cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl Prof Soedarto, SH Kampus Tembalang, Semarang 50275
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 26210525     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Arjuna Subject : -
Articles 191 Documents
Pengaruh kadar protein pakan yang berbeda dengan rasio E/P 8,5 kkal/g protein terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) Sefti Wulanningrum; Subandiyono Subandiyono; Pinandoyo Pinandoyo
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 3, No 2 (2019): SAT Edisi September
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.265 KB) | DOI: 10.14710/sat.v3i2.3265

Abstract

Feed utilization by tilapia (Oreochromis niloticus) was less optimal. Feed utilization efficiency (FUE) by tilapia could be improved by feed them with the suitable E/P ratio value of feed. This studi was aimed to examine the effect of various dietary protein with the E/P ratio of 8,5 kcal/g protein on the growth of nile tilapia. The experimental fish used was nile tilapia with the average body weight of 0,50±0,02 g/fish. The feed was given three times a day i.e. at 8.00 am, 12.00, and 4.00, pm by applied at satiation method. The experimental fish was maintained for 35 days with the density of 1 fish/l. The experiment used was completely randomized design with 4 treatments and 3 replicates. The treatments A, B, C, and D were trial feeds with protein content of 28, 30, 33, and 36% with DE content 240, 255, 280.5, and 306 kcal, respectively. The variables measured were total feed consumption (TFC), ratio efficiency protein (REP), specific growth rate (SGR), and survival rate (SR). The data showed that various dietary protein with equal E/P ratio resulted significantly effect (P<0,05) on FUE, REP, and SGR; but did not significantly effect (P>0,05) on TFC and SR. The TFC values of A, B, C, and D were 17,84±1,24, 18,70±0,28, 17,42±0,53, and 18,65±0,34 g; FUE values were 27,20±2,49, 38,19±3,84, 41,05±1,74, and 44,49±5,60%; REP values were 0,96±0,09, 1,28±0,13, 1,26±0,05, and 1,25±0,16%; and SGR values were 1,46±0,08, 1,94±0,28, 1,95±0,08, and 2,05±0,30%/day. The SR values of A, B, C and D were 100±0,00, 97,78±3,85, 97,78±3,85, and 95,33±4,04%, respectively. It was suggested that the increase of dietary energy and protein with a certain level of E/P ratio could improve the feed utilization efficiency and growth of tilapia
Penambahan kandidat probiotik Bacillus methylothrophicus secara berkala pada media pemeliharaan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan nila (Oreochromis niloticus) Femy Musthofa Ardy; Desrina Desrina; Alfabetian Harjuno Condro Haditomo
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 3, No 2 (2019): SAT Edisi September
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.233 KB) | DOI: 10.14710/sat.v3i2.4069

Abstract

Aeromonas hydrophila is a bacteria that causes of MAS disease (motile aeromonad septicemia) in freshwater fish cultivation and can cause mass death in a fairly short period of time in some species including tilapia. There are several alternative strategies in prevention, one of which is the use of probiotic bacteria as agents for controlling or preventing this disease. One candidate for probiotics that has been molecularly identified as 16sRNA and is known to have the ability to inhibit pathogenic bacteria is B. methylotrhrophicus. The aim of this research was to study B.methylotrophicus in inhibiting  A. hydrophila in Oreochromis niloticus culture. This research consisted of in vitro and in vivo test that used experiment method with completely randomized design with 4 treatments (density of 1 fishes/l) and 3 replications. The treatment consisted of a mixture of A. hydrophila 102 CFU/mL with B. methylotrophicus 109 CFU/mL (a) without addition of B. methylotrophicus (b) Addition every 3 days, (c) Addition every 5 days, (d) Addition every 7 day. 120 fishes at average weight of 17,5±1,9 g was used as experimental animals. Based on the in vitro test, the most powerful concentration of B. methylotrophicus to inhibit A. hydrophila was 109 cfu/mL with clear zone of 24,9±4,2 mm. In vivo tests show that the addition of B. methylotrophicus periodecally does not significantly affect survival rates, but can slow the gowth of A. hydrophila. Treatment D showed the highest survival rate (13.33%), followed by treatment A (6.66%), B (3.33%), and C (3.33%). These results indicate that B.methylotrophicus can prevent the gowth of A. hydrophila in vitro, and can increase SR by 6.66% in the in vivo test.
Pengaruh Prosentase Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) dalam Pakan Buatan dan Chaetoceros calcitrans terhadap Performa Petumbuhan Oithona similis Masfuah Masfuah; Suminto Suminto; Subandiyono Subandiyono
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 1 (2020): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.893 KB) | DOI: 10.14710/sat.v4i1.7263

