cover
Contact Name
Ilham
Contact Email
Ilham.fishaholic@gmail.com
Phone
+6221-64700928
Journal Mail Official
jra.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Gedung Balibang KP II, Lantai 2 Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Location
Kab. jembrana,
Bali
INDONESIA
Jurnal Riset Akuakultur
ISSN : 19076754     EISSN : 25026534     DOI : http://doi.org/10.15578/JRA
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Riset Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of various aquaculture disciplines include genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 3 (2024): September (2024)" : 6 Documents clear
RESPONS PERTUMBUHAN, PEMANFAATAN NUTRIEN, DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN IKAN TORSORO (Tor soro) YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI GLUTAMIN Samsudin, Reza; Jusadi, Dedi; Setiawati, Mia; Widanarni, Widanarni; Alimuddin, Alimuddin; Sunarno, Mas Tri Djoko
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 3 (2024): September (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.3.2024.205-227

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh suplementasi glutamin terhadap pertumbuhan dan aktivitas antioksidan pada ikan Torsoro (Tor soro). Ikan uji yang digunakan adalah juvenil ikan dengan berat awal rata-rata 5,21 ± 0,04 g. Perlakuan yang diberikan terdiri atas suplementasi glutamin bebas dengan dosis yang berbeda (0; 0,5; 1,0; 1,5; dan 2%) dan alanil-glutamin (0,84; 1,67; 2,51; dan 3,35%) pada pakan, setiap perlakuan memiliki lima kali ulangan. Perlakuan pakan diberikan tiga kali sehari sekenyangnya. Ikan uji dipelihara selama 60 hari. Parameter yang diamati meliputi performa pertumbuhan, pemanfaatan nutrisi, indeks biologis, dan aktivitas antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan yang disuplementasi glutamin bebas berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap performa pertumbuhan, pemanfaatan nutrisi, indeks biologis, dan aktivitas antioksidan ikan uji. Hasil uji lebih lanjut menunjukkan bahwa suplementasi alanil-glutamin dalam pakan sebesar 2,51% memberikan hasil terbaik terhadap bobot akhir, laju pertumbuhan spesifik, retensi protein, rasio efisiensi protein, konversi pakan, rasio viseral somatik, rasio panjang usus, aktivitas superoksida dismutase, glutation peroksidase, dan katalase pada ikan Torsoro. Berdasarkan evaluasi keseluruhan terhadap parameter yang diamati, penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi alanil-glutamin dalam pakan pada tingkat 2,51% mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan, pemanfaatan nutrisi, indeks biologis, dan aktivitas antioksidan pada ikan Torsoro.This study aimed to evaluate the effects of glutamine supplementation on the growth of and antioxidant activity in Torsoro fish (Tor soro). The test fish used were Torsoro fish juveniles with an average initial weight of 5.21 ± 0.04 g. The treatments consisted of different supplementation levels of free glutamine (0; 0.5; 1.0; 1.5; and 2%) and alanyl-glutamine (0.84; 1.67; 2.51; and 3.35%) in feed, where each treatment had five replicates. The feed treatments were given three times a day ad satiation. The experimental fish were reared for 60 days. The parameters observed included growth performance, nutrient utilization, biological indices, and antioxidant activity. The results showed that free glutamine-supplemented feed significantly affects (p<0.05) the growth performance, nutrient utilization, biological indices, and antioxidant activity of the tested fish. Further test results showed that alanyl glutamine supplementation in feed at 2.51% produced the best results on the final weight, specific growth rate, protein retention, protein efficiency ratio, feed conversion, somatic visceral ratio, intestine length ratio, superoxide dismutase, glutathione peroxidase, and catalase activities of Torsoro fish. Based on the overall achievement of the observed parameters, this study determines that alanyl-glutamine supplementation in feed at 2.51% improves the growth performance, nutrient utilization, biological indices, and antioxidant activity of  Torsoro fish.
APLIKASI ARANG AKTIF BATOK KELAPA DAN ZEOLIT DENGAN FILTER FISIK BUSA BERBEDA UNTUK MANAJEMEN KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA IKAN KOI (Cyprinus carpio) Arnando, Edo; Taqwa, Ferdinand Hukama; Yonarta, Danang
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 3 (2024): September (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.3.2024.229-242

