cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl Prof Soedarto, SH Kampus Tembalang, Semarang 50275
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 26210525     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Arjuna Subject : -
Articles 191 Documents
The Effect of Immersion Doses of Hybrid Coconut Water on Guppy (Poecillia reticulata) to Increase the Male Larvae Percentage Dio Gilang Sulistyo; Titik Susilowati; Seto Windarto
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 5, No 1 (2021): SAT Edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v5i1.9741

Abstract

Abstract Guppy fish is one type of ornamental fish that has its charm where it has beautiful colours and a slender body shape. Male guppy fish are more attractive, have more beautiful colour patterns, longer tail fins, and a slimmer body than female guppies. Hence, their selling price is much higher and is in demand in the market in the ornamental fish industry. One way that can be done to produce male guppy fish is by using the sex reversal or masculinization method. The sex reversal method that can be used is to use a solution of young hybrid coconut water (Cocos nucifera) with different doses. The immersion process will affect the percentage of male sex in guppy fish because in the young coconut water solution there is a content of potassium which plays a role in the sex reversal process which functions to regulate testosterone regulation in the body and direct the work of androgens. The purpose of this study was to determine the effect of young coconut water on the sex ratio of male guppies resulting from the immersion of female broodfish and to determine the best dose for the success rate of masculinization of guppy fish. The research was conducted from April to June 2020 in guppy fish farmers in Sidomulyo Village, East Ungaran District, Semarang Regency. The test animal used was the Black Moscow fish. This study used an experimental method with a completely randomized design of 4 treatments and 3 replications. Treatment of different immersion doses of young coconut water solution used were A (without immersion), B (40%), C (45%), D (50%). The data observed included the percentage of the male sex, survival rate and water quality. The results obtained from the research showed that the percentage value of male guppy fish was treated A (50.57 ± 3.48%), B (84.90 ± 2.55%), C (90.42 ± 1.67%), D (96.90 ± 1.34%). The results of the survival rate are treatment A (98.91 ± 0.95%), B (95.58 ± 2.48%), C (91.25 ± 3.46%), D 84.36 ± 3.62 %. The results of water quality observations were in the form of temperatures ranging from 26.9-28.9 ℃, pH (7.2-7.9), and DO ranging from 3.5-5.5 mg/ L. The conclusion was that immersion of young coconut water solution in pregnant guppy broods with different doses had a significant effect (P <0.05) on the percentage of the male sex. The best treatment was treatment D (50%) which resulted in the percentage value of male sex 96.90 ± 1.34%. Keywords: Black Moscow, potassium, masculinization, androgen hormone
Peran Kromium (Cr) dalam Pakan Buatan Terhadap Tingkat Efesiensi Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan Lele (Clarias sp.) Beucita Juvenillania Puteri; . Subandiyono; Sri Hastuti
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 2 (2020): SAT edisi September
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v4i2.6053

Abstract

Lele merupakan salah satu spesies ikan air tawar dengan kandungan protein dan nilai ekonomis yang tinggi. Lele bersifat omnivora cenderung karnivora dan mempunyai kadar insulin yang lebih rendah. Kadar insulin yang lebih rendah menyebabkkan rendahnya kemampuan dalam memanfaatkan karbohidrat, sehingga pertumbuhan ikan menjadi lambat. Penambahan kromium dalam pakan ikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan karbohidrat untuk ikan lele. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 Mei-14 Juni 2019 di Balai Benih Ikan (BBI) Ungaran, Jawa Tengah. Benih lele sebanyak 200 ekor (10 ekor pada setiap ulangan) dengan rerata bobot sebesar 6,34±0,26 g/ekor. Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan A, B, C dan D adalah pakan uji dengan kandungan kromium () masing-masing sebesar 2, 4, 6 dan 8 mg/kg. Variabel yang diukur adalah total konsumsi pakan (TKP), kecernaan protein, efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), rasio efisiensi protein (PER), pertumbuhan (RGR) dan data pendukung yaitu kelulushidupan (SR) dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kromium dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai TKP, kecernaan protein, EPP, PER, dan RGR, namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap SR. Perlakuan paling tinggi pada perlakuan C (6mg/kg) yang mampu menghasilkan nilai TKP, kecernaan protein, EPP, PER, dan RGR yang masing-masing sebesar 220,35±1,07 g, 99,69%, 54,54±2,29%, 1,91±0,08%, dan 4,63±0,27%, dengan nilai parameter kualitas air selama penelitian masih berada dalam kisaran layak untuk kehidupan ikan lele. Dosis optimal kromium dalam pakan untuk tingkat efisiensi pakan dan pertumbuhan lele sebesar 6,21-6,69 mg /kg pakan.
Penngaruh Pemberian Pakan Alami yang Berbeda dari Jenis Zooplankton (Artemia salina, Brachionus rotundiformis dan Oithona similis) terhadap Performa Pertumbuhan Phronima sp. Muhammad Burhanuddin Yusuf; Suminto Suminto; Vivi Endar Herawati
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 2 (2020): SAT edisi September
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v4i2.6475

