cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
BULETIN OSEANOGRAFI MARINA
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 20893507     EISSN : 25500015     DOI : -
Core Subject : Science,
Buletin Oseanografi Marina (BULOMA) adalah jurnal yang menginformasikan hasil penelitian dan telaah pustaka tentang aspek Oseanografi, Ilmu Kelautan, Biologi Laut, Geologi Laut, Dinamika Laut dan Samudera, Estuari, Kajian Enerji Alternatif, Mitigasi Bencana, Sumberdaya Alam Pesisir, Laut dan Samudera.
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina" : 12 Documents clear
Penggunaan Fourier Transform Infrared untuk Analisis Mikroplastik pada Loligo sp. dan Rastrelliger sp. dari TPI Tambak Lorok Semarang Jusup Suprijanto; Juwita Lesly Senduk; Dewi Basthika Makrima
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.38964

Abstract

Mikroplastik adalah salah satu pencemar laut. Mikroplastik tidak dapat terdegradasi dengan cepat. Mikroplastik merupakan partikel plastik yang berukuran <5mm. Ukurannya yang kecil menyebabkannya dapat tertransportasikan ke seluruh tempat termasuk sistem tubuh ikan dan cumi-cumi. Penelitian dilakukan bertujuan mengetahui mikroplastik pada cumi – cumi (Loligo sp.) dan ikan kembung (Rastrelliger sp.). Penelitian dilakukan bulan Juli 2020 – November 2020 di Semarang Jawa Tengah. Pengambilan sampel dilakukan di TPI Tambak Lorok Semarang.  Pengukuran cumi-cumi dilakukan menggunakan jangka sorong dan ikan diukur menggunakan penggaris. Pembedahan cumi-cumi dan ikan dilakukan menggunakan gunting bedah untuk memisahkan alat pencernaan, tentakel serta insang ikan yang akan digunakan sebagai sampel. Pelarutan dilakukan menggunakan perendaman KOH 10% selama 24 jam untuk melarutkan bahan organik. Pemisahan partikel mikroplastik dilakukan setelah seluruh bahan organik pada sampel larut seluruhnya. Pemisahan partikel mikroplastik dilakukan menggunakan perendaman ZnCl2 selama 24 jam. Penyaringan sampel dilakukan setelah sampel mempunyai 2 layer, layer pertama diambil 10 ml kemudian disaring menggunakan kertas whatman dengan vacump pump. Sampel yang telah disaring dikeringkan, dilanjutkan uji FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat mikroplastik dalam cumi – cumi dan ikan kembung yang ada di TPI Tambak Lorok Semarang, FTIR menunjukkan terdapat polimer plastik jenis nitrile dan nylon. Microplastic is one of the pollutants of the sea. Microplastics do not degrade quickly. Microplastics are plastic particles <5mm in size. Its small size allows it to be transported all over the place including the body systems of fish and squid. The research was conducted to determine the microplastics in squid (Loligo sp.) And mackerel fish (Rastrelliger sp.). The research was conducted in July 2020 - November 2020 in Semarang, Central Java. Sampling was carried out at TPI Tambak Lorok Semarang. Measurements of squid were carried out using a caliper and fish were measured using a ruler. Squid and fish surgery is performed using surgical scissors to separate the digestive organs, tentacles and fish gills that will be used as samples. Dissolving was carried out using 10% KOH immersion for 24 hours to dissolve organic matter. The separation of microplastic particles is carried out after all the organic material in the sample is completely dissolved. The separation of microplastic particles was carried out using ZnCl2 immersion for 24 hours. Filtering of the sample is carried out after the sample has 2 layers, 10 ml of the first layer is taken then filtered using Whatman paper with a vacump pump. The filtered sample was dried, followed by the FTIR test. The results showed that there were microplastics in the squid and mackerel in Tambak Lorok Semarang, FTIR showed that there were plastic polymers of nitrile and nylon types. 
Penentuan Tipe Pantai di Kawasan Pantai Wisata Batu Karas, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat Annisa Putri Fitrian; Ankiq Taofiqurohman; Yeni Mulyani; Wahyuniar Pamungkas
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.31990