Abstract

Ikan koi (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan yang sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air. Di sisi lain, kualitas air yang sesuai selain dapat menunjang tingkat kelangsungan hidup juga memengaruhi kecerahan warna ikan koi. Salah satu upaya untuk menjaga kualitas air tetap optimal adalah penerapan sistem resirkulasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunan bahan filter arang aktif batok kelapa dan zeolit yang dikombinasikan dengan filter fisik busa berbeda terhadap kualitas air media pemeliharaan ikan koi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari empat perlakuan dan tiga ulangan yaitu: P1 (Japmat, arang aktif batok kelapa, dan zeolit), P2 (spons, arang aktif batok kelapa, dan zeolit), P3 (biofoam, arang aktif batok kelapa, dan zeolit), dan P4 (greenwool, arang aktif batok kelapa, dan zeolit). Ikan koi yang digunakan merupakan strain platinum dengan ukuran awal berkisar 6 ± 1 cm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan P3 merupakan perlakuan terbaik yang secara signifikan menghasilkan nilai yang rendah (p<0,05) untuk kadar amonia yang berkisar 0,005-0,029 mg L-1 dan nilai kekeruhan antara 0,61-1,25 NTU. Nilai fisika-kimia air untuk suhu, oksigen terlarut, dan pH tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) antarperlakuan dengan perbedaan filter fisik busa yang digunakan. Penggunaan filter fisik busa berupa biofoam (P3) secara signifikan menghasilkan performa budidaya terbaik ditinjau dari pertumbuhan bobot dan panjang mutlak masing-masing sebesar 0,48g dan 1,40 cm, kelangsungan hidup 100% serta peningkatan kecerahan warna ikan mencapai 12,23.Koi fish (Cyprinus carpio) is very sensitive to changes in water quality which directly influences its colour and brightness. The use of a water recirculation system could improve the control of these water quality parameters by employing specific filter materials. This research aimed to determine the effect of activated coconut shell charcoal and zeolite filter materials combined with different physical polyester filters on the water quality of the koi fish rearing media. This research used a completely randomized design consisting of four treatments and three replications, namely: P1 (Japmat, activated coconut shell charcoal, and zeolite), P2 (sponge, activated coconut shell charcoal, and zeolite), P3 (biofoam, activated coconut shell charcoal, and zeolite), and P4 (greenwool, activated coconut shell charcoal, and zeolite). The koi fish used are platinum strains with an initial size of 6±1 cm. The results showed that the P3 treatment was the best treatment, which produced significantly low values (p<0.05) for ammonia levels ranging from 0.005-0.029 mg L-1 and turbidity values between 0.61-1.25 NTU. The treatments showed no significant differences in water physicochemical values for temperature, dissolved oxygen and pH (p>0.05). The use of biofoam (P3) significantly resulted in the best cultivation performance in terms of absolute weight and length growth at 0.48 g and 1.40 cm, respectively, with a survival rate of 100% and increased fish color brightness at 12.23. This study concludes that the combined filters effectively filtered a wide range of organic and inorganic particulates in the rearing media of koi fish, reducing turbidity and improving the color and brightness of the fish.   
EFFECT OF PHYTASE SUPPLEMENTATION IN PLANT-BASED FEED ON FEED UTILIZATION AND GROWTH OF Pangasius hypophthalmus DURING THE GROW-OUT STAGE Rini, Endah Setyo; Rachmawati, Diana; Sarjito, Sarjito
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 3 (2024): September (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.3.2024.243-257

