cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Ilmu Lingkungan
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 18298907     DOI : -
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 787 Documents
Analisis Kedalaman dan Kualitas Air Tanah di Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo Aang Panji Permana
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 17, No 1 (2019): April 2019
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1493.709 KB) | DOI: 10.14710/jil.17.1.15-22

Abstract

ABSTRAKAir tanah merupakan sumber utama cadangan air tawar yang bekerja dalam siklus hidrostatik. Air tanah disediakan untuk konsumsi manusia, pertanian, industri dan banyak ekosistem yang bergantung pada air tanah, terutama selama musim kemarau. Kecamatan Hulonthalangi secara geografis terletak bagian selatan Kota Gorontalo berbatasan langsung dengan Teluk Tomini terdiri dari 5 kelurahan yakni Donggala, Pohe, Siendeng, Tenda dan Tanjung Kramat. Jumlah penduduknya 16.304 yang dilalui tiga sungai yakni Sungai Bone, Bolango dan Tamalate. Penelitian ini bertujuan mengetahui kedalaman muka air tanah dangkal secara pasti dengan mengukur langsung sumur warga. Selain itu penelitian ini juga bertujuan mengetahui kualitas air tanah dengan analisis parameter fisika dan kimia. Metode yang digunakan adalah analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif mengamati kualias air tanah berdasarkan parameter fisika seperti warna, bau, rasa dan keterdapatan endapan serta mewawancara warga. Untuk analisis kuantitatif mengukur dan memplot koordinat, elevasi, kedalaman air tanah dan kandungan kimia. Hasil dan pembahasan penelitian menunjukan kedalaman muka air tanah rata-rata 2,87 - 4,04 meter. Pola aliran air tanah terbagi dua yakni dari tenggara ke barat laut dan dari timur ke barat. Analisis kualitas air, untuk warna 16% sampel terindikasi perlu tindaklanjut analisis laboratorium. Parameter bau 12% sampel tidak memenuhi syarat, untuk rasa 24% sampel tidak memenuhi syarat dan untuk endapan 14% sampel terindikasi tindaklanjut analisis laboratorium. Pemanfaatan air tanah 24% untuk kebutuhan pokok temasuk air minum. Analisis kimia di Stasiun 46 Kelurahan Pohe merupakan depot air minum mengandung besi 0,02 mg/l, nitrat 1,2 mg/l dan arsen 0 mg/l memenuhi standar kesehatan. ABSTRACT Ground water is the main source of freshwater reserves that work in the hydrostatic cycle. Groundwater is provided for human consumption, agriculture, industry and many ecosystems that depend on ground water, especially during dry seasons. Hulonthalangi Subdistrict is geographically located south of Gorontalo City adjacent to Tomini Bay consists of 5 villages namely Donggala, Pohe, Siendeng, Tenda and Tanjung Kramat. The population of 16,304 passes through three rivers namely Bone, Bolango and Tamalate Rivers. This study aims to determine the depth of shallow groundwater face with certainty by directly measuring the residents' wells. In addition, this study also aims to determine the quality of groundwater with the analysis of physical and chemical parameters. The method used is qualitative and quantitative analysis. Qualitative analysis observes the quality of groundwater based on physical parameters such as color, odor, taste and sediment deposit and interviewing citizens. For quantitative analysis measures and ploting the coordinates, elevation, depth of ground water and chemical content. Results and discussion of the study showed the depth of groundwater averaging 2.87 - 4.04 meters. The pattern of groundwater flow is divided into two, namely from southeast to northwest and east to west. Analysis of water quality, for the color of 16% samples indicated need follow-up laboratory analysis. The odor parameter of 12% samples was not eligible, for a taste of 24% unqualified samples and for precipitation 14% samples indicated follow-up laboratory analysis. Utilization of ground water 24% for basic needs including drinking water. Chemical analysis at Station 46 Pohe Village is drinking water depot contain 0.02 mg/l iron, 1.2 mg/l nitrate and 0 mg/l arsen meets health standards. 
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN PENATAAN SANITASI PERKOTAAN MELALUI PROGRAM SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Wahyuni, Sri; Setiani, Onny; Suharyanto, S
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 10, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (935.861 KB) | DOI: 10.14710/jil.10.2.111-122

