cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015)" : 7 Documents clear
UMUR, PERTUMBUHAN DAN LAJU PEMANFAATAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1816), DI SELAT MALAKA (WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN-571) Tuti Hariati; Ria Faizah; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.718 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.1.2015.1-8

Abstract

Analisis perkiraan umur dan pertumbuhan populasi ikan banyar (Rastrelliger kanagurta Cuvier,1816) di perairan Selat Malaka ditujukan untuk mendapatkan karakteristik populasi sebagai dasar perkiraan tingkat pemanfaatan dan perkembangan terkini. Himpunan data sebaran frekuensi panjang yang didaratkan armada pukat cincin di Banda Aceh yang mendaratkan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo yang dikumpulkan sejak periode April-Desember 2011 dan Maret–September 2012 digunakan sebagai dasar analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa, laju pertumbuhan (K) memberikan nilai sebesar 0,73 dengan panjang asimptotik 27,2 cmFL, perkiraan laju kematian alami (M) sebesar 1,21 dan laju kematian akibat tekanan penangkapan (F) sebesar 3,17. Estimasi laju pemanfaatan (E) sebesar 0,72 menunjukkan bahwa status sumberdaya ikan banyar di perairan Selat Malaka sudah berada pada kondisi yang perlu dikendalikan. Dibandingkan dengan hasil kajian pada periode sebelumnya, nilai E pada penelitian ini termasuk tinggi. Tingginya laju pemanfaatan antara lain ditunjukkan oleh rerata hasil tangkapan ikan tahun 2011-2012 lebih kecil dibandingkan tahun 1988 dan 1998 sehingga dapat diprediksi bahwa sediaan biomassa induk ikan banyar semakin menurun.Study on age and growth and its exploitation rates of Indian mackerel (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1816) in the Malacca Straits was carried out to describe the present states of this species. Parameters were determined based on length frequency data collected from purse seine fisheries during April December 2011 and March-December 2012 from the specimen landed in Coastal Fishing Port of Lampulo, Banda Aceh Province. The result showed that the growth rates (k) of is estimated at 0.73 with asimptotic length of 27.2 cmFL. The natural (M) and total (Z) mortality rates were estimated at M= 1.21, Z= 4.38 which generates fishing (F) mortality at 3.17. The value of exploitation rate (E) at about 0.72 indicated that the fishing pressure was higher than the previous result in 1988 and 1998 and heavily exploitation rates occured in this fishery. High exploitation rates was also indicated by the average size of fish caught in 2011-2012 were shifting to smaller size than in 1988, and this indicate that spawning biomass tend to decline to support the sustainability of Indian mackerel in the future of the area.
KONSERVASI GENETIK IKAN SIDAT TROPIS (Anguilla spp) DI PERAIRAN INDONESIA Melta Rini Fahmi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.004 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.1.2015.45-54