Abstract

Phronima sp. merupakan salah satu hyperiid amphipoda yang berpotensi digunakan sebagai pakan alami untuk ikan dan udang. Phronima sp. memiliki habitat persebaran yang sangat luas mulai dari perairan laut hingga estuari. Tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda dari jenis zooplankton (A. salina, B. rotundiformis dan O. similis) dan mendapatkan jenis zooplankton terbaik sebagai pakan alami terhadap performa pertumbuhan Phronima sp. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP), Jepara. Phronima sp. yang digunakan sebagai organisme uji merupakan koleksi yang dimiliki oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP), Jepara. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu perlakuan A (A. salina), perlakuan B (B. rotundiformis) dan perlakuan C (O. similis) dengan 4 pengulangan. Phronima sp. dikultur dengan kepadatan awal 3 ind/L pada masing-masing perlakuan selama 20 hari dimana setiap 4 hari sekali dilakukan sampling kepadatan populasi. Pakan alami yang diberikan untuk masing-masing perlakuan adalah sama, yaitu berdasarkan bobot biomassa sebesar 720 µg/L. Konversi akhir jumlah pakan yang diberikan pada perlakuan A (A. salina): 240 ind/L, B (B. rotundiformis): 6400 ind/L, dan C (O. similis): 1300 ind/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan alami dari jenis zooplankton yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap populasi total, populasi juvenile, populasi betina bertelur, laju pertumbuhan populasi dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap populasi Phronima sp. stadia dewasa. Dari ketiga jenis zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami tidak ditemukan jenis terbaik, tetapi perlakuan B (B. rotundiformis) menunjukkan hasil tertinggi daripada perlakuan yang lain dengan menghasilkan jumlah individu diakhir pemeliharaan sebanyak 96,30±5,10 ind/L (terdiri dari stadia juvenile 76,84±4,45ind/L, stadia dewasa 15,58±1,77 ind/L dan stadia betina bertelur 3,92±0,57 ind/L), serta laju pertumbuhan populasi sebesar 17,33±0,27 %.Kata Kunci : Phronima sp.; pakan alami; performa pertumbuhan
Analisis parameter biologis (kelimpahan plankton, bod) pada budidaya udang windu (Penaeus monodon) bersama rumput laut (Gracillaria sp.) dan kerang hijau (Perna sp.) dengan sistem imta (Integrated Multitrophic Aquaculture) Rarin Silma Isnaini; Sri Rejeki; Tita Elfitasari
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 5, No 1 (2021): SAT Edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v5i1.5469

Abstract

Integrated Multi-throphic Aquaculture (IMTA) is a system in cultivation that prioritizes balance in its maintenance. The IMTA system is a cultivation method that utilizes feed residues that can be utilized by organism from the remaining feed biota at higher levels of trophic can be utilized by biota with lower trophic levels. This study aims to analyze the biological parameters with different densities of seaweed and green mussels and the best stocking densities for the growth and survival of tiger shrimp. The test animals used were PL 30 tiger shrimp with a range of sizes from 0.03 to 0.08 grams / larvae. Stocking density of tiger shrimp is 80 larvae / m2. The method used is the experimental method and complete randomized design with factorial design design with 9 treatments and 4 replications. The seaweed stock density treatment is 50, 100 and 150 grams while the stock of green seaweed stock is 30, 60, and 90 grams. The results showed that the highest growth rate and survival rate was found in treatment A1B1 with 50 grams of seaweed stocking density and 30 grams of green mussel with RGR value of 67.11% / day and the best SR of 88.75%. Phytoplankton found included 2 classes, namely Bacillariophyceae, and Cyanophyceae. Phytoplankton which dominates each treatment is found in the Bacillariophyceae class. The highest plankton abundance is found in A1B1 treatment with 50 grams of seaweed stock density and 30 grams of green mussels. BOD values in each treatment ranged from 4.5 to 7.1 mg /l.
Pengaruh Lama Perendaman Larutan Teh HIjau (Camellia sinensis) terhadap Derajat Pembuahan dan Perkembangan Embrio Ikan Patin (Pangasius pangasius) fikih rosalina pratiwi; Slamet Budi Prayitno; Ristiawan Agung Nugroho
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 2 (2020): SAT edisi September
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v4i2.6803