Abstract

ABSTRAK Perkembangan dan pertumbuhan di wilayah kota yang begitu pesat menjadikan munculnya bermacam-macam permasalahan, salah satu masalah pokok yang sampai saat ini belum tuntas adalah masalah sanitasi perkotaan. Kebijakan terkait dengan sanitasi telah dilaksanakan di Kabupaten Tulungagung, salah satunya melalui Program sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) yang dilaksanakan pada tahun 2011 di  5 lokasi pada 4 Kelurahan yaitu Kampungdalem, Karangwaru, Sembung dan Beji. Penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pembangunan dan Penataan Sanitasi Perkotaan melalui Program SLBM bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan Program SLBM, menganalisis tingkat keberhasilan program dan merumuskan strategi pembangunan dan penataan sanitasi perkotaan berbasis masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif kualitatif yang dikombinasikan dengan pendekatan kuantitatif. Program SLBM di Kabupaten Tulungagung secara umum belum optimal pelaksanaannya karena ditemukan kelemahan dari sisi penentuan lokasi, pelaksanaan RPA dan operasional dan pemeliharaan yang kurang. Apabila dilihat dari tingkat keberhasilan masing-masing lokasi maka  pelaksanaan Program SLBM yang masuk kategori berhasil di wilayah Kelurahan Kampungdalem, Karangwaru, Sembung, Beji  Kategori cukup.  Rekomendasi yang disampaikan untuk peningkatan akses sanitasi masyarakat melalui pembangunan dan penataan sanitasi berbasis masyarakat perlunya menyusun Perda Pengelolaan Limbah, Strategi Sanitasi Kabupaten, mengoptimalkan koordinasi/kerjasama antar lembaga, penguatan Pokja sanitasi, Adanya Perdes/Perlur tentang Pengelolaan dan Penguatan Fasilitator.   Kata Kunci : Implementasi kebijakan, sanitasi,  SWOT, AHP   ABSTRACT Urban development and growth have caused many problems. Among others, urban sanitation. Policies related to sanitation has actually been implemented in Tulungagung Regency, for example, through Community-based Environmental Sanitation Program (SLBM), which began in 2011 and took place in five locations of four villages: Kampungdalem, Karangwaru, Sembung and Beji. The evaluation of the Urban Sanitation Development and Management policy implementation by the SLBM Program has an objective to analyze the implementation, factors, and rate of success, and to formulate the strategy of the community-based sanitation program development and management. This study applied a qualitative-descriptive method combined with a quantitative approach. The SLBM Program in Tulungagung Regency has not been implemented properly due to some weaknesses such as failure in selecting locations/ activities, poor participation in operational and maintenance aspects in some locations, and poor village selection. According to the perceived rate of success, the implementation of the SLBM Program was successfully managed in Kampung Dalem, Karangrawu village. In the two remaining villages, Sembung and Beji. The study recommended an improvement of accessible sanitation for the community through analysis shall includes Local Act on Waste Management, Local Sanitation Strategy, optimized coordination/cooperation between concerned agencies, strengthened sanitation working groups, and strengthened facilitators.   Keywords: policy implementation, sanitation, SWOT, AHP
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI KAWASAN KENDENG UTARA PROVINSI JAWA TENGAH Purnaweni, Hartuti
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 12, No 1 (2014): April 2014
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.17 KB) | DOI: 10.14710/jil.12.1.53-65