Abstract

Phytic acid, found in many plant-based fish feed ingredients, is an anti-nutritional compound that binds with minerals, forming complexes that fish intestines cannot easily absorb. Adding phytase, an enzyme, to plant-based feeds has shown potential in enhancing nutrient absorption and has been effective for various aquaculture species. However, its impact on Pangasius hypophthalmus, a commonly farmed fish, remains underexplored. This study examines the effects of phytase on feed conversion ratio (FCR), feed utilization efficiency (EFU), protein efficiency ratio (PER), relative growth rate (RGR), and survival rate (SR) of P. hypophthalmus. Fish (average weight 11.55 g) were kept at a density of 40 fish m-³ in a fully randomized design with four treatments (0, 500, 1000, and 1500 FTU kg-1 feed) and three repetitions. Data on RGR, EFU, PER, FCR, SR, and water quality were analyzed. Results indicated that phytase significantly improved RGR, EFU, PER, and FCR (P<0.05), though SR remained unaffected. The optimal phytase dose, 738-810 FTU kg-1 feed, produced an EFU of 69.3% and an RGR of 4.77% per day during the grow-out stage. Water quality parameters remained stable and within optimal ranges across all treatments.Asam fitat, yang ditemukan dalam banyak bahan pakan ikan berbasis tanaman, adalah senyawa anti-nutrisi yang mengikat mineral, membentuk kompleks yang sulit diserap oleh usus ikan. Penambahan fitase, enzim, pada pakan berbasis tanaman menunjukkan potensi dalam meningkatkan penyerapan nutrisi dan telah efektif untuk berbagai komoditas budidaya. Namun, dampaknya pada Pangasius hypophthalmus, ikan yang umum dibudidayakan, masih belum banyak dieksplorasi. Penelitian ini mengkaji efek fitase pada rasio konversi pakan (RKP), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), rasio efisiensi protein (REP), laju pertumbuhan relatif (LPR), dan tingkat kelangsungan hidup (TKH) dari P. hypophthalmus. Ikan (berat rata-rata 11,55 g) dipelihara pada kepadatan 40 ikan m-³ dalam rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan (0, 500, 1000, dan 1500 FTU kg-1 pakan) dan tiga ulangan. Data LPR, EPP, REP, RKH, TKH, dan kualitas air dianalisis. Hasil menunjukkan bahwa fitase secara signifikan meningkatkan LPR, EPP, REP, dan RKP (P<0,05), meskipun berpengaruh signifikan terhadap TKH. Dosis fitase optimal, 738-810 FTU kg-1 pakan, menghasilkan EPP sebesar 69,3% dan LPR sebesar 4,77% per hari selama tahap pembesaran. Parameter kualitas air tetap stabil dan dalam rentang optimal di semua perlakuan. 
THE POTENTIAL USE OF SIAM WEED (Chromolaena odorata) LEAF EXTRACT AS AN ALTERNATIVE ANTIBACTERIAL COMPOUND TO TREAT Vibrio parahaemolyticus INFECTION IN PACIFIC WHITE SHRIMP (Litopenaeus vannamei) Magfira, Magfira; Abidin, La Ode Baytul; Nur, Indriyani
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 3 (2024): September (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.3.2024.177-190

Abstract

Siam weed plant or Siam weed (Chromolaena odorata) is an herb commonly used as a medicinal plant in Asian countries, including Indonesia, particularly in   Southeast Sulawesi. This study explores the effectiveness of different Siam weed leaf extract concentrations in treating Vibrio parahaemolyticus infection in Pacific white shrimp (Litopenaus vannamei). In this study, the infected shrimps were soaked in C. odorata leaf extract solution at 1, 2, and 3 ppt concentrations and no soaking of the extract (control). The parameters measured were recovery rate, survival rate, percentage of total haemocyte count (THC) and differential haemocyte count (DHC). The results showed that the V. parahaemolyticus-infected Pacific white shrimps soaked in 3 ppt C. odorata leaf extract had the highest recovery and survival rates compared to shrimp treated with C. odorata leaf extract at 1 and 2 ppt. Similarly, the shrimp group treated with 3 ppt of C. odorata leaf extract had better haemolymph profiles than those treated with the other concentrations of C. odorata leaf extract. This study concludes that C. odorata leaf extract enhances the immune response of L. vannamei by increasing the activity of semi-granular cells  in eliminating the pathogenic cells of V. parahaemolyticus.Tanaman krinyuh (Chromolaena odorata) merupakan tanaman herbal yang umum digunakan sebagai tanaman obat di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, khususnya di Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas berbagai konsentrasi ekstrak daun tanaman krinyuh dalam mengobati infeksi Vibrio parahaemolyticus pada udang vaname (Litopenaus vannamei). Pada penelitian ini, udang yang terinfeksi direndam ke dalam larutan ekstrak daun C. odorata pada konsentrasi 1, 2, dan 3 ppt dan tanpa perendaman ekstrak (kontrol). Parameter yang diukur adalah tingkat kesembuhan, tingkat kelangsungan hidup, persentase jumlah hemosit total (JHT), dan jumlah hemosit diferensial (JHD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa udang vaname yang terinfeksi V. parahaemolyticus yang direndam dalam ekstrak daun C. odorata 3 ppt memiliki tingkat kesembuhan dan kelangsungan hidup tertinggi disbanding udang yang diobati dengan ekstrak daun C. odorata pada konsentrasi 1 dan 2 ppt. Demikian pula, kelompok udang yang diberi 3 ppt ekstrak daun C. odorata memiliki profil hemolim yang lebih baik daripada yang diberi konsentrasi ekstrak daun C. odorata lainnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak daun C. odorata meningkatkan respons imun L. vannamei dengan meningkatkan aktivitas sel semi-granular dalam menghilangkan sel patogen V. parahaemolyticus. 
EVALUASI TOKSISITAS AKUT DAN SUB-AKUT DARI INSEKTISIDA LAMBDA-CYHALOTHRIN PADA IKAN PATIN Pangasianodon hypophthalmus Mahmud, Moh Burhanuddin; Hastuti, Yuni Puji; Nirmala, Kukuh; Supriyono, Eddy; Nurussalam, Wildan
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 3 (2024): September (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.3.2024.259-275

Abstract

Lambda-cyhalothrin adalah insektisida beracun yang seringkali digunakan untuk mengendalikan hama di lahan pertanian. Insektisida ini sangat beracun terhadap organisme akuatik dan berpotensi mengganggu keseimbangan metabolisme dan fisiologi ikan budidaya. Ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat rentan terpapar Lambda-cyhalothrin karena letak sistem budidaya yang berdekatan dengan lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek toksisitas akut Lambda-cyhalothrin dan efek sub-akut terhadap organ tubuh ikan patin. Ikan patin diperoleh dari pembudidaya ikan di Bogor, Jawa Barat, dengan berat dan Panjang rata-rata 8,59 ± 0,47 g dan 7,52 ± 0,83 cm. Bahan toksikan yang digunakan adalah insektisida Lambda-cyhalothrin. Ikan yang diuji dipelihara dalam akuarium berukuran 30x30x30 cm3 yang diisi air sebanyak 20 L. Penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu uji nilai kisaran, uji toksisitas akut LC50-96 jam, dan uji sub akut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LC50-96 jam Lambda-cyhalothrin pada ikan patin adalah 5,2 µg L-1. Hasil uji sub akut dengan taraf perlakuan 2,6 µg L-1 menunjukkan pertumbuhan minimal 0,688% dan berdampak nyata (P<0,05) terhadap kadar glukosa yang mencapai 148,16 mg dL-1. Kesimpulan penelitian ini adalah Lambda-cyhalothrin bersifat merugikan terhadap ikan patin yang menyebabkan kerusakan yang nyata pada insang, usus, dan hati yang dibuktikan dengan adanya hiperplasia, proliferasi, vakuolisasi, kongesti, fusi, nekrosis, cloudy swelling dan inflamasi.Lambda-cyhalothrin is a toxic insecticide frequently used to control pests in agricultural settings. This insecticide is very toxic to aquatic organisms and can potentially disrupt the balance of metabolism and physiology of farmed fish. Striped catfish (Pangasianodon hypophthalmus) is one of farmed freshwater fish species highly susceptible to being exposed to Lambda-cyhalothrin due to the common shared location of the farming system with agricultural land. This study aimed to determine the acute toxicity effects of Lambda-cyhalothrin and the sub-acute effects on the organs of the striped catfish. The striped catfish was obtained from fish farmers in Bogor, West Java, with an average weight and length of 8.59 ± 0.47 g and 7.52 ± 0.83 cm, respectively. The toxicant material used was Lambda-cyhalothrin insecticide. The tested fish were reared in aquarium sized 30x30x30 cm3 filled with 20 L of water. This study was divided into three stages, i.e., range value test, acute toxicity test (96h-LC50), and sub-acute test. The result showed that 96h-LC50 of Lambda-cyhalothrin on striped catfish was 5.2 µg L-1. The results of the sub-acute test with a treatment level of 2.6 µg L-1 showed minimal growth at 0.688% and a significant impact (P<0.05) on glucose levels, which reached 148.16 mg dL-1. This study concludes that Lambda-cyhalothrin insecticide is detrimental to striped catfish, causing noticeable damage to the gill, intestine, and liver, as evidenced by hyperplasia, proliferation, vacuolization, congestion, fusion, necrosis, cloudy swelling, and inflammation.
GROWTH PERFORMANCE, SURVIVAL RATE, AND RESISTANCE AGAINST AHPND OF Litopenaeus vannamei JUVENILES FED WITH SYNBIOTIC BIO-ENCAPSULATED ARTEMIA Yudiati, Ervia; Azhar, Nuril
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 3 (2024): September (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.3.2024.191-201

Abstract

The whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei) is a highly valued aquaculture species globally, yet its production faces challenges due to disease outbreaks, notably acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND). This study aimed to evaluate the growth and survival of L. vannamei juveniles fed with synbiotic bio-encapsulated Artemia and their resilience against AHPND-causing Vibrio parahaemolyticus and salinity stress. The experiment employed a completely randomized design with two treatments: one with synbiotic-enriched Artemia (600 ppm alginate and Lactobacillus bulgaricus) and a control without synbiotic. Each treatment was replicated five times, using 600 juveniles at a density of 30 post-larvae per L over a 14-day rearing period. Growth and survival metrics were recorded, followed by challenge tests for AHPND and salinity shock. The juveniles' survival rate was recorded 54 hours post-infection with VpAHPND and every 10 minutes for 230 minutes after salinity exposure until 100% mortality. Results indicated higher survival (92.0 ± 9%), length gain (243.33 ± 18.80 mm), specific growth rate (18.44±2.01%), and stress tolerance in juveniles fed synbiotic encapsulated Artemia compared to the control. The survival rates for the challenge test with AHPND and salinity shock were similarly improved under synbiotic treatment, suggesting that synbiotics significantly benefit nursery production of L. vannamei. This study highlights the potential of synbiotic application in enhancing the resilience and growth of L. vannamei against common stressors in aquaculture, indicating its potential to support more sustainable shrimp farming practices.Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah komoditas budidaya bernilai tinggi di seluruh dunia, namun produksinya menghadapi tantangan akibat wabah penyakit, terutama serangan acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih L. vannamei yang diberi pakan Artemia yang dibioenkapsulasi dengan sinbiotik serta ketahanannya terhadap Vibrio parahaemolyticus penyebab AHPND dan stres salinitas. Eksperimen ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua perlakuan: satu dengan Artemia diperkaya sinbiotik (600 ppm alginat dan Lactobacillus bulgaricus) dan kontrol tanpa sinbiotik. Setiap perlakuan diulang lima kali, dengan menggunakan 600 ekor benih udang pada kepadatan 30 ekor pascalarva per L selama 14 hari periode pemeliharaan. Parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup dicatat, diikuti dengan uji tantang terhadap AHPND dan kejutan salinitas. Tingkat kelangsungan hidup benih dicatat 54 jam pasca-infeksi dengan VpAHPND dan setiap 10 menit selama 230 menit setelah paparan salinitas hingga mortalitas mencapai 100%. Hasil menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih tinggi (92,0 ± 9%), peningkatan panjang (243,33 ± 18,80 mm), laju pertumbuhan spesifik (18,44 ± 2,01%), dan toleransi stres yang lebih baik pada benih udang yang diberi pakan Artemia berenkapsulasi sinbiotik dibanding kontrol. Tingkat kelangsungan hidup pada uji tantang dengan AHPND dan kejutan salinitas juga meningkat dengan perlakuan sinbiotik, menunjukkan bahwa sinbiotik memberikan manfaat signifikan pada produksi L. vannamei fase pendederan. Penelitian ini menunjukkan adanya potensi aplikasi sinbiotik dalam meningkatkan ketahanan dan pertumbuhan L. vannamei terhadap stresor umum dalam akuakultur, serta potensinya untuk mendukung kegiatan budidaya udang yang lebih berkelanjutan. 

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2024 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 2 (2025): Juni (2025) Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025) Vol 19, No 4 (2024): Desember (2024) Vol 19, No 3 (2024): September (2024) Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024) Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024) Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023) Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023) Vol 18, No 2 (2023): (Juni, 2023) Vol 18, No 1 (2023): (Maret 2023) Vol 17, No 4 (2022): (Desember 2022) Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 17, No 1 (2022): (Maret, 2022) Vol 16, No 4 (2021): (Desember, 2021) Vol 16, No 3 (2021): (September, 2021) Vol 16, No 2 (2021): (Juni, 2021) Vol 16, No 1 (2021): (Maret, 2021) Vol 15, No 4 (2020): (Desember, 2020) Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020) Vol 15, No 2 (2020): (Juni, 2020) Vol 15, No 1 (2020): (Maret, 2020) Vol 14, No 4 (2019): (Desember, 2019) Vol 14, No 3 (2019): (September, 2019) Vol 14, No 2 (2019): (Juni, 2019) Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019) Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018) Vol 13, No 3 (2018): (September 2018) Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018) Vol 13, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 12, No 3 (2017): (September 2017) Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017) Vol 11, No 3 (2016): (September 2016) Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 5, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 2, No 1 (2007): (April 2007) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 10, No 3 (2015): (September 2015) Vol 10, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 9, No 1 (2014): (April 2014) Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 8, No 1 (2013): (April 2013) Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 7, No 1 (2012): (April 2012) Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011) Vol 6, No 2 (2011): (Agustus 2011) Vol 6, No 1 (2011): (April 2011) Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009) Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009) Vol 4, No 1 (2009): (April 2009) Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 3, No 1 (2008): (April 2008) Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) More Issue