Abstract

Oithona sp. merupakan salah satu zooplankton dari kelas crustacean atau udang-udangan yang memiliki kandungan protein dan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan dengan artemia. Oithona sp. memiliki kandungan EPA (Eicosapentaeonic Acid) hampir sama dengan rotifer, tetapi kandungan DHA (Docosahexaenoic Acid) dalam Oithona jauh lebih besar dari rotifer. Kuantitas dan kualitas pakan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan reproduksi dan pertumbuhan Oithona. Pakan yang sesuai akan menghasilkan performa pertumbuhan yang baik bagi Oithona. Kultur Oithona masih memerlukan pakan fitoplankton, namun dalam kultur fitoplankton membutuhkan waktu dan biaya yang relatif mahal. Pakan buatan yang diperkaya dengan tepung cacing tanah dapat diberikan untuk pakan O. similis karena Oithona termasuk jenis crustacea. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh dan perlakuan terbaik pakan buatan yang diperkaya dengan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap performa pertumbuhan Oithona similis. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri atas 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah 50% Chaetoceros calcitrans dan 50% pakan organik (pakan buatan dan tepung cacing tanah), dengan kombinasi antara pakan buatan dan tepung cacing tanah adalah (A) 50% : 0%, (B) 45% : 5%, (C) 40% : 10%, (D) 35% : 15% dan (E) 30% : 20%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengkayaan pakan buatan dengan tepung cacing tanah berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kepadatan total dan stadia dewasa, laju pertumbuhan populasi, laju pertumbuhan spesifik dan produksi telur Oithona similis. Perlakuan A dan B memberikan nilai terbaik pada kepadatan total 7,70±0,10 ind dan 8,87±0,25 ind, laju pertumbuhan 0,102±0,001 ind/hari dan 0,109±0,001 ind/hari, laju pertumbuhan spesifik 22,74±0,42 %/hari dan 23,39±0,38 %/hari, dan produksi telur 19,33±1,53 telur/ind dan 21,67±1,53 telur/ind.
PENGARUH PERDEDAAN DOSIS PAKAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN CACING SUTRA (Tubifex sp) Umidayati Umidayati; Sinung Rahardjo; Ilham Ilham
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 1 (2020): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (855.618 KB) | DOI: 10.14710/sat.v4i1.7230

Abstract

Keberhasilan budidaya ditentukan oleh pakan yang berkualitas baik khususnya yaitu pada fase pembenihan. Pakan yang baik merupakan pakan yang berkualitas tinggi sehingga dapat memberikan nutrien dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan larva. Pakan alami yang biasa digunakan adalah cacing sutra (Tubifex sp). Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentasi dosis pakan tehadap biomassa cacing sutra (Tubifex sp). Penelitian ini mengunakan metode eksperimen dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan variabel uji yaitu berupa perbedaan dosis pakan di antaranya 0, 5, 10, 15, dan 20 g yang diberikan selama 21 hari. Pakan yang diberikan merupakan hasil fermentasi dengan komposisi di antaranya yaitu silase ikan 25%, limbah sayuran 10%, dedak 25%, dan ampas tahu 40%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakukan E (20 g pakan) memiliki pertumbuhan mutlak rata-rata tertinggi yaitu sebesar 40,96±1,40 g/wadah dengan produtivitas tertinggi pula yaitu 446,36±11,67 g/m2/siklus. Hasil penelitian menunjukan  bahwa perlakukan E memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,005) terhadap pertumbuhan cacing sutra, menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan kelima perlakuan berbeda secara signifikan.KATA KUNCI: Cacing sutra, pakan organik, pertumbuhan.
Performa Kualitas Air, Pertumbuhan, dan Kelulushidupan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Sistem Akuaponik dengan Jenis Tanaman yang Berbeda Bella Manik Hapsari; Johannes Hutabarat; Dicky Harwanto
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 1 (2020): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.442 KB) | DOI: 10.14710/sat.v4i1.6425