Abstract

ABSTRAK Kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia mengalami perubahan dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Keluarnya Undang-undang ini adalah karena dirasakan kerusakan lingkungan makin menjadi, sehingga perlu dikeluarkan sebuah kebijakan yang tidak hanya mengharuskan pengelolaan lingkungan akan tetapi juga perlindungan terhadap lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengetahui tentang kebijakan lingkungan  kawasan karst Kendeng Utara di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah; (2) mengetahui pengelolaan lingkungan di kawasan karst Kendeng Utara, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan lokasi penelitian khususnya di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, karena di wilayah ini terutama terjadi pertentangan kepentingan terhadap pengelolaan lingkungan di kawasan karst Kendeng Utara. Kesimpulan penelitian adalah: (1) Kebijakan pengelolaan kawasan karst di Kecamatan Sukolilo terwujud dalam Peraturan Menteri dan Keputusan Gubernur Jawa Tengah, terkait dengan karakteristik geografis. (2) Pengelolaan lingkungan memenuhi tiga unsur POAC (Planning, Organizing, Actuating) yang menjadi fokus penelitian ini. Rekomendasinya adalah : (1) Kebijakan kawasan karst sebaiknya mempertimbangkan keunikan keunikan kawasan karst, kondisi sosial ekonomi sebagian masyarakat yang masih bersifat tradisional, dan dukungan publik perlu digalang oleh pemerintah untuk dilakukannya pembangunan yang seharusnya menguntungkan semua pihak, dan mengacu pada pembangunan berkelanjutan; (2) Pengelolaan lingkungan: (a) Planning/Perencanaan: pembangunan berkelanjutan seharusnya dikedepankan, dengan menekankan pada terwujudnya pembangunan sosial dimana peranserta dan keadilan menjadi bagian penting dalam pembangunan; (b) Organizing/Pengorganisasian: kepentingan yang bersinggungan dalam pengelolaan kawasan karst antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, yang seharusnya dilakukan dengan mengedepankan win-win solution, misalnya dengan pelaksanaan zonasi; (c) Actuating/Pelaksanaan: harus dimunculkan pelaksanaan optimatisasi pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien, dengan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan, sekiranya pabrik semen jadi didirikan di wilayah Sukolilo.   Kata kunci: kebijakan, lingkungan, kawasan karst, Kendeng Utara
Kajian Kondisi dan Nilai Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang di Pantai Wediombo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Heriawan Maulana; Sutrisno Anggoro; Bambang Yulianto
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 14, No 2 (2016): Oktober 2016
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (947.028 KB) | DOI: 10.14710/jil.14.2.82-87

Abstract

ABSTRAKPerairan Wediombo Kabupaten Gunung Kidul yang telah ditetapkan sebagai Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah pada tahun 2013. Pemanfaatan wilayah Pantai Wediombo oleh masyarakat sebagai lokasi pendaratan ikan dan pariwisata mengakibatkan peningkatan tekanan terhadap ekosistem perairan khususnya terumbu karang. Sebagai common property, kerusakan ekosistem terumbu karang tidak dirasakan sebagai kerugian ekonomi sehingga eksploitasi dari manfaat ekosistem terumbu karang menjadi tidak terkendali. Pengelolaan Pantai Wediombo menjadi tantangan bagi stakeholder untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan jasa lingkungan bagi kesejahteraan masyarakat. Salah satu komponen upaya pengelolaannya yaitu dengan melakukan pemantauan kondisi terumbu karang di Pantai Wediombo. Valuasi ekonomi ekosistem termbu karang merupakan instrumen untuk menilai produk dan jasa yang dihasilkan oleh ekosistem terumbu karang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang yang diwakili oleh persen tutupan terumbu karang dan nilai manfaat ekosistem terumbu karang yang diwakili oleh produk perikanan yang dihasilkan dari ekosistem terumbu karang di Pantai Wediombo. Metode yang digunakan adalah metode survei. Metode pengumpulan data kondisi terumbu karang mengacu pada metode Line Intercept Transect (LIT). sedangkan nilai ekonomi manfaat ekosistem terumbu karang dihitung menggunakan metode Effect on Productivity. Pada penelitian diperoleh hasil prosentase tutupan terumbu karang di Pantai Wediombo sebesar 25,29% dengan status kondisi rusak sedang. nilai ekonomi aktual ekosistem terumbu karang di Pantai Wediombo sebesar Rp. 634.553.504,-, sedangkan nilai manfaat sekarang dari ekosistem terumbu karang di Pantai Wediombo sebesar Rp. 20.304.872,-.Kata kunci: Ekosistem Terumbu Karang, Valuasi Ekonomi, Pantai Wediombo ABSTRACTBodies Wediombo Gunung Kidul regency which has been designated as a Local Backup Water Conservation Area in 2013. Utilization Wediombo Turkish territory by the public as a fish landing site and tourism resulted in increased pressure on aquatic ecosystems, especially coral reefs. As common property, damage to coral reefs is not perceived as economic losses so that the exploitation of the benefits of coral reef ecosystems had become unmanageable. Wediombo Coastal management is a challenge for stakeholders to be able to optimize the use of environmental services for the welfare of society. One component management efforts is by monitoring the condition of coral reefs in Wediombo Beach. Economic valuation of coral ecosystems termbu is an instrument to assess the products and services produced by a coral reef ecosystems. The purpose of this study was to determine the condition of coral reef ecosystems are represented by percent cover of coral reefs and coral reef ecosystems benefit value represented by the fishery products produced from coral reef ecosystems Wediombo Beach. The method used is a survey method. Methods of data collection coral reef condition refers to a method Line Intercept Transect (LIT). while the economic value of coral reef ecosystem benefits are calculated using methods Effect on Productivity. In the research results the percentage of coral reef cover in Turkish Wediombo of 25.29% with a damaged condition status. the true economic value of coral reef ecosystems Wediombo Coast of Rp. 634 553 504, -, while the value of current benefits of coral reef ecosystems Wediombo Coast of Rp. 20,304,872, -.Keywords:  Coral Reef Ecosystems, Economic Valuation, Turkish WediomboCara sitasi: Maulana, H., Anggoro, S., Yulianto, B. (2016). Kajian Kondisi dan Nilai Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang di Pantai Wediombo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(2),82-87, doi:10.14710/jil.14.2.82-87
Analisis Keberlanjutan Biogas Limbah Tahu Pedesaan (Studi Kasus Di Desa Kalisari, Kabupaten Banyumas) Desty Ristianingsih; Arya Hadi Dharmawan; Eka Intan Kumala Putri
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 16, No 2 (2018): Oktober 2018
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.612 KB) | DOI: 10.14710/jil.16.2.104-112