Abstract

Konservasi genetik merupakan upaya pengelolaan dan konservasi spesies dengan menggunakan pendekatan molekuler dalam memahami berbagai aspek biologi spesies. Penelitian ini menyajikan model pengelolaan dan konservasi ikan sidat berdasarkan data genetika populasi dengan pendekatan melokuler. Ikan sidat yang digunakan berasal dari perairan Indonesia meliputi Aceh, Mentawai, Padang, Bengkulu, Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Cilacap, Bali, Lombok, Kalimantan Timur, Danau Poso, Manado, Perairan Ambon dan Tanjung Boy Papua. Penelitian terbagi tiga tahap; pertama adalah identifikasi dengan menggunakan metoda semi-multiplek PCR; kedua adalah membuat peta distribusi dan ketiga adalah analisis keragaman genetik dan struktur populasi menggunakan marka cytochrome b dan mikrosatelit. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa perairan Indonesia didiami oleh tujuh spesies dan subspecies yaitu Anguilla marmorata, A. bicolor bicolor, A. b. pacifica, A. celebesensis, A. bornensis, A. interioris dan A. nebulosa nebulosa. Jenis A. marmorata dan A. bicolor merupakan spesies yang memiliki sebaran yang lebih luas dan keragaman genetik yang tinggi, sedangkan A. celebesensis, A. bornensis, A. interioris merupakan spesies dengan sebaran sempit dan spesies endemik Indonesia. Nilai keragaman genetik ikan sidat di perairan Indonesia cukup tinggi yaitu 0,98 dan 4,75% masingmasing untuk keragaman haplotipe dan keragaman nukleotid. Jenis A. borneensis merupakan spesies basal genus Anguilla yang mendiami perairan Indonesia. Pengelolaan dan konservasi ikan sidat wilayah perairan Indonesia dapat dilakukan berdasarkan distribusi dan tingkat keragaman genetik. Spesies-spesies yang memiliki nilai keragaman genetik yang tinggi dan penyebaran yang luas dapat dimanfaatkan atau dikelola sedangkan untuk spesies endemik perairan Indonesia dilakukan perlindungan atau konservasi.Conservation genetic is a management and conservation of the species by using a molecular approach to understand the biological aspects of these species. This study presented a model of management and conservation of eel based on population genetic data with melokuler approach. Sample was collected from Indonesian waters, that covering Aceh, Mentawai, Padang, Bengkulu, Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Cilacap, Bali, Lombok, East Kalimantan, Poso, Manado, Ambon and Papua. The study was divided into three stages; first, the identification of eel by using semimultiplex PCR; second, to establish the geographic distribution of eels and third, the analysis of genetic diversity and population structure of eel by using cytochrome b and microsatellite markers. The results showed that Indonesian waters is inhabited by seven species and subspecies of Anguilla marmorata, A. bicolor bicolor, A. b. pacifica, A. celebesensis, A. bornensis, A. A. nebulosa nebulosa and A. interioris. A. marmorata and A. bicolor are two species have has a wide distribution, whereas A. celebesensis, A. bornensis and A. interioris are species with a narrow distribution. The genetic diversity of eel in Indonesian waters was quite high that are 0.98 and 4.75%, respectively for haplotype and nukleotid diversity. A. borneensis indicated as basal species of the genus Anguilla that inhabit the waters of Indonesia. Management and conservation of Indonesian eels could be done based on the distribution and genetic variety. The species that have a high genetic diversity and widely distribution could be utilized under control while the endemic species and narrow distribution should be protected or conservation.
FLUKTUASI TANGKAPAN DAN STRUKTUR UKURAN IKAN OPAH (Lampris guttatus) TANGKAPAN RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA Dian Novianto; Irwan Jatmiko; Bram Setyadji
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.076 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.1.2015.9-16