Abstract

Ikan nila (Oreochromis niloticus) menjadi salah satu jenis ikan yang cukup ekonomis. Selain itu, ikan nila turut menjadi salah satu komoditas unggul dalam program nasional untuk pengembangan pasar lokal dan ekspor. Potensi pasar yang dimiliki ikan nila menjadi alasan pembudidaya meningkatkan produksi dengan budidaya intensif. Budidaya intensif tersebut berbanding lurus dengan limbah budidaya yang berasal dari feses hasil kegiatan fisiologi ikan. Limbah yang terakumulasi bersifat toksik dan dapat menurunkan kualitas air budidaya. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan limbah budidaya secara optimal selama proses pemeliharaan. Pengelolaan limbah budidaya dapat dilakukan melalui penerapan sistem resirkulasi dengan filter biologi berupa tanaman/disebut sistem akuaponik. Pemilihan kategori jenis tanaman tergantung pada lama waktu sistem akuaponik akan dijalankan. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu yang cukup singkat yaitu 30 hari masa pemeliharaan. Solusi untuk periode penelitian yang singkat tersebut adalah pemilihan biofilter tanaman yang bersifat low nutrient demand dengan daya serap, akumulasi, dan olah yang tinggi terhadap limbah budidaya, contohnya: pakchoi (Brassica rapa), kangkung air (Ipomoea aquatica), dan caisim (Brassica juncea). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis tanaman yang berbeda dan jenis tanaman yang paling efektif dalam penelitian ini untuk menjaga performa kualitas air, pertumbuhan, dan kelulushidupan ikan nila. Ikan uji yang digunakan memiliki panjang awal 9-11 cm dan rata-rata bobot awal 15,56±0,34 gram sejumlah 360 ekor untuk 12 wadah pemeliharaan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu tanpa sistem akuaponik (A), sistem akuaponik menggunakan tanaman pakchoi (B), sistem akuaponik menggunakan tanaman kangkung air (C), sistem akuaponik menggunakan tanaman caisim (D). Data yang dikumpulkan meliputi kualitas air ikan, laju pertumbuhan relatif/RGR ikan, rasio konversi pakan/FCR ikan, pertumbuhan tanaman, dan kelulushidupan/SR ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air, RGR, FCR, dan SR ikan nila perlakuan sistem akuaponik menggunakan tanaman kangkung air (C) mencapai nilai tertinggi yaitu VTR ammonia 94,97±6,21; 101,46±11,78; 107,36±12,05 g/m3/hari, RGR 1,23±0,05%/hari, FCR 1,63±0,09, dan SR 83,33±3,34%.Kata Kunci : Kualitas air, pertumbuhan, kelulushidupan, ikan nila, akuaponik.
APLIKASI KOMPOSISI FILTER YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA SISTEM RESIRKULASI Ayudya Wisma Hapsari; Johannes Hutabarat; Dicky Harwanto
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 1 (2020): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.854 KB) | DOI: 10.14710/sat.v4i1.6437