Abstract

Ikan patin (Pangasius pangasius) merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang potensial untuk dibudidayakan karena memiliki performa reproduksi yang baik, salah satunya yaitu fekunditas tinggi. Namun telur ikan patin bersifat lengket (adhesif) yang mengakibatkan telur saling menempel sehingga tidak dapat terbuahi secara maksimal. Teh hijau (Camellia sinensis) mengandung senyawa tanin yang dapat mengurangi daya rekat telur. Proses lama perendaman akan mempengaruhi nilai derajat pembuahan telur ikan patin karena diduga teh hijau dimana memiliki ambang batas tertentu dapat berubah menjadi racun karena akumulasi dosis dan waktu dapat menjadi racun karena reaksi-reaksi kimia yang ditimbulkan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji pengaruh lama perendaman larutan teh hijau terhadap pengurangan daya rekat telur. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lama perendaman larutan teh hijau (C. sinensis) terhadap derajat pembuahan dan perkembangan embryo ikan patin dan waktu terbaiknya. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 08 April–08 Mei 2019 di Loka PBIAT Ngrajek, Magelang-Jawa Tengah. Hewan uji yang digunakan yaitu 1656 butir telur ikan patin (P. pangasius) dengan bobot ±0,0024 gram dan diameter telur ±1mm. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan yakni Perlakuan A (kontrol), Perlakuan B (30 detik), Perlakuan C (60 detik), dan Perlakuan D (90 detik). Data yang diamati meliputi fekunditas, derajat pembuahan, proses embriologi, derajat penetasan dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai derajat pembuahan maksimal diperoleh Perlakuan B (30 detik) sebesar 46,90±2,23% berbeda dengan perlakuan A (0 detik) sebesar 28,15±2,23%, C (60 detik) sebesar 23,45±1,02% dan D (90 detik) sebesar 19,46±0,71%. Perkembangan telur maksimal diperoleh pada Perlakuan A yaitu perkembangan sampai dengan fase organogenesis. Hasil pengukuran kualitas air variabel suhu adalah 27,2-29,5˚C, DO 4,3-6,3 mg/L dan pH konstan 7. Simpulan yang dapat diambil adalah lama perendaman larutan teh hijau pada telur ikan patin memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap derajat pembuahan.Kata kunci:   Teh Hijau, Lama Perendaman, Adhesifitas, Telur, Ikan Patin (Pangasius pangasius)
PENGARUH CAHAYA DENGAN PANJANG GELOMBANG YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS WARNA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus BLEEKER) DENGAN SISTEM RESIRKULASI Sandhika Yoga Virgiawan; Istiyanto Samidjan; Sri Hastuti
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 2 (2020): SAT edisi September
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v4i2.6420

Abstract

Ikan botia (C. macracanthus Bleeker) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang populer dan memiliki permintaan pasar yang tinggi. Permintaan pasar yang tinggi tidak hanya mengenai kuantitas botia, tetapi harus ditunjang dengan kualitas dari ikan botia juga. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas botia khususnya kualitas warna ikan botia yaitu penambahan lampu LED merah. Penambahan lampu LED merah mampu meningkatkan kualitas warna merah ikan dengan low cost production, dan tidak menyebabkan ikan menjadi stres. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2019 di Laboratorium Budidaya Perairan, Universitas Diponegoro, Semarang. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh cahaya warna merah dan mencari panjang gelombang terbaik untuk meningkatkan kualitas warna ikan botia. Serta untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan botia. Ikan uji yang digunakan adalah ikan botia dengan bobot rata-rata 0,76 g, berukuran 4-5 cm. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu perlakuan A penambahan cahaya dengan panjang gelombang (435 nm), B (646,5 nm), C (664,5nm), dan D (706,1 nm). Variabel yang diukur meliputi : tingkat stres (jumlah leukosit), kelulushidupan (SR), panjang mutlak, bobot mutlak, kualitas warna, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan lampu LED warna merah memiliki pengaruh nyata (P0,05) terhadap jumlah leukosit dan kelulushidupan (SR). Penambahan lampu LED warna merah (646,5 nm) dengan sistem resirkulasi berpengaruh terhadap kualitas warna dan performa pertumbuhan yang bagus pada ikan botia.
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN BENIH KERAPU CANTANG (Epinephelus fuscoguttatus >< lanceolatus) Yuftahul Azis; Subandiyono Subandiyono; Suminto Suminto
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 5, No 1 (2021): SAT Edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v5i1.9284

Abstract

Cantang grouper juveniles are fish that have a habit of being cannibalistic if the feed needs are not met, this tends to occur at the juveniles stage. So that in the maintenance of cantang grouper juveniles, it is necessary to provide the right frequency of feeding, because with the right frequency of feeding it will be able to meet the nutritional needs of the cantang grouper juveniles which are expected to increase the growth and survival of the grouper juveniles. The aim of this study was to examine the effect of feeding frequency on the growth and survival of Cantang grouper juveniles (Epinephelus fuscoguttatus> <lanceolatus). This study consisted of four treatments, namely treatment A (3 times a day), B (4 times a day), C (5 times a day) and D (6 times a day). Each treatment had three replications. The method used in this research is experimental research with a completely randomized design (CRD). Some of the variables measured were the level of feed consumption (TKP), feed utilization efficiency (EPP), protein efficiency ratio (PER), and relative growth rate (RGR), survival rate (SR). The results showed that feeding had a significant effect on the variable rate of feed consumption (TKP), feed utilization efficiency (EPP), protein efficiency ratio (PER), and relative growth rate (RGR), survival rate (SR), which was known as treatment. D (6 times a day) is the best treatment with TKP results of 58.37 ± 1.89 grams, EPP of 87.57 ± 2.46%, PER of 1.75 ± 0.05%, RGR of 5.14 ± 0.20%, and the highest SR was 96.67 ± 2.89%. Based on the results of this study, it can be concluded that treatment D in the form of feeding with a frequency of 6 times a day is the best treatment in increasing the growth and survival rate of Cantang grouper juveniles.
Effect of Cinnamon Leaves (Cinnamomun burmannii) Extract in the Diet on Growth Performances and Survival Rate of Milkfiish (Chanos chanos) Juveniles Marelin Kusumastuti; Subandiyono Subandiyono; Sri Hastuti
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 5, No 1 (2021): SAT Edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v5i1.9845

Abstract

One of the problems that often occur in milkfish farmers is the inadequate use of diet protein for growth. Due tu a larger proportion of diet protein is utilized as energy by fish. Cinnamomun leaves extract (C. burmannii) contains the active ingredients of polyphenol and synnamaldehyde compounds which are thought to threaten body contents from diet fats and carbohydrates. So that diet fats and carbohydrates are expected to be used more efficiently as a substitute for diet protein energy. The purpose of this study was to examine the role of polyphenol and synnamaldehyde compounds in cinnamomun (C. burmannii) leaves extract to increase the growth and survival of milkfish (C. chanos). The study consisted of four treatments, namely A (0 g/kg diet), B (0.5 g/kg diet), C (1 g / kg diet), and D (2 g/kg diet) the treatment was repeated three times. The results showed that the additions of cinnamomun leaves extract in the diet at different doses had a significant effect (P <0,05) on the level of diet consumption, efisiency diet utilizen, protein efficiency ratio, and relative growth rate, but the same (P >0,05) for the survival rate. Treatment B (0.5 g/kg diet) gave the highest results for level of diet consumption, efisiency diet utilizen, protein efficiency ratio, and relative growth rate, wich are 77.18 ± 1.41 g, 47.32 ± 10.32%, 1.18 ± 0.26%, and 0.95 ± 0.26%. Based on the results obtained, the best dose of cinnamomun leaves extract (C. burmannii) is 0.5 g/kg diet. Keyword: Cinnamomun Leaves, Extract, Growth., Survival Rate, Milkfish, Juvenille  
PENGARUH TINGKAT KEPADATAN TELUR YANG BERBEDA TERHADAP EMBRIOGENESIS, LAMA WAKTU PENETASAN DAN DERAJAT PENETASAN TELUR IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) Ziadah Alfath; Fajar Basuki; Ristiawan Agung Nugroho
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 2 (2020): SAT edisi September
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v4i2.4643

Abstract

Proses penetasan telur merupakan salah satu fase yang menentukan keberhasilan budidaya ikan. Daya tetas telur yang tinggi dengan kualitas telur yang baik akan menjadikan produksi larva tawes dengan kualitas yang baik. Permasalahan dari produksi dalam budidaya ikan tawes hanya mampu menghasilkan telur sebanyak 10.000 dengan daya tetas yang rendah yaitu sebesar 22%. Sebagai upaya peningkatan derajat penetasan telur ikan tawes yaitu dengan perlakuan tingkat kepadatan yang berbeda pada setiap wadah penetasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kepadatan yang berbeda terhadap perkembangan telur dan derajat penetasan telur ikan tawes (B.gonionotus), untuk mengetahui kepadatan yang optimal bagi penetasan telur ikan tawes. Penelitian dilaksanakan Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Ngrajek, Magelang, Jawa Tengah pada Bulan Maret-April 2018. Bahan uji yang digunakan adalah telur ikan tawes (B.gonionotus) hasil pemijahan di Balai. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan yakni, kepadatan dalam 10 liter air A (10 butir/liter air), B (20 butir/liter air), C (30 butir/liter air), D (40 butir/liter air). Variabel yang diukur meliputi: Pengamatan perkembangan telur secara deskriptif, waktu penetasan (menit), derajat penetasan (HR) dan kualitas air. Data derajat penetasan dianalisis dengan analisis ragam, apabila berpengaruh maka dilakukan uji wilayah ganda Duncan untuk mengetahui beda antar perlakuan untuk menentukan perlakuan terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepadatan yang berbeda berpengaruh nyata (F hitung > F tabel) terhadap parameter uji. Hasil perkembangan embrio tercepat diperoleh perlakuan C dan D secara bersamaan, derajat penetasan tertinggi diperoleh perlakuan B yaitu sebesar 89,83±3,55.
PERFORMA PERTUMBUHAN, KELULUSHIDUPAN DAN KONVERSI PAKAN BENIH LELE (Clarias var.) HASIL HIBRIDISASI RESIPROKAL STRAIN DUMBO DAN MUTIARA UKURAN 1-2 CM Ristiawan Agung Nugroho
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 5, No 1 (2021): SAT Edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v5i1.10728

Abstract

Pertumbuhan ikan lele (Clarias var.) semakin menurun, sehingga perlu dilakukan upaya pemuliaan melalui hibridisasi strain Dumbo dan Mutiara untuk memperbaiki performa pertumbuhan, kelulushidupan dan konversi pakan. Lele strain mutiara memiliki keunggulan komparatif pada karakter pertumbuhan, efisiensi pakan, keseragaman ukuran, dan ketahanan terhadap penyakit. Lele strain dumbo memiliki keunggulan relatif yaitu telah mampu beradaptasi dengan baik pada perairan umum. Hibridisasi resiprokal dilakukan untuk mencari peluang menghasilkan keturunan terbaik yang berasal dari penggabungan genotipe umum, khusus dan silang balik dari strain lele mutiara dan dumbo. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji performa karakter pertumbuhan, kelulushidupan dan konversi pakan benih lele sebar ukuran 1 - 2 cm. Metode eksperimental digunakan dengan rancangan acak lengkap terdiri dari 4 perlakuan dan 5 kali ulangan dengan perlakuan A: ♂dumbo x ♀dumbo, B: ♂mutiara x ♀dumbo, C:  ♂dumbo x ♀mutiara, dan D: ♂mutiara x ♀mutiara. Hasil penelitian menunjukkan hasil terbaik pada hibrid hasil persilangan ♂dumbo x ♀mutiara, yaitu pada variabel pengamatan Total Konsumsi Pakan 33,12±0,80g, Rasio Efisiensi Protein 0,88±0,20%, pertumbuhan panjang 4,25±0,25cm, pertumbuhan bobot 2,34±0,25g. Namun untuk variabel kelulushidupan, inbrid ♂mutiara x ♀mutiara menunjukkan hasil terbaik yaitu 78±16,81 %, sedangkan pada FCR tidak berbeda nyata untuk semua hibrid dan inbrid. Berdasarkan hasil tersebut, persilangan antara ♂dumbo x ♀mutiara menghasilkan keturunan dengan performa terbaik.Kata kunci: Konversi pakan, Hibridisasi, Resiprokal, Lele Dumbo, Lele Mutiara

Page 7 of 20 | Total Record : 191