Abstract

Pantai merupakan salah satu objek wisata alam yang paling diminati pengunjung, namun memiliki risiko bahaya tersendiri yang patut diwaspadai. Risiko bahaya yang melekat dimiliki oleh setiap pantai adalah bahaya akibat karakteristik fisik pantai. Pantai Wisata Batu Karas merupakan salah satu objek wisata pantai terfavorit di Jawa Barat dengan peningkatan jumlah pengunjung setiap tahunnya. Selain memiliki berbagai daya tarik wisata, Pantai Batu Karas memiliki risiko bahaya fisik. Risiko bahaya fisik yang dominan di pesisir selatan Jawa Barat, termasuk Pantai Wisata Batu Karas, adalah gelombang pecah karena berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang memicu risiko gelombang tinggi. Keselamatan wisata merupakan hal yang harus diutamakan untuk mencegah kerugian yang mungkin terjadi akibat risiko bahaya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penilaian bahaya fisik pantai untuk selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan wisata pantai. Riset ini bertujuan untuk menentukan tipe pantai Batu Karas sebagai langkah awal penilaian bahaya fisik pantai akibat gelombang pecah di Pantai Wisata Batu Karas. Riset ini dilakukan pada bulan Januari – Mei 2020, dengan area yang diteliti adalah sepanjang Pantai Wisata Batu Karas. Metode yang digunakan dalam riset ini yaitu metode kuantitatif, selanjutnya dilakukan penentuan tipe pantai yang mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Short (1996). Parameter yang digunakan dalam riset ini adalah tinggi dan periode gelombang pecah, kecepatan jatuh sedimen, dan nilai tunggang pasut. Hasil yang didapatkan dari riset ini adalah Pantai Batu Karas memiliki tipe pantai longshore bar and trough, yang selanjutnya dapat digunakan untuk penilaian tingkat bahaya fisik di Pantai Wisata Batu Karas. Beach is one of the most popular natural attractions for visitors, but has its own dangers that need to be watched out for. The inherent hazard risk possessed by each beach is the danger due to the physical characteristics of the beach. Batu Karas Tourism Beach is one of the most favorite beach attractions in West Java with an increasing number of visitors every year. Apart from having various tourist attractions, Batu Karas Tourism Beach also has a risk of physical danger. The dominant physical hazard risk on the southern coast of West Java, including Batu Karas Tourism Beach, is the breaking waves because it is directly adjacent to the Indian Ocean which triggers a high risk of waves. Tourism safety is a matter that must be prioritized to prevent losses that may occur due to hazard risks. This can be done by assessing the physical hazard of the beach which can then be used as a consideration in the management of beach tourism. This research aims to determine the type of beach as an initial step to assess the physical beach hazards in Batu Karas Beach, Pangandaran Regency, West Java. This research was conducted from January – May 2020 and focused on the Batu Karas shoreline area. Quantitative method was used to determine the beach type by referring to the method developed by Short (1996). The parameters used in this research are height and period of the breaker wave, sediment fall velocity, and tide range. The result shows that Batu Karas Beach has longshore bar and trough type, which can then be used for assessing the level of physical hazards at Batu Karas Tourism Beach.
Pengukuran Parameter Bahan Organik Di Perairan Sungai Silugonggo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati Erick Samuel Frederico Hasibuan; Endang Supriyantini; Sunaryo Sunaryo
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.32345