Abstract

      Ikan nila (Oreochromis niloticusmerupakan salah satu hasil perikanan air tawar unggul yang terjangkau sebagai komoditas program nasional untuk dijual di pasar domestik dan luar negeri, sehingga perlu adanya pemenuhan permintaan pasar. Budidaya padat tebar tinggi dapat meningkatkan produksi, namun dapat meningkatkan limbah nitrogen yang dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan bahkan kematian pada ikan. Sistem resirkulasi akuakultur dapat memperbaiki dan menggunakan kembali air dengan filter mekanik dan biologi. Spons dapat menyaring dan menahan kotoran, arang memiliki pori halus yang dapat menyerap molekul polutan air, serta zeolit memiliki struktur pori yang mampu bertukar ion. Kombinasi filter tersebut baik untuk memperbaiki kualitas air, sehingga perlu adanya kajian aplikasi komposisi filter agar dapat memperbaiki kualitas air, pertumbuhan dan kelulushidupan ikan nila. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh serta komposisi filter terbaik terhadap kualitas air, pertumbuhan dan kelulushidupan ikan nila. Penelitian ini menggunakan 20 ekor ikan setiap wadahnya dengan ukuran 8 cm dan bobot 10,23±1,6 g. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen rancangan acak lengkap (RAL), 4 perlakuan 3 ulangan. Komposisi filter yang digunakan yaitu kontrol (A), 25% arang + 75% zeolit (B), 50% arang + 50% zeolit (C), dan 75% arang + 25% zeolit (D). Data yang dikumpulkan yaitu kualitas air, nilai pengurangan total amonia nitrogen (TAN removal), volumetric TAN removal (VTR), total kelimpahan bakteri, laju pertumbuhan relatif (RGR), total konsumsi pakan (TKP), rasio konversi pakan (FCR) dan kelulushidupan (SR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi komposisi filter berpengaruh nyata terhadap TAN removal, VTR, total kelimpahan bakteri, RGR, TKP, FCR dan SR, perlakuan terbaik terdapat pada komposisi filter 25% arang + 75% zeolit (B) yaitu  97,53%, 50,69 g m-3 day-1, 2,35 x 104 CFU mL-1, 238,33 g, 2,67% day-1, 1,47 dan 95%.Kata Kunci : Ikan nila, sistem resirkulasi, komposisi filter, spons, arang kayu, batu zeolit.
Efektivitas Penambahan Ragi Roti (Saccharomyces cerevisiae) pada Pakan Buatan Ikan Tawes (Puntius javanicus) Terhadap Laju Pertumbuhan, Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan Kelulushidupan Desy Sumardiyani; Diana Rachmawati; Istiyanto Samidjan
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 1 (2020): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.908 KB) | DOI: 10.14710/sat.v4i1.5937

Abstract

Ikan tawes (Puntius javanicus) merupakan komoditas ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi tetapi memiliki kendala didalam budidaya yaitu pertumbuhannya lambat dan pemanfaatan pakan yang kurang efisien. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan penambahan ragi roti (S. cerevisiae) pada pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan S. cerevisiae pada pakan terhadap tingkat kosumsi pakan (TKP), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), laju pertumbuhan relatif (RGR) dan kelulushidupan. Materi yang digunakan adalah ragi roti (S. cerevisiae) yang dicampurkan pada pakan buatan ikan dengan cara disemprotkan dan setelah kering diberikan sebagai pakan ikan tawes. Penelitian dilakukan dengan metode ekperimental menggunakan rancangan acak lengap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu dengan dosis A (0 g/kg pakan), B (3 g/kg pakan), C (6 g/kg pakan) dan D (9 g/kg pakan). Hewan uji yang digunakan adalah ikan tawes (P. javanicus) sebanyak 120 ekor dengan bobot rata-rata 18,20±0,62 g/ekor. Wadah yang digunakan pada penelitian adalah hapa dengan ukuran 50x50x50 cm3 dengan padat penebaran ikan tawes pada perlakuan yaitu 1 ekor/2 liter. Ikan tawes diberi makan 3 kali sehari sebanyak 5% dari bobot biomassa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan S. cerevisiae pada pakan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasio konversi pakan (FCR) dan pertumbuhan spesifik (SGR) tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kelulushidupan. Hasil terbaik diperoleh pada pemberian pakan dengan dosis 3 g/kg pakan (B) dengan nilai rasio konversi pakan (FCR) 1,28±0,03, pertumbuhan spesifik (SGR) 5,90±0,09% dan kelulushidupan 95,00±8,66%. Kata Kunci : Saccharomyces cerevisiae, ikan tawes dan pertumbuhan
PENGARUH TRIPTOFAN DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP TINGKAT KANIBALISME DAN PERTUMBUHAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus). Vania Trisnasari; .Subandiyono Subandiyono; Sri Hastuti
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 1 (2020): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.022 KB) | DOI: 10.14710/sat.v4i1.6064

