasien dan pelaksanaannya oleh Instalasi Farmasi PKU Muhammadiyah Delanggu. Hal ini berarti tidak ada dimensi kualitas pelayanan yang harus dijadikan prioritas utama dalam upaya perbaikan kualitas dalam pelayanan kepada pasien.
Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Oleh Bakteri Penghasil Esbl (Extended Spectrum Beta-Lactamase) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Ervina Damayanti; Djoko Wahyono; Titik Nuryastuti
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i2.59067

Abstract

Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) merupakan enzim hasil mutasi β-lactamase yang mampu menghidrolisis penicillin, cephalosporins dan aztreonam. Patogen penghasil ESBL berhubungan dengan perburukan luaran klinik, salah satunya pada infeksi saluran kemih (ISK). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien ISK oleh bakteri penghasil ESBL serta mengetahui hubungan kesesuaian penggunaan antibiotik terhadap luaran klinik pasien di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Data dikumpulkan secara retrospektif melalui penelusuran rekam medik periode 1 Januari 2019-31 Desember 2019. Kriteria inklusi subjek usia ≥18 tahun didiagnosis ISK oleh bakteri penghasil ESBL. Subjek dengan terapi antibiotik selama <72 jam dieksklusi. Rasionalitas antibiotik dievaluasi mengikuti algoritma Gyssens. Hubungan kesesuaian antibiotik dengan luaran klinik dianalisis dengan uji Chi-Square. Terdapat 69 subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemberian antibiotik rasional ditemukan pada 41 subjek (59,42%) dengan luaran klinik membaik ditemukan pada 33 subjek (80,50%). Sementara sisanya, yaitu 28 pasien (40,58%) menerima antibiotik tidak rasional dengan luaran klinik membaik ditemukan pada 20 subjek (71,40%). Jenis ketidakrasionalan yang ditemukan menurut algoritma Gyssens yaitu kategori IVA (5%), kategori IVB (1,67%), kategori IIB (5%), kategori IIA (11,67%) dan kategori IIB (12,50%). Penelitian ini tidak dapat menentukan hubungan kesesuaian terapi antibiotik pada pasien dengan ISK oleh bakteri penghasil ESBL dengan luaran klinik (p = 0,381). 

Page 1 of 2 | Total Record : 20