Abstract

 ABSTRAK Limbah cair tahu di Desa Kalisari diolah menjadi biogas untuk mencukupi kebutuhan energi rumahtangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja biogas limbah tahu sangat menentukan keberlanjutan biogas limbah tahu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status keberlanjutan biogas limbah tahu dengan menggunakan pendekatan Multidimensional Scaling (MDS)  berdasarkan lima dimensi yaitu sosial, ekonomi, ekologi, kelembagaan dan teknologi. Hasil analisis MDS menunjukkan bahwa dimensi sosial, ekonomi, ekologi dan kelembagaan berstatus cukup berkelanjutan. Dimensi teknologi berada pada status kurang berkelanjutan. Biogas limbah tahu dipandang efektif sebagai energi alternatif rumahtangga karena mengurangi beban kerja perempuan dan menjadi sarana resolusi konflik antara petani dan pengrajin tahu. Total manfaat ekonomi mencapai Rp 2 058 344 100/tahun namun secara ekonomi nilai tersebut belum efektif sebab biogas hanya dapat memenuhi sekitar 18% rumahtangga dari keseluruhan rumahtangga di Desa Kaliasari. ABSTRACTLiquid tofu waste in Kalisari Village was processed into biogas to fulfill household energy needs. The factors that influence the performance of biogas from tofu waste determine the sustainability. This study was aimed to analysed the sustainability status of biogas from tofu waste using Multidimensional Scaling (MDS) approach based on five dimensions of social, economic, ecology, institutional and technology. The result showed that the social, economic, ecological and institutional dimensions were quite sustainable besides, the technology dimension was found in a less sustainable. Biogas from tofu waste was effective as an alternative energy for rural communities because reduced workload of women and as a conflict resolution between farmers and tofu craftsmen. The total economic benefit amounted Rp 2 058 344 100/year but it has not been effective because biogas only provide 18% of household from whole communities in Kalisari Village. Keywords: biogas, MDS, rural energy, sustainability, tofu wasteSitasi: Ristianingsih, D., Dharmawan, A.H. dan Putri, E.I.K (2018). Analisis Keberlanjutan Biogas Limbah Tahu Pedesaan (Studi Kasus Di Desa Kalisari, Kabupaten Banyumas). Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(2), 104-112, doi:10.14710/jil.16.2.104-112
TAMBAK TERLANTAR SEBAGAI TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DI DAERAH ENDEMIS MALARIA (Penyebab dan Penanganannya) Ernawati, Kholis; F. Achmadi, Umar; P. Soemardi, Tresna; Thayyib, Hasroel; Mutia R, Sri
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 10, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (853.873 KB) | DOI: 10.14710/jil.10.2.54-63

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akar masalah munculnya tempat perindukan nyamuk Anopheles sebagai vector malaria, serta permasalahan sosial seputar pengelolaan perindukan nyamuk di daerah endemis malaria. Penelitian dilakukan di Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung. Focus pengamatan pada tambak terlantar di desa Sukarame, Sukamaju, dan Kampung Baru. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, in dept interview, pengamatan, dan studi literature. Data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persoalan tambak terlantar akibat adanya konflik lahan, perijinan, pendidikan masyarakat yang rendah,  kemiskinan serta peran serta masyarakat yang rendah. Penanganan tambak terlantar dimulai dari menumbuhkan kesadaran seluruh individu bahwa malaria merupakan permasalahan yang serius dan penanganan tambak terlantar merupakan keniscyaan untuk memutuskan rantai penularan penyakit. Menghidupkan tambak lagi dengan budi daya udang atau menggantinya dengan ikan nila. Menerapkan prinsip kerjasama lintas sector, integrated, dan sustainability dalam penanganan tambak terlantar.   Kata Kunci: Tambak Terlantar, Daerah Endemis Malaria, Tempat Perindukan Nyamuk, Penyebab Munculnya Tambak Terlantar, Penanganan Tambak Terlantar.     ABSTRACT   This study aims to determine the root causes of the emergence of Anopheles mosquito breeding places as a vector of malaria, and social issues surrounding the management of mosquito breeding in malaria endemic areas. The study was conducted in the District Punduh Pedada, Pesawaran, Lampung. Focus observations on abandoned farms in the village Sukarame, Sukamaju, and Kampung Baru. The data was collected using a questionnaire, in dept interview, observation, and study of literature. Data were analyzed with descriptive qualitative method. The results showed that the issue of farm land have been displaced by the conflict, licensing, public education is low, poverty and low community participation. Handling derelict farm started growing awareness of all individuals that malaria is a serious problem and the handling of abandoned ponds are a must to break the chain of disease transmission. Turning again to the aquaculture pond shrimp or replace it with tilapia. Applying the principle of cross-sector collaboration, integrated, and sustainability in the handling of abandoned farms. Keywords: Abandoned Farms, Malaria Endemic Area, Mosquito Breeding Places, Causes Of Emergence Pond Abandoned,  Neglected Pond Management.
Multikriteria Analisis dalam Pemilihan Alat Pengumpul Sampah dengan Pembobotan Kombinasi Hasil Analysis Hierarchy Process (AHP) dan Time Motion Study (TMS) Mochammad Chaerul; Syiffa Rahmania
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 17, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.507 KB) | DOI: 10.14710/jil.17.2.222-230

Abstract

Pengumpulan sampah merupakan salahsatu tahapan dalam suatu sistem pengelolaan sampah suatu kota. Efektifitas dan efisiensi pengumpulan sampah dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan. Pemilihan alat pengumpul sampah dipengaruhi oleh berbagai macam kriteria. Salahsatu metode multikriteria analisis yang paling sering digunakan adalah Analysis Hierarchy Process (AHP).  Multikriteria tersebut bukan saja terbatas pada aspek teknis dan non-teknis semata tetapi juga aspek operasional masing-masing alat yang dapat didekati dengan metode Time Motion Study (TMS). Di banyak kasus, kedua metode multikriteria tersebut digunakan secara terpisah dan berdiri sendiri. Paper ini mencoba menggabungkan kedua metode tersebut untuk memilih 3 (tiga) alternatif alat pengumpul sampah, yaitu: gerobak, becak motor, dan truk yang digunakan di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat sebagai studi kasus. Untuk aplikasi metode AHP, dipilih kelompok responden masyarakat, petugas pengumpul sampah, pemerintah dan akademisi dengan mempertimbangkan kriteria teknis, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Penilaian rerata global dari seluruh kelompok responden menempatkan gerobak sebagai alat terbaik dengan nilai 0,381, dibandingkan becak motor (0,356) dan truk (0,263). Sedangkan dengan metode TMS, yang mempertimbangkan keseluruhan tahapan operasional masing-masing alat pengumpul sampah didapat nilai kecepatan dan efisiensi pengumpulan sampah tertinggi adalah untuk becak motor, yaitu masing-masing sebesar 56,32 m/menit dan 49,53 kg/menit, dibandingkan untuk truk dan gerobak. Penggabungan metode AHP dan TMS dilakukan dengan cara memberikan bobot untuk masing-masing parameter dari hasil kedua metode tersebut yang telah dinormalisasi. Urutan prioritas alat pengumpul yang terbaik bisa saja berbeda ketika bobot masing-masing parameter tersebut dirubah. Penggabungan kedua metode tersebut menghasilkan pilihan yang lebih baik dan dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambil keputusan sehingga dapat diperoleh alat pengumpul sampah yang dianggap lebih efektif dan efisien, terutama dalam mendukung tercapainya universal akses di sektor persampahan.
KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN PENERAPAN TEKNOLOGI BIOFLOK PADA KEGIATAN BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN METODE LIFE CYCLE ASSESSMENT Ma'in, M; Anggoro, Sutrisno; Sasongko, Setia Budi
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 11, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.655 KB) | DOI: 10.14710/jil.11.2.110-119