Abstract

Perairan Silugonggo merupakan area pemukiman warga dengan banyak aktivitas perikanan dan kelautan seperti: pertambakan, industri perikanan dan merupakan alur pelayaran. Tingginya aktivitas pemukiman dan industri akan menghasilkan limbah organik dalam jumlah besar. Bahan organik yang melimpah dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan bahan organik di perairan sungai Silugonggo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Kandungan bahan organik diketahui melalui analisis parameter TOM (Total Organic Matter), BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand). Pengambilan sampel dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2019 dan 20 Januari 2020. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode kasus dengan pengamatan secara langsung di lapangan dan penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling. Hasil pengukuran parameter penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai TOM sebesar 8,11 – 11,9 mg/L. Hasil pengukuran parameter (a) BOD5 sebesar 8,07 – 24,66 mg/L dan (b) COD sebesar 26,04 – 79,21 mg/L, hasil tersebut berada di bawah baku mutu yang ditetapkan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. Tingginya nilai TOM dikarenakan banyaknya masukan limbah bahan organik dari aktivitas di perairan sungai Silugonggo, seperti: pertambakan, industri perikanan, dan alur pelayaran. Silugonggo waters is a residential area with many fishery and marine activities such as: aquaculture, fishing industry and shipping lanes. High residential and industrial activities will produce large amounts of organic waste. Abundant organic matter can cause environmental pollution. This study aims to determine the content of organic matter in the waters of the Silugonggo River, Juwana District, Pati Regency. The content of organic matter is known through parameter analysis of TOM (Total Organic Matter), BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) and COD (Chemical Oxygen Demand). Sampling was carried out on December 20, 2019 and January 20, 2020. The method used in this study used the method of direct observation in the field and the date of the research location using the purposive sampling method. The results of the measurement of research parameters were analyzed using analysis of variance. The results showed that the TOM value was 8.11–11.9 mg/L. Parameter measurement results (a) BOD5 of 8.07–24.66 mg/L and (b) COD of 26.04–79.21 mg/L, these results are below the quality standard stipulated according to the Decree of the Minister of the Environment No. 51 of 2004 concerning Wastewater Quality Standards. The high value of TOM is due to the large number of inputs of organic matter from activities in the waters of the Silugonggo river, such as: aquaculture, fishing industry, and shipping lanes.
Model Arus Permukaan Teluk Lampung pada Musim Peralihan II dengan Pendekatan Hidrodinamika Ayuk Milasari; Dwi Haryo Ismunarti; Elis Indrayanti; Farid Muldiyatno; Aris Ismanto; Aziz Rifai
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.38293

Abstract

Lokasi geografis Teluk Lampung yang terletak di Pulau Sumatra bagian Selatan dan dipisahkan dari Pulau Jawa melalui Selat Sunda mempunyai akses langsung dengan perairan lepas dari Samudera Hindia. Hal ini akan berpengaruh terhadap pola sirkulasi arus permukaan yang terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan arus permukaan di Teluk Lampung dengan menggunakan pendekatan model hidrodinamika khususnya pada musim peralihan II (Oktober – November 2020). Verifikasi model dilakukan dengan cara membandingkan hasil model arus dengan hasil pengukuran arus lapangan menggunakan currentmeter valeport yang dilaksanakan dari tanggal 12 Oktober sampai 9 November 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus permukaan dominan dibangkitkan oleh pasang surut dengan prosentase arus pasang surut sebesar 89,09 %. Tipe pasang surut adalah tipe campuran condong harian ganda dengan nilai Formzahl 0,4. Kecepatan arus maksimum 0,168 m/s ke arah 352° dan arus minimum 0,017 ke arah 33°, sehingga arah pergerakan cenderung bolak balik. Pada kondisi pasang, arus bergerak ke utara yaitu dari Selat Sunda masuk ke perairan Teluk Lampung, dan sebaliknya pada saat surut arus bergerak ke arah selatan keluar dari perairan Teluk Lampung menuju Selat Sunda. The geographical location of Lampung Bay, which is located in the southern part of Sumatra Island and separated from Java Island by the Sunda Strait, has direct access to the waters off the Indian Ocean. This will affect the surface current circulation pattern that is formed. This research aims to model surface currents in Lampung Bay using a hydrodynamic model approach, especially in 2nd transitional monsoon (October - November 2020). Model verification is carried out by comparing the results of the current model with the results of field current measurements using a valeport current meter which was carried out from 12 October to 9 November 2020. The results showed that the dominant surface current was generated by tides with a tidal current percentage of 89.09%. The tidal type is a mixed type of mixed tide prevailing semidiurnal with a Formzahl value of 0.4. The maximum current speed is 0.168 m/s in the direction of 352° and the minimum current is 0.017 in the direction of 33°, so that the direction of movement tends to be back and forth. At high tide, the current moves northward from the Sunda Strait into the waters of Lampung Bay, and vice versa at low tide the current moves southward out of the waters of the Lampung Bay towards the Sunda Strait.
Pengaruh Paparan Chlorine terhadap Stress Fisiologis dan Ekspresi Gen Hsp70 dan Hsp90 pada Abalon (Haliotis squamata) Ngurah Sedana Yasa; Lutfi Anshory; Niken S.N. Handayani; Alim Isnansetyo; Murwantoko Murwantoko
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.35251