Abstract

Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu udang air tawar yang sudah dikembangkan sejak tahun 2000. Karakteristik yang signifikan terkait kelangkaan stok benih adalah sifat kanibalisme. Sifat kanibal biasanya muncul pada stadia benih terutama saat moulting. Upaya yang dapat dilakukan dengan penambahan triptofan dalam pakan. Triptofan merupakan asam amino esensial yang diduga dapat berperan sebagai pengendali kanibal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penambahan triptofan dalam pakan buatan terhadap tingkat kanibalisme dan pertumbuhan lobster air tawar. Udang uji yang digunakan adalah lobster air tawar dengan bobot 1,47±0,16 g/ekor. Pakan diberikan dengan metode relative feeding rate yaitu 3%. Benih dipelihara pada ember padat tebar 1 ekor/L. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan A, B, C, dan D adalah pakan buatan dengan dosis triptofan masing-masing sebesar 0, 1, 2, dan 3%. Variabel yang diamati meliputi total konsumsi pakan (TKP), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), protein efisiensi rasio (PER), laju pertumbuhan relatif (RGR), kelulushidupan (SR) dan tingkat kanibalisme (TK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa triptofan pada pakan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap TKP, EPP, PER, RGR, SR, dan TK. Perlakuan B (1%) menghasilkan nilai tertinggi pada TKP yaitu sebesar 16,54±0,91g, EPP 74,54±3,77%, PER 2,12±0,11%, RGR 1,99±0,16%, dan SR 82±8,37%, TK 10,00±7,07%. Dosis optimum untuk menekan tingkat kanibalisme dan meningkatkan pertumbuhan berkisar antara 1,55-1,61%. Parameter kualitas air selama penelitian berada pada kisaran yang layak untuk kehidupan benih lobster air tawar. Disimpulkan bahwa penambahan dosis triptofan dalam pakan buatan mampu menekan tingkat kanibalisme dan meningkatkan pertumbuhan benih lobster air tawar secara maksimal.
PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN HORMON TIROKSIN (T4) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA IKAN NILA PUTIH (Oreochromis niloticus) Rendy Andriawan; Fajar Basuki; Tristiana Yuniarti
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 1 (2020): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.881 KB) | DOI: 10.14710/sat.v4i1.5473

Abstract

ABSTRAKIkan nila merupakan salah satu jenis ikan bernilai ekonomis tinggi dan banyak dikonsumsi masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan rekayasa budidaya untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu perendaman tiroksin dan mengetahui lama waktu perendaman tiroksin yang terbaik digunakan untuk memacu pertumbuhan dan kelulushidupan larva nila putih. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Ikan Siwarak (BBI) Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, pada bulan Oktober-November 2018. Ikan uji yang digunakan adalah larva ikan nila putih yang telah lepas kuning telur. Pemeliharaan dilakukan selama 35 hari. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu A direndam tiroksin 0,1 mg/L selama 0 menit (kontrol), B direndam tiroksin 0,1 mg/L selama 12 jam, C direndam tiroksin 0,1 mg/L selama 24 jam, D direndam tiroksin 0,1 mg/L selama 36 jam. Variabel yang diukur meliputi, pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik, kelulushidupan, dan kualitas air. Nilai terbaik pertumbuhan bobot mutlak adalah C 1,05±0,21g. Nilai terbaik laju pertumbuhan spesifik adalah C 10,20±0,54%/hari. Nilai terbaik pertumbuhan panjang mutlak adalah C 36,03±2,59cm. Nilai terbaik kelulushidupan adalah B 92,22±0,96% tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan. Dengan demikian lama waktu perendaman tiroksin berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak, laju pertumbuhan spesifik, dan pertumbuhan panjang mutlak larva nila putih namun tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kelulushidupan larva nila putih. Lama waktu perendaman terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan larva nila putih adalah 24 jam.Kata kunci : Lama Waktu Perendaman; Tiroksin; Pertumbuhan; Kelulushidupan; Nila PutihABSTRACT Tilapia fish is one kind fish of high economical value and widely consumed by society. In this regard, cultivation needs to be done to meet the demands and demands of the community. The study aims to determine the long-term influence of thyroxine and the long-time immersion of thyroxine is best used to spur the growth and livelihoods of white tilapia larvae. This research was conducted in the Siwarak Fish Seed Hall (BBI) Ungaran, Semarang, Central Java, in October-November 2018. The test fish used are white tilapia larvae that have loose egg yolks. Maintenance is done for 35 days. This study uses 4 treatments and 3 repeats ie A soaked thyroxine 0.1 mg/L for 0 hours (control), B soaked thyroxine 0.1 mg/L for 12 hours, C soaked thyroxine 0.1 mg/L for 24 h, D soaked thyroxine 0.1 mg/L for 36 hours. The variables measured include, absolute weight growth, absolute length growth, specific growth rate, sustainability, and water quality. The best value of absolute weight growth is C 1.05 ± 0, 21g. The best value of the specific growth rate is C 10,20 ± 0.54%/day. Best value of absolute length growth is C 36,03 ± 2, 59cm. The best value of a livelihood is B 92,22 ± 0.96% but has no real effect on all treatment. Thus a long time the immersion of thyroxine has a noticeable effect on absolute weight growth, specific growth rate, and the absolute long growth of white tilapia larvae but does not affect the degree of livelihood of white tilapia larva. The length of the best soaking time to improve the growth and livelihoods of white tilapia larvae is 24 hours.Key words: Immersion Time; Thyroxine; Growth; Survival; White Tilapia
PENAMBAHAN EKSTRAK Sargassum sp. HASIL EKSTRAKSI ENZIMATIK PADA PAKAN TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Tri Mulyadi; Sarjito Sarjito; Diana Rachmawati
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 1 (2020): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.275 KB) | DOI: 10.14710/sat.v4i1.5615

Abstract

Intensification of white shrimp (L. vannamei) cultivation causes accumulation of waste aquaculture in the water and environmental stress which causes pathogenic organisms to develop and attack aquaculture organisms, so that mass deaths occur. Various efforts have been made to overcome this through feed production by adding ingredient that can enhance the body's immune system, but also function as growth promoters. The material that has both functions is seaweed Sargassum sp. The aims of this study was to determine the addition effect of sargassum extract from enzymatic extraction on feed to the specific growth rate/SGR and feed convertion ratio/FCR of white shrimp (L. vannamei). These study was conducted by experimental method used a completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 2 repetitions. The treatment was namely A (feed with the addition of sargassum extract 0 g/kg feed), B (feed with the addition of enzymatically protease sargassum extract 2 g/kg feed) and C (feed with the addition of enzymatically carbohydrase sargassum extract 2 g/kg feed). The results showed that the feed with the addition of sargassum extract from enzymatic extraction had a significant effect (P<0,05) on specific growth rate (SGR) and feed conversion ratio (FCR). Water quality of media is in the proper range for shrimp farming.

Page 5 of 20 | Total Record : 191