Abstract

Ikan opah (Lampris guttatus) atau “moonfish” adalah ikan non target dari pengoperasian rawai tuna. Informasi tentang perikanan opah saat ini belum banyak terpublikasi, sehingga minimnya pengetahuan tentang siklus hidup, biologi reproduksi dan besaran populasi membuat kesulitan untuk menentukan status stok dan langkah-langkah pengelolaan ikan opah. Tulisan ini membahas fluktuasi hasil tangkapan ikan opah dan struktur ukurannya yang merupakan hasil tangkapan sampingan (by-catch) dari pengoperasian rawai tuna di perairan Samudera Hindia. Data dikumpulkan pada periode 2005–2013 dengan melakukan operasi penangkapan sebanyak 94 trip oleh pengamat ilmiah di atas kapal rawai tuna komersial dari Pelabuhan Benoa. Hasil penelitian menunjukkan bahawa ikan opah lebih banyak tertangkap di Samudera Hindia, namun tidak banyak tertangkap di Samudera Hindia bagian Barat Sumatera. Jenis ikan ini tertangkap sepanjang tahun di Samudera Hindia dengan nilai laju pancing tertinggi 10,33 (untuk 1.000 mata pancing) terjadi pada Juli–Agustus 2012. Ikan opah berukuran panjang antara 55–200 cmFL dengan dominasi ikan yang berukuran 80 cmFL yang diduga telah mengalami pemijahan. Sebaran secara vertikal antara kedalaman 50–450 m. Pada kedalaman ini kisaran suhu rata-rata antara 260C-120C dimana ikan opah banyak tertangkap pada kedalaman 200–300 m dengan kisaran suhu rata-rata 180C-200C. Diduga kisaran kedalaman ini nampaknya merupakan habitat hidup dari ikan opah. Opah (Lampris guttatus) or “moonfish” is a non-target fish of the tuna longline operations. Information about moonfish fishery has not been widely published, so the lack of knowledge about the life cycle, reproductive biology and population size makes it difficult to determine the status of stocks and management measures for moonfish fisheries. This paper discusses the fluctuations of catches and size structure of moonfih as bycatch from tuna longline operations in the Indian Ocean. Data were collected in the period of 2005-2013 with the total number of trip is 94 scientific trip over commercial tuna longline vessels in the port of Benoa. The results of the study indicate more opah fish caught in the Indian Ocean, but rare opah fish caught in the western Indian Ocean of Sumatera. This species caught throughout the year in the Indian Ocean with the highest value of CPUE 10.33 (/1.000 hooks) occurred in July - August 2012. Moonfish has length 55–200 cmFL which is dominated by fish sized 80 cmFL who is to be are mature. Distribution vertically between depths 50-450 m. At this depth the temperature range on average between 260C – 120C where more moonfish were caught at a depth of 200-300 m with an average temperature range of 180C - 200C. Allegedly this depth range seems to be the habitat of moonfish.
PENGEMBANGAN LAMPU LED DENGAN TEKNOLOGI PHOTOVOLTAIC (LED-PV) SEBAGAI ALAT BANTU PENGUMPUL IKAN PADA PERIKANAN BAGAN Mochamad Arief Sofijanto; Irfan Rasyidi; Manggala Saputra
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (991.265 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.1.2015.55-62

Abstract

Bagan adalah satu jenis alat penangkapan ikan yang menggunakan cahaya buatan sebagai alat bantu pengumpul ikan. Saat ini alat tangkap tersebut menggunakan genset bensin untuk menghidupkan lampu hemat energi (LHE) sebagai pemikat ikan, yang dipasang di bawah rumah bagan. Saat ini harga bensin makin mahal akibat subsidi BBM dikurangi pemerintah mengakibatkan biaya operasi penangkapan juga makin mahal. Untuk efisiensi usaha penangkapan diperlukan sumber energi alternatif sehingga biaya yang dikeluarkan akan lebih sedikit. Pada penelitian ini digunakan lampu LED (light emitting diode) dengan panel surya (photovoltaic) sehingga tidak menggunakan bahan bakar minyak. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui apakah lampu LED dapat menggantikan lampu petromaks dan lampu LHE, (2) untukmengetahui perbedaan jumlah hasil tangkapan pada bagan tancap akibat perlakuan warna lampu LED yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan experimental fishing dimana rancangan penelitiannya adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan warna lampu LED sebanyak 5 jenis warna yaitu merah (A), kuning (B), hijau (C), biru (D), dan putih (E) dengan 6 kali ulangan. Secara deskriptif hasil penelitian menunjukkan lampu LED dapat digunakan untuk menggantikan lampu petromaks dan lampu LHE. Diperoleh 17 jenis ikan laut yang tertarik pada cahaya lampu LED yang digunakan. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan nyata terhadap hasil tangkapan bagan dengan perlakuan warna lampu LED. Berdasarkan Uji Nyata Terkecil dinyatakan bahwa bagan yang menggunakan warna lampu LED biru mendapatkan hasil tangkapan tertinggi kemudian diikuti oleh warna kuning, hijau, putih dan merah. The set ‘bagan’ (liftnet fishing gear) is a kind of fishing gears which using atificial light as fishes gathering. This fishing gear uses an electric generator to turn on the energy saving lamp which hang on under the set ‘bagan’. The price of gasoline more expensive due to the Indonesia government’s fuel subsidy reduced and this make fishing operation costs more expensive for fishermen. This research using the LED lamps that do not use gasoline as fuel because the LED lamps can use the photovoltaic technology (solar cell system). The purposes of this study were: 1) to find out whether the LED lamps can replace the kerosene lamps and saving energy lamps, 2) to know the different in cath using different colours of LED lamps. The reserach methods are descriptive and experimental fishing which used Completely Randomized Design with LED lamps colour treatments i.e: red (A), yellow (B), green (C), blue (D), and white (E), the number of replications are 6 times. LED lamps can be used to replace the kerosene and saving energy lamps. There were 17 species of fishes attracted to LED lights (positive phototaxis) of the set bagan. The statistical analysis showed that the siginificant difference in the colour of the LED lamps by the difference of the number of catches the. Based on the calculation of the Least Significant Different (LSD), the blue LED lamps and followed by yellow, green, white and red.
PERKEMBANGAN DAN POTENSI PRODUKSI PERIKANAN PELAGIS KECIL, SERTA STRATEGI PEMULIHAN SUMBER DAYA IKANNYA DI LAUT JAWA Purwanto Purwanto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.834 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.1.2015.25-36