Abstract

ABSTRAKPenerapan teknologi bioflok pada kegiatan budidaya vaname perlu dievaluasi, terkaitpenggunaan sumberdaya alam dan energi listrik yang berpotensi mengakibatkan dampaklingkungan disertai biaya investasi yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisisdampak lingkungan dan menentukan strategi pengelolaan budidaya udang berbasis teknologibioflok. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakanmetode penaksiran daur hidup. Kajian dibatasi pada kegiatan pembesaran di tambak “cradleto farm gate”, unit yang digunakan adalah produksi 1 ton udang vaname. Hasil penelitian inimenunjukkan teknologi bioflok mampu meningkatkan produksi per satuan luas lahan yangdigunakan dengan ukuran panen ± 16,4 gr/ekor, nilai FCR 1,3, SR 86 - 92%, dan SGR 15,6%.Produksi per ton udang vaname menghasilkan dampak: acidification (Acd); 63.39 ± 15.37 kgSO2eq, eutrophication (Eut); 14.10 ± 3.28 kg PO4eq, ; global warming potential (GWP); 7336.77± 1,46 kg CO2eq, ; dan cumulative energy use (CEU) sebesar 101,64 ± 18.84 GJ. Strategipengelolaan perlu dilakukan dengan perbaikan manajemen pemberian pakan berbasis kualitasair, pengurangan konsumsi energi listrik, menerapkan panen bertahap dan menambahkankolam pengolahan limbah.Kata Kunci : kajian, lingkungan, bioflok, budidaya udang,
Studi Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat di Kota Denpasar Muhammad Sonny Abfertiawan
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 17, No 3 (2019): November 2019
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.26 KB) | DOI: 10.14710/jil.17.3.443-451

Abstract

Pengelolaan air limbah domestik di Indonesia masih dihadapkan dengan cukup banyak tantangan teknis maupun non-teknis. Beberapa data menunjukkan masih terdapat 10,41% penduduk Indonesia yang memiliki perilaku buang air besar sembarangan dan 32,1% penduduk belum memiliki pengelolaan sanitasi yang layak. Sebagai negara yang memiliki populasi 260 juta jiwa, terbesar keempat di dunia, dan luas mencapai 2 juta km2, Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pengelolaan air limbah domestik yang efektif dan efisien. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang menyeimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Denpasar, sebagai salah satu kota besar pariwisata di Indonesia, memiliki kepentingan terhadap upaya peningkatan pengelolaan air limbah domestik agar tidak memberikan dampak negatif terhadap industri pariwisata. Hasil studi menujukkan bahwa pengelolaan air limbah domestik di Kota Denpasar masih didominasi dengan sistem setempat yakni sebesar 96,8% dari total populasi. Sebesar 3% dari populasi telah dilayani oleh sistem jaringan perpipaan terpusat dan 0,2% populasi masih memiliki perilaku buang air besar sembarangan. Sistem setempat dipandang masih menjadi solusi terbaik dalam pengelolaan air limbah domestik di kota-kota Indonesia. Namun, sistem ini dinilai masih memiliki cukup banyak permasalahan terkait dengan institusi pengelolaan, finansial, infrastruktur pengolahan setempat, dan kebijakan atau regulasi. Oleh karena itu, Kota Denpasar memiliki tantangan yang besar untuk memastikan sistem pengelolaan air limbah domestik dapat berjalan dengan baik. Makalah ini mendeskripsikan kondisi eksisting sistem pengelolaan air limbah domestik setempat di Kota Denpasar yang meliputi sub-sistem pengolahan setempat, sub-sistem pengangkutan lumpur tinja, dan sub-sistem pengolahan lumpur tinja. Penelitian ini dilakukan untuk menjadi dasar dalam pengembangan model pengelolaan air limbah domestik setempat di Kota Denpasar.   
Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Lilin (Musa paradisiaca) Sebagai Pakan Alternatif Ayam Pedaging (Gallus galus domesticus) Ryan Hidayat; Arum Setiawan; Erwin Nofyan
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 14, No 1 (2016): April 2016
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.411 KB) | DOI: 10.14710/jil.14.1.11-17

Abstract

ABSTRAK Daging ayam merupakan salah satu sumber bahan pangan hewani yang mengandung gizi yang cukup tinggi berupa protein dan energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan kulit pisang lilin terhadap pertumbuhan ayam pedaging. Disiapkan Ayam pedaging berusia 1 hari. Digunakan rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 2 kali ulangan dengan konsentrasi 0% (kontrol), 25%,50%,75% dan 100% kulit pisang. Serta analisis menggunakan Analisis Varian (ANAVA), jika terdapat perbedaan antara perlakuan tersebut dapat dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan tingkat kepercayaan 95%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pertambahan berat tubuh ayam pedaging paling baik adalah 0% kulit pisang dengan 289,04 g tetapi, hasil tertinggi pakan campuran antara kulit pisang dan pur komersial terdapat pada konsentrasi (25%) kulit pisang 259,20 gram, (50%) 250,92 gram, (75%) 251,69 gram sedangkan hasil terendah hingga mengakibatkan ayam pedaging mati terdapat pada perlakuan (100%) kulit pisang 64,21 gram. Faktor utama rendahnya hingga mengakibatkan matinya ayam pedaging pada perlakuan 100% kulit pisang disebabkan oleh kandungan C/N yang terdapat pada kulit pisang yang tinggi terutama pada kandungan N-Total yang tinggi mengakibatkan terjadinya penurunan rasio C/N sehingga tidak terjadi proses mineralisasi atau meningkatnya kandungan dalam pakan dengan baik. Serta dapat diambil kesimpulan bahwa Semakin tinggi konsentrasi pakan yang diberikan terhadap pakan ayam pedaging berpengaruh semakin rendahnya pertumbuhan rerata ayam pedaging. Serta pakan olahan yang terbuat dari kulit pisang lilin pada konsentrasi 25%-75% seluruhnya dapat dikonsumsi ayam pedaging guna menambah berat badan pada ayam pedaging karena memiliki hasil yang tidak berbeda signifikan. Kata Kunci: Broilers, Kulit pisang lilin, pertumbuhan, kecepatan konsumsi   ABSTRACT The research of candles banana skin (Musa zabrina Van Houtte) utilization (Gallus gallus domesticus) has been done. The research aims to find the utilization of candle banana skin as an alternative feed for broilers growth. This research was being used 1-day old broiler. And using competely randomized design (CRD) with 5 treatments and 2 repititions this research was being used candles banana skin extract with 0% control 25%, 50%, 75%, and 100% concentration.the analized was being used variant analysis (ANOVA), it could continu with Least Significent Difference (LSD) if there is a difference between the treatments with 95% confidence level. The result of this research show that the best gain of broiler, weight, is using 0% candles banana skin extract 289.04 grams. However, this result of mixing feed between candles banana skin and comercial put highhest in (25%) candles banana skin consentration 259.20 grams, (50%) 250.92 grams, (75%) 251.65 grams whie the lowest result that cousing the death of broiler is in (100%) candle banana extract consentration treatment because of high C/N contained. espescially on the high   N-Total cause the decrease of C/N ratio so that there is on mineralization procers on in creasing the feed contained. The conclution is the concentration of the feed given to broilers, it aaffects the low growth average of broilers the feed in 25%- 75% concentrations can consumed by the broilers to increase the weight. Keywords: Broilers, Candles banana skin, Growth and The rate of consumption Cara sitasi: Hidayat, R., Setiawan, A., Nofyan, E. (2016). Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Lilin (Musa paradisiaca) Sebagai Pakan Alternatif Ayam Pedaging (Gallus galus domesticus). Jurnal Ilmu Lingkungan,14(1),11-17, doi:10.14710/jil.14.1.11-17

Page 3 of 79 | Total Record : 787


Filter by Year

2011 2025