Abstract

Abalon merupakan salah satu moluska bercangkang tunggal yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas potensial dalam peningkatan devisa Negara. Namun permasalahannya adalah mudahnya abalone mengalami stress akibat perubahan berbagai faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, bakteri Vibrio dan bahan desinfektan seperti chlorine. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat stress benih abalone terhadap paparan chlorine pada gen heat shock protein (HSP) dan mengetahui perubahan enzim-enzim  antioksidan seperti SOD,CAT,PO dan perubahan struktur histologi otot kaki abalone akibat paparan chlorine. Koleksi benih abalone dengan ukuran cangkang 3-4 cm dari unit hatchery abalone, BPIU2K Karangasem Bali. Uji paparan abalone pada akuarium kaca volume 100 L dengan konsentrasi chlorine 10 ppm. Pengambilan sample (hemolim, otot kaki, gonad) dilakukan pada waktu pengamatan (0,12,24,48 jam). Pengamatan meliputi uji  ekspresi gen heat shock protein (Hsp70 dan Hsp90), aktifitas enzim-enzim antioksidan dan histology pada otot kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hsp70 terekspresi paling tinggi pada hemolim abalone yaitu sebesar 350 kali lipat pada paparan jam ke 12 dibandingkan kontrol (P<0.05). Sedangkan, Hsp90 pada waktu yang sama menunjukkan tingkat stress abalone paling tinggi pada otot kaki dengan tingkat ekspresi sebesar 7 kali lipat jika dibandingkan kontrol (P<0.05).  Gen heat shock protein diekspresikan cukup tinggi pada uji paparan chlorine, namun demikian  Hsp70 menunjukkan tingkat ekspresi yang lebih tinggi jika dibanding dengan Hsp90. Hsp70 lebih sensitif sebagai marka stress abalone akibat paparan chlorine. Perubahan struktur histologi menunjukkan cemaran chlorine dapat meningkatkan ukuran diameter hemolim sinus dan kerusakan pada lapisan epithel otot kaki abalone. Abalone is one of the single-shelled mollusks which has high economic value and is a commodity in increasing the country's foreign exchange. However, the problem is that it is easy for abalone to experience stress due to the influence of various environmental factors such as temperature, salinity, Vibrio bacteria and disinfectants such as chlorine. The study was conducted to determine the stress level of abalone seeds produced by hatcheries against residual chlorine. The aim of the study were to see the stress level based on the heat shock protein (HSP) gene and to see changes in antioxidant enzymes such as SOD, CAT, PO and histological structure of abalone foot muscles due to chlorine contamination. Collection of abalone seeds with a 3-4 cm shell size from the abalone hatchery unit, BPIU2K Karangasem Bali. Abalone exposure test using a glass volume of 100 L with a chlorine concentration of 10 ppm. Furthermore, sampling was carried out (hemolime, leg muscles, gonads) at the time of observation (0.12,24,48 hours). Observations included heat shock protein gene expression (Hsp70 and Hsp90) and histology in foot muscles. The results showed that Hsp70 was the highest expressed in hemolime abalone 350 times at 12 hours exposure compared to controls (P <0.05). Meanwhile, Hsp90 at the same time showed the highest level of stress on leg muscles with an expression level of  7 times when compared to controls (P <0.05). It was concluded that the heat shock protein gene was expressed high enough in the chlorine exposure test, however, Hsp70 was more sensitive as a sign of abalone stress as indicated by a higher expression level when compared to Hsp90. Changes in the histological structure show that chlorine contamination can increase the diameter of the sinus hemolime and damage to the epithelial layer of the abalone foot muscles.
Hidrodinamika Gelombang pada Terumbu Karang di Pulau Panjang, Jepara Suryono Suryono; Ambariyanto Ambariyanto; Munasik Munasik; Denny Nugroho Sugianto; Raden Ario; Ibnu Pratikto; Nur Taufiq-Spj; Syahrial Varrel Canavaro; Tiara Anggita
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.36368

Abstract

Posisi Pulau Panjang berada di sisi barat garis pantai pesisir kota Jepara, menjadikannya sebagai penghalang (barrier) terhadap gelombang yang akan menghantam pesisir Jepara. Pulau Panjang dikelilingi oleh gugusan terumbu karang.  Keterpaparan (exposure) terumbu karang oleh hidrodinamika gelombang yang melewatinya  perlu dikaji. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian mengenai hidrodinamika gelombang pada terumbu karang di perairan  Pulau Panjang. Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai gelombang yaitu gelombang signifikan (Hs), periode gelombang signifikan (Ts) adalah bervariasi. Nilai gelombang (Hs dan Hs) tinggi, akan  mengakibatkan terumbu karang pada sisi  barat, timur laut dan tenggara  Pulau Panjang lebih menerima keterpaparan  (ekposure)  oleh hidrodinamika  gelombang yang melewatinya. Pada hidrodinamika  gelombang lebih rendah, maka terumbu karang  yang terlindung dari keterpaparan (ekposure) gelombang adalah yang berada pada  sisi timur, barat daya, dan barat laut. Hasil interpolasi (Krigging) didapatkan hasil nilai Hs tertinggi berkisar antara 0,503-1,00. Arah datang gelombang dominan dari timur pulau Panjang, kemudian setelah melewati terumbu karang ada di sisi timur ,timur laut, dan utara  Pulau Panjang maka energinya menjadi berkurang, sehingga terumbu karang yang  ada di sisi barat, barat daya, dan selatan dari Pulau Panjang posisinya lebih aman dari keterpaparan (ekposure) oleh hidrodinamika gelombang yang melewatinya. Gelombang yang datang akan mengalami perubahan karakteristik (panjang, periode, tinggi gelombang) setelah melewati terumbu karang, sehingga  gelombang yang menuju pantai akan semakin berkurang seiring dengan perubahan kedalaman. Tingkat keterpaparan (ekposure) terumbu karang yang ada pada sisi timur,timur laut dan utara  di Pulau Panjang  oleh gelombang cukup tinggi, hal ini diduga yang menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan terumbu karang yang ada diperairan  Pulau Panjang.  The position of Pulau Panjang is on the west side of the coastal coastline of the city of Jepara, making it a barrier against waves that will hit the coast of Jepara. Panjang Island is surrounded by clusters of coral reefs. The exposure (exposure) of coral reefs by the hydrodynamics of the waves that pass through them needs to be studied. The modeling results are then generated into a shapefile map to be overlaid with a shapefile map of changes in coral reefs by interpolation method with Kriging block. The results showed that the wave value, namely the significant wave (Hs), the period of the significant wave (Ts) varied. High wave values (Hs and Hs) will result in coral reefs on the west, northeast, and southeast sides of Panjang Island receiving more exposure (exposure) by the hydrodynamics of the waves that pass through them. At lower wave hydrodynamics, the coral reefs that are protected from wave exposure are those on the east, southwest, and northwest sides. The results of interpolation (Kriging) obtained the highest Hs values ranging from 0.503 to 1.00. The direction of the dominant wave coming from the east of Panjang Island, then after passing through the coral reefs is on the east, northeast, and north of Panjang Island, the energy is reduced, so that the coral reefs on the west, southwest, and south sides of Panjang Island are safer from exposure (exposure) by the hydrodynamics of waves that pass through it. The incoming waves will experience changes in characteristics (length, period, wave height) after passing through the coral reef so that the waves towards the coast will decrease along with changes in depth. The level of exposure to coral reefs on the east, northeast, and north sides of Panjang Island by waves is quite high, this is thought to be one of the factors causing damage to coral reefs in the waters of Panjang Island. 
Respon Kecepatan Angin Terhadap Variabilitas Klorofil-a di Laut Filipina Dan Maluku Bagian Utara Bayu Munandar; Anindya Wirasatriya; Denny Nugroho Sugianto; Ambariyanto Ambariyanto; Sunaryo Sunaryo
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.38273

Abstract

Suplay massa air di Laut Filipina dan Maluku bagian utara berasal dari Samudera Pasifik. Variabilitas klorofil-a (chl-a) dapat dipengaruhi oleh suplay massa air dari suatu wilayah atau pengaruh interaksi atmosfer dan laut. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan pengaruh interaksi atmosfer-laut terhadap variabilitas chl-a secara spasial dan temporal. Data yang digunakan yaitu data citra satelit dengan periode 2003-2019 dan argo float. Hasil menunjukkan chl-a di Laut Filipina selalu berada dibawah 0,1 mg/m3 di sepanjang tahun dan Laut Maluku bagian utara mengalami peningkatan saat musim timur (0,27 mg/m3). Kenaikan chl-a di Laut Maluku bagian utara diikuti dengan kenaikan kecepatan angin (musim timur) yang menyebabkan Ekman Mass Transport (EMT). EMT bergerak kearah timur laut yang membawa massa air menjauhi pantai dan terjadi proses coastal upwelling. Coastal upwelling inilah menjadi faktor utama peningkatan chl-a di Laut Maluku bagian utara. Sebaliknya, kenaikan kecepatan angin di Laut Filipina tidak membangkitkan EMT dan tidak meningkatkan chl-a.  Chl-a yang stabil di sepanjang tahun di Laut Filipina membuktikan kecepatan angin kuat tidak terlalu dominan untuk mempengaruhi variabilitas chl-a. Rendahnya chl-a kemungkinan disebakan oleh massa air dari Samudera Pasifik yang dibawa oleh Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Water mass supply in the Philippine Sea and northern Maluku derived from the Pasific Ocean. The variability of chlorophyll-a (chl-a) was affected by the supply of water mass from the area or the impact of air and sea interactions. This study aimed to define the effect of air-sea interaction on the spatial and temporal variability of chl-a. The required data in this study was satellite image data with the period 2003-2019 and argo float. The results showed that chl-a in the Philippine Sea was always below 0.1 mg / m3 throughout the year and the northern Maluku Sea increased during the eastern monsoon (0.27 mg / m3). The increasing of chl-a in the northern Maluku Sea was followed by the increasing of wind speed (east monsoon) which impacted the Ekman Mass Transport (EMT). EMT moved to the northeast carrying the water mass away from the coast and turned up coastal upwelling process. Coastal upwelling was the main factor of chl-a increasing in the North Maluku Sea. In otherwise, wind speed increasing in the Philippine Sea caused vertical mixing (west monsoon) but did not increase chl-a. The stable value of chl-a throughout the years in the Philippine Sea verified that strong wind speeds are not too dominant to affect the variability of chl-a.. The low chl-a was probably caused by the water mass from the Pacific Ocean that carried by Indonesian Through Flow (ARLINDO).
Nilai Bahaya Rip Current untuk Wisata Pantai di Pantai Pangandaran, Jawa Barat Vira Annisa Rachma; Ankiq Taofiqurohman; Sri Astuty; Wahyuniar Pamungkas
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.32375

Abstract

Keselamatan para wisatawan adalah hal yang paling penting dalam mengelola kawasan wisata. Rip current merupakan bahaya yang signifikan bagi para pengunjung pantai dan telah memakan banyak korban di seluruh dunia. Riset ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai bahaya Rip Current serta mengidentifikasi waktu yang aman untuk wisata di Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Pelaksanaan riset berlangsung dari bulan Januari – Mei 2020. Metode riset yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pengolahan data dan penilaian bahaya rip current berdasarkan Rip Current Hazard Assessment Guide (RNLI-UK). Parameter yang digunakan dalam riset ini adalah tinggi dan periode gelombang pecah, kecepatan jatuh sedimen, dan nilai tunggang pasut. Hasil riset menunjukan bahwa nilai bahaya rip current di Kawasan Wisata Pantai Barat Pangandaran, Jawa Barat sebesar 3 sampai dengan 4; yang dikategorikan ke dalam tingkat berbahaya sampai tingkat sangat berbahaya dengan faktor yang paling mempengaruhi adalah tinggi gelombang. Nilai bahaya rip current tertinggi (sangat berbahaya) berada di Bulan Juni hingga Oktober. Waktu yang dinilai relatif lebih aman untuk wisata berdasarkan hasil assesment nilai bahaya rip current adalah pada Bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, November serta Desember.The safety of tourists is the most important thing in tourism management. Rip current is a significant danger for beach visitors and has many casualties around the world. This research aims to get an index of Rip Current and identify the safety period for tourism in Pangandaran Beach. This research was conducted from January – May 2020. Methods of this research were using quantitative method. Processing data and getting an index for hazardous of Rip Current based on the Rip Current Hazard Assesment Guide (RNLI-UK). The parameters used in this research are height and period of the breaker wave, sediment fall velocity, and tide range. The result of this research are shown as an index of rip current’s hazardous 3 to 4; whereas 3 means hazardous and 4 as categorized very hazardous with the wave height as the most affecting factor. The safety periods for tourism based on the results of an index for hazardous occurs in January, February, March, April, May, November, and December.  
Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) Di Sekitar Muara Sungai Musi Sumatera Selatan Wike Ayu Eka Putri; Anna Ida Sunaryo Purwiyanto; Fitri Agustriani; Fauziyah Fauziyah; Lilik Maslukah; Yulianto Suteja
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.27267

Abstract

Muara Sungai Musi dan Pulau Payung adalah kawasan bagian hilir Sungai Musi yang menerima banyak masukan limbah dan bahan pencemar akibat aktifitas di sepanjang aliran sungai. Polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) adalah salah satu komponen pencemar organik yang keberadaannya mengancam kehidupan biota perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa PAH pada sampel air laut dan sedimen yang berasal dari Muara Sungai Musi dan sekitar Pulau Payung. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juli 2019. Contoh air laut diambil dengan water sampler pada 5 stasiun penelitian dan contoh sedimen diambil menggunakan ekman grab pada 8 stasiun penelitian. Kadar PAH dianalisa dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC), cara kerja merujuk pada APHA (2017) 6440 B divalidasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan PAH total dalam sampel air Muara Sungai Musi dan sekitar Pulau Payung berkisar antara batas minimum deteksi alat (<0,004)-0,0,62 ppb. Adapun kandungan PAH total dalam sampel sedimen berkisar antara 11,92-558,41 ppb. Secara keseluruhan terlihat bahwa kandungan PAH dalam sampel air dan sedimen yang berasal dari Sungai Musi dan sekitar Pulau Payung masih aman bagi organisme. Musi River Estuary and Payung Island are the downstream areas of the Musi River which receive a lot of inputs of waste and pollutants due to activities along the river flow. Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) is one component of organic pollutants which dangerous for the aquatic organism. This study aims to identify the PAHs compounds in seawater and sediment samples from the Musi River Estuary and around Payung Island. Sampling was carried out in July 2019. Seawater samples were taken with a water sampler and sediment samples were taken using ekman grab at 7 research stations. PAH levels were analyzed by High Performance Liquid Chromatography (HPLC), the method refers to APHA (2017) 6440 B. The results showed that the PAH content in the Muara River Musi water samples and around Payung Island ranged from under detection limit(<0,004)-0.62 ppb. The PAH content in sediment samples ranged from 11.92-558.41 ppb. Overall PAHs content in water and sediment samples from the Musi River and around Payung Island are still good for the aquatic organism.
Pemetaan Bahaya Tsunami Wilayah Kabupaten Serang Bagian Barat Menggunakan Sistem Informasi Geografis Padma Paramita; Sesa Wiguna; Fathia Zulfati Shabrina; Aida Sartimbul
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.37228

Abstract

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi tinggi akan kejadian tsunami. Salah satu wilayah tersebut adalah Kabupaten Serang bagian barat. Saat ini evolusi teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat dimanfaatkan untuk membantu upaya mitigasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi tsunami dan menyediakan peta bahaya tsunami sebagai salah satu upaya mitigasi bencana berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) berdasarkan panduan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode matematis yang dikembangkan oleh Berryman-2006. Metode ini merupakan metode yang sederhana namun cukup akurat dalam memperkirakan daerah yang berpotensi terdampak tsunami. Data Digital Elevation Model (DEM) dan shapefile rupa bumi yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial (BIG) Indonesia merupakan data utama yang digunakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi bahaya tsunami di Kabupaten Serang bagian barat terdiri dari 3 kelas yaitu kelas rendah, sedang, dan tinggi yang didominasi oleh kelas bahaya tinggi dengan total luas area terdampak sebesar 377,64 ha. Peta bahaya tsunami ini selanjutnya dapat dijadikan sebagai salah satu basis informasi dalam perencanaan mitigasi bencana di Kabupaten Serang.  Indonesia is a country that has a high potential for tsunami events. One of these areas is the western part of Serang Regency. Currently, the evolution of remote sensing technology and Geographic Information Systems (GIS) can be utilized to assist mitigation efforts. The purpose of this study is to analyze the potential for tsunamis and provide a tsunami hazard map as one of the efforts to mitigate disasters based on Geographic Information Systems (GIS) based on guidelines from the National Disaster Management Agency (BNPB). The method used in this research is a mathematical method developed by Berryman-2006. This method is a simple but fairly accurate method for estimating areas potentially affected by a tsunami. Digital Elevation Model (DEM) data and the shapefile of the earth's appearance sourced from the Indonesian Geospatial Information Agency (BIG) are the main data used. The results of the analysis show that the potential tsunami hazard in the western part of Serang Regency consists of 3 classes, namely low, medium, and high classes which are dominated by high hazard classes with a total area of 377.64 ha affected. This tsunami hazard map can then be used as one of the information bases in disaster mitigation planning in Serang Regency.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2021 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 3 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 2 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 1 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 2 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 1 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 3 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 2 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 1 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 2 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 1 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 2 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 2 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 1 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 1 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 2 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 1 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 2 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 1 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 3, No 1 (2014): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 4 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 3 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 2 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 5 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 3 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 2 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 1 (2011): Buletin Oseanografi Marina More Issue