Abstract

Laut Jawa adalah salah satu daerah penangkapan utama perikanan pelagis kecil di Indonesia. Untuk pengelolaan perikanan tersebut, telah dilakukan pengkajian sumber daya ikannya. Hasil kajian menunjukkan bahwa produksi lestari maksimum (MSY) dari pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil sekitar 312,1 ribu ton/tahun, yang dihasilkan dari penangkapan dengan upaya optimal (EMSY) setara dengan pengoperasian 996 kapal pukat cincin berukuran 80 GT dengan mesin utama 270 DK. Hasil kajian juga menunjukkan bahwa sumber daya ikan pelagis kecil di Laut Jawa sudah dimanfaatkan secara berlebih sejak 1999. Agar sumber daya ikan menghasilkan produksi pada tingkat MSY perlu dilakukan langkah pemulihannya, yaitu penghentian penangkapan ikan pada tahun pertama; kegiatan penangkapan dimulai kembali pada tahun kedua dari periode pemulihan dengan upaya penangkapan setara 80% dari EMSY dan tahun-tahun sesudahnya setara dengan EMSY. Bila terdapat resistensi kuat terhadap penghentian kegiatan penangkapan, strategi alternatifnya adalah pengendalian upaya penangkapan pada tingkat EMSY sejak tahun pertama periode pemulihan.The Java Sea is one of the main fishing areas for small pelagic fishery in Indonesia. To support the management of that fishery, an assessment of the small pelagic fish stock was conducted. The result shows that the maximum sustainable yield from utilizing small pelagic fish stock in the Java Sea was about 312.1 thousand tons per year, resulting from fishing activity with optimum effort (EMSY) equaling to the operation of 996 purse seiners of 80 GT with the main engine of 270 HP. Unfortunately, fishing effort was higher than EMSY and the fish stock has been over-exploited since 1999. To ensure the optimal sustainable production from utilizing the small pelagic fish stock, it is necessary to recover fish stock by halting fishing activity in the first year of the recovery period; the fishing activity should be started at the second year of the recovery period by controlling fishing effort at 80% of EMSY and at EMSY afterward. If there is strong resistance of fishers to the cessation of fishing activity, an alternative strategy should be controlling fishing effort at EMSY since the first year of the recovery period.
PRODUKSI OPTIMAL PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PEMANGKAT, KALIMANTAN BARAT Tri Wahyu Budiarti; Eko Sri Wiyono; Nimmi Zulbainarni
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.457 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.1.2015.37-44

Abstract

Secara umum nelayan penangkap ikan mengharapkan produksi/hasil tangkapan secara ideal dengan penggunaan input yang efisien. Penentuan efisiensi teknis dan produktivitas dapat dijadikan indikator pengukuran kinerja alat penangkapan ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai produksi optimal pukat cincin yang mendaratkan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat, Kalimantan Barat pada periode Februari sampai November 2014. Pengukuran efisiensi teknis dilakukan terhadap 30 unit kapal pukat cincin di Pemangkat dengan menggunakan pendekatan DEA (Data Envelopment Analysis), dan model produksi dianalisis berdasarkan persamaan Cobb-Douglass. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat kelebihan tangkap sebesar 2,35% dari nilai produksi optimal. Hal ini disebabkan karena adanya kelebihan input (excess capacity) pada tiga jenis faktor produksi yang mempengaruhinya (lama waktu trip, bahan bakar, dan ransum).Generally, every fishing activity expected ideal production/catches by using an efficient input. Technical efficiency and productivity can be used as an indicator of performance measurement of fishing gear. The purpose of this study was to determine the optimal production of purse seine in PPN Pemangkat, West Kalimantan within period from February to November 2014. Measurement of technical efficiency was carried out on 30 number of purse seine vessels in Pemangkat by using DEA (Data Envelopment Analysis) approach, and the production model is analyzed based on the Cobb-Douglass equation. The result showed that there is an excess catch of 2.35% of the value of the optimal production. This is due to the presence of excess input (excess capacity) in three factors that influence production (duration of trip, fuel, and ransom).
PERIKANAN TONGKOL DAN DAYA DUKUNGNYA TERHADAP PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN DI PALABUHANRATU Wijopriono Wijopriono; Puput Fitri Rachmawati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.848 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.1.2015.17-24

Abstract

Palabuhanratu sebagai salah satu area pendaratan utama tongkol di pantai selatan Provinsi Jawa Barat, telah ditetapkan menjadi sentra pengembangan industri perikanan. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui status perikanan dan kapasitas produksinya dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha penangkapan tongkol dilakukan oleh berbagai armada yang umumnya masuk kategori skala kecil (< 10 GT) dengan target tangkapan multi-spesies. Terdapat tiga jenis hasil tangkapan tongkol yang didaratkan di Palabuhanratu, yaitu tongkol lisong (Auxis rochei), diikuti oleh tongkol komo (Eutyhynnus affinis) dan tongkol banyar (Auxis thazard). Rata-rata produksi hasil tangkapan tongkol adalah 520,183 ton/tahun. Armada payang rata-rata menyumbang 65,37% terhadap total produksi tahunan. Produksi tongkol dari hasil tangkapan di Palabuhanratu hanya mampu memenuhi 50-60% dari kebutuhan industri olahan setempat. Salah satu pilihan untuk peningkatan produksi tongkol adalah melalui pengembangan pancing tonda dengan ukuran kapal dan tenaga penggerak yang layak, sistem penangkapan yang berkelompok menggunakan kapal induk sebagai upayapenghematan biaya operasi.Palabuhanratu, as one of the main fish landing ports of bonito in the south coast of west Java Province, was promoted to be the center area for industrialization development. Research on bonito fishery was conducted with aim to determine the bonito fishery status and their capacity in supplying the fish necessary for raw material of local processing industries. The results show that bonito fishing was done by variety of fleets which mostly constitute of small scale category (< 10 GT) with multi-species fishing target. There were three main species of bonito landed in Palabuhanratu, i.e., Auxis rochei, Euthynnus affinis and Auxis thazard. The annual production was in average of 520.18 tons/year, 65.37% of this value is contributed by Danish seine fleet. Production of bonito fishing in Palabuhanratu is only able to cover 50-60% of the raw material necessary for the local industries. One of the alternatives for increasing bonito production should be to develop troll line with appropriate vessel sizes and engine powers, employing cluster fishing system by using mother boats for saving operational costs.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue