Jurnal Rekayasa Sipil
Jurnal Rekayasa Sipil' translated as Civil Engineering Journal, is a scholarly periodical that published by Civil Engineering Departement, Faculty of Engineering, Andalas University (Unand), Padang, West Sumatra, Indonesia. The journal, abbreviated as JRS-Unand, covers recent topics in civil engineering as stated in its focus and scope.
JRS-Unand publishes 6-10 articles in each edition with 8-14 pages long for each article. One volume of JRS-Unand divided into two editions, which published in February and October each year. Articles are written in Bahasa Indonesia (Indonesian language) or can be in English.
Articles
9 Documents
Search results for
, issue
"Vol 17, No 1 (2021)"
:
9 Documents
clear
Analisis Faktor Penyebab Cost Overruns Pada Proyek Konstruksi Pembangunan Rumah Dan Ruko Di Kota Bandung Dan Cimahi
Alvin Prayogo Soekiman;
Anton Soekiman
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25077/jrs.17.1.13-23.2021
Dalam pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi sering terjadi pengeluaran biaya yang melebih anggaran yang telah direncanakan. Kelebihan biaya yang dikenal dengan cost overruns ini akan membebani pihak pelaksana jasa konstruksi terutama untuk kontrak Lumpsum Fixed Price. Penelitian ini difokuskan pada proyek konstruksi rumah tinggal dan rumah toko (ruko) dengan kontrak lumpsum di Indonesia dengan ruang lingkup penelitian di Kota Bandung dan Cimahi. Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya cost overruns dalam pelaksanaan proyek konstruksi rumah tinggal kecil-menengah dan rumah toko serta memodelkan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya cost overruns tersebut dengan metode analisis jalur atau sering dikenal dengan metode Path Analysis. Data dikumpulkan melalui kuesioner dengan sasaran utama sebagai respondennya adalah para kontraktor atau minimal berada dijajaran Project Manager dalam sebuah proyek. Hasil penelitian menghasilkan bahwa faktor terkait kelengkapan desain merupakan faktor utama dalam terjadinya cost overruns sehingga semakin lengkap desain awal perencanaan maka semakin kecil kemungkinan terjadinya cost overruns Sementara jalur yang memiliki pengaruh paling dominan yaitu: cost overruns dipengaruhi oleh faktor terkait kinerja hasil pekerjaan, yang sebelumnya dipengaruhi oleh faktor terkait tenaga kerja, yang sebelumnya oleh faktor terkait kondisi hukum, sosial dan ekonomi, yang sebelumnya oleh faktor terkait kelengkapan desain. Sehingga dapat dilihat bahwa sumber permasalahan utama dari jalur yang paling dominan adalah faktor-faktor terkait kelengkapan desain.
Prediksi Laju Sedimentasi Pada Sungai Jatiroto
Hajar Crisia Cahyani;
Entin Hidayah;
Retno Utami Agung Wiyono;
Gusfan Halik;
Wiwik Yunarni Widiarti
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25077/jrs.17.1.64-71.2021
Erosi dapat menyebabkan terjadinya sedimentasi di sungai. Sedimentasi yang terjadi secara terus-menerus dapat mengakibatkan sungai menjadi dangkal dan mengurangi kapasitas sungai. Sedimen akan mengendap pada bagian tertentu di sepanjang aliran sungai yang tidak mampu terangkut bersama dengan aliran sungai. Sungai Jatiroto merupakan sungai yang membatasi Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember. Sungai Jatiroto dimanfaatkan untuk keperluan irigasi pada kecamatan Jatiroto dan Kecamatan Rowokangkung. Penyebab dari sedimentasi adalah perubahan tata guna lahan ataupun erosi yang dilakukan oleh sungai itu sendiri. Pemodelan transpor sedimen oleh HEC-RAS bertujuan untuk mengetahui laju sedimen yang terbawa oleh sungai. Pada pemodelan ini dilakukan dua analisis, yaitu analisis hidrolika dan analisis transpor sedimen. Tahap pertama, analisis hidrolika menggunakan debit unsteady, parameter Manning (n) dan koefisien ekspansi dan kontraksi. Kalibrasi model dilakukan dengan cara perbandingan tinggi muka air yang menghasilkan nilai determinasi R2 sebesar 0,9586, nilai RMSE sebesar 0,39 dan masuk dalam kategori baik. Tahap kedua, analisis sedimentasi menggunakan debit quasi-unsteady dan diameter butiran. Fungsi pengangukatan sedimen yang cocok pada pemodelan ini adalah Laursen (Field) dengan laju sedimen sebesar 256,341 m³/tahun. Adapun laju sedimentasi di lapangan dilakukan dengan membandingkan cross section lama dengan yang baru yaitu 289,24 m³/tahun. Uji keandalan (validasi) model dilakukan dengan membandingkan hasil pemodelan dengan data observasi yang didapatkan dari hasil perhitungan volume pengendapan pada cross section. Didapatkan hasil uji keandalan sebesar 88%.
Perubahan Nilai Kuat Tekan Lempung Lunak Distabilisasi Dengan Kapur dan Limbah Pembakaran Batubara
Azra Zulnasari;
Soewignjo Agus Nugroho;
Ferry Fatnanta
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25077/jrs.17.1.24-36.2021
Suatu bangunan infrastruktur yang akan dibangun terkait langsung dengan aspek yang paling penting yaitu tanah pendukung, karena berfungsi sebagai menerima dan menahan beban struktural diatasnya. Dalam kenyataannya, tidak semua tanah mempunyai perilaku fisik dan mekanis yang baik, salah satu contohnya ditandai dengan kadar air yang tinggi serta kuat tekan maupun daya dukung tanah yang rendah. Untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya kondisi tersebut maka dilakukan stabilisasi terhadap tanah agar memenuhi persyaratan teknis yang diperlukan. Stabilisasi tanah yang akan ditelaah yaitu perbaikan tanah lempung dengan dicampur zat aditive yaitu kapur, abu terbang serta abu dasar. Kapur dan geopolimer abu batubara, yaitu abu terbang abu dasar, sudah banyak digunakan untuk meningkatkan kuat geser dan daya dukung tanah. Tujuan penelitian adalah mengamati perilaku tanah lempung dengan kembang susut tinggi yang distabilisasi dengan kapur, abu terbang dan abu dasar. Perilaku yang diamati adalah peningkatan kekuatan tanah dengan pengujian laboratorium, yaitu nilai kuat tekan bebas Tanah. Pada penelitian ini pengujian kuat tekan dilakukan dengan 6 perlakuan yaitu: tanpa pemeraman dan tanpa perendaman; tanpa pemeraman dengan perendaman; pemeraman 7 hari dengan tanpa perendaman; pemeraman 7 hari dan perendaman; pemeraman 28 hari dan tanpa perendaman, serta pemeraman 28 hari dan perendaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kuat tekan tersebut akan semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu pemeraman. Begitu juga dengan semakin bertambahnya persentase zat aditif maka nilai kuat tekan juga cenderung semakin meningkat. Sedangkan dengan perlakuan pemeraman terhadap sampel mengakibatkan penurunan nilai kuat tekan. Nilai kuat tekan tertinggi berada pada Variasi VI sebesar 1506,158 kPa pada kondisi pemeraman 28 hari dan tanpa perendaman dimana persentase bahan tambah yang terkandung yaitu 25% abu terbang, 15% abu dasar dan 5% kapur. Sedangkan nilai Kuat Tekan Bebas terendah pada Variasi III sebesar 120,442 kPa pada kondisi tanpa pemeraman dan perendaman dengan persentase bahan tambah yang terkandung yaitu 10% abu terbang, 15% abu dasar dan 5% kapur.
Perilaku Mekanik dan Fisik Bata Ringan Akibat Terpapar Suhu Tinggi
Ahmad Riadi;
Harnedi Maizir;
Reni Suryanita
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25077/jrs.17.1.72-84.2021
Pertumbuhan penduduk Indonesia berkembang dengan pesat sehingga menyebabkan kebutuhan rumah tempat tinggal dan gedung lainnya akan semakin meningkat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia. Untuk mengurangi ketergantungan akibat keterbatasan material bangunan telah mendorong dunia konstruksi untuk melakukan peningkatan teknologi baru tentang bahan bangunan, seperti pengembangan teknologi material bangunan seperti bata ringan Cellular Light-weight Concrete (CLC) sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan bata merah. Keuntungannya adalah bata ini lebih untuk dinding. Pengujian pemaparan suhu tinggi telah dilakukan pada beton namun penelitian bata ringan terpapar suhu tinggi belum banyak dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dan membandingkan sifat mekanik dan fisik CLC serta kuat tekan pada saat sebelum dan sesudah terpapar suhu tinggi dengan ukuran bata ringan tinggi 20 cm lebar 10 cm dan panjang 60 cm serta komposisi campuran semen berbanding pasir sebesar 1:1, 1:2 dan 2:3 dengan usia sampel 28 hari. Analisis rambatan panas dilakukan menggunakan perangkat lunak LUSAS V19 dengan suhu paparan 100° C dan 200° C selama 30 dan 60 menit. Berdasarkan pengujian bata ringan setelah pemaparan suhu tinggi selama 60 menit, kuat tekan bata ringan ukuran kubus pada campuran semen berbanding pasir 1:1 mengalami penurunan kuat tekan sebesar 58.09% dibandingkan sebelum terpapar sedangkan bata ringan ukuran balok mengalami penurunan kuat tekan sebesar 37,77% dibandingkan sebelum terpapar. Selain penurunan kuat tekan, hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa pemaparan suhu tinggi telah menyebabkan perubahan pada bata ringan seperti perubahan warna, perubahan ukuran lobang pori serta perubahan kuat tekan. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi praktisi terkait perbedaan sifat mekanik.
Analisis Pengaruh Konfigurasi Menara Pada Jembatan Cable Stayed Akibat Beban Gempa
Yessi Stani Beata Siahaan;
Relly Andayani
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25077/jrs.17.1.37-51.2021
Perkembangan teknologi jembatan cable stayed khususnya untuk jembatan bentang panjang berkembang sangat pesat. Jembatan cable stayed merupakan pilihan yang tepat karena desain geometri struktur yang relatif ringan, ekonomis dan lebih kaku dibandingkan dengan jembatan gantung. Analisis beban gempa yang terjadi dalam perhitungan struktur jembatan cable stayed sangat penting, karena sistem menara jembatan bersentuhan langsung dengan tanah keras sebagai media pelepasan energi sesaat saat terjadi gempa bumi. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis struktur menara jembatan cablye stayed dengan konfigurasi bentuk menara jembatan yang berbeda dalam memikul beban akibat beban gempa sehingga didapatkan bentuk menara yang memiliki gaya dalam minimum. Perencanaan bentuk menara bervariasi antara lain menara tipe A, menara tipe H, menara tipe berlian, menara tipe inverted Y, dan menara tipe X. Penyusunan kabel menggunakan Konfigurasi Semi Fan dan metode analisis dinamis menggunakan Time History Analysis. Bentuk struktur jembatan menara cable stayed sangat mempengaruhi kinerja dari struktur jembatan secara keseluruhan karena menara merupakan komponen utama jembatan yang menenerima gaya tekan dan momen yang besar. Hasil analisis diperoleh menara yang mengalami perpindahan minimum adalah menara tipe Inverted Y. Hasil analisis diperoleh semakin banyak tarikan kabel yang ditopang menara, semakin sedikit tumpuan pada menara dan geometri pada puncak menara yang tidak menyatu maka semakin besar gaya-gaya dalam yang dialami menara. Menara yang mengalami gaya-gaya dalam yang minimum yang dapat direkomendasi untuk digunakan pada jembatan cable stayed adalah menara tipe A, tipe H dan tipe Inverted Y.
Pengaruh Perubahan Kadar Air Tanah Terhadap Stabilitas Dinding Penahan Tanah Jenis Bronjong
Andriani Andriani;
Hanafi Hanafi;
Abdul Hakam
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25077/jrs.17.1.85-96.2021
Bronjong merupakan salah satu jenis dinding penahan tanah tipe gravity, dimana tingkat stabilitasnya tergantung dari berat konstruksi dan jenis timbunan yang digunakan. Dinding penahan tanah merupakan suatu konstruksi yang digunakan untuk menahan tekanan lateral dari masa tanah dengan ketinggian tertentu, untuk itu stabilitas dinding penahan tanah harus memenuhi syarat agar aman terhadap beban yang bekerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas dinding penahan tanah adalah kuat geser tanah timbunan dibelakang dinding. Pada lokasi tertentu terkadang sulit untuk menemukan jenis tanah berbutir kasar, sehingga digunakan jenis tanah berbutir halus. Penggunaan tanah berbutir halus sebagai bahan timbunan dipengaruhi oleh kadar air, sehingga kuat geser tanah akan berubah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkat stabilitas jangka pendek dan jangka panjang dinding penahan tanah tipe bronjong di km 31+800 ruas jalan nasional Lubuk Selasih – Batas kota Padang dan menganalisis pengaruh berbagai variasi kadar air terhadap kuat geser tanah timbunan. Parameter kuat geser yang ditinjau berupa kuat geser total dan kuat geser efektif. Parameter kuat geser didapatkan dari pengujian di laboratorium menggunakan uji triaksial Unconsolidated Undrained (UU) dan uji triaksial Consolidated Undrained (CU). Sampel yang digunakan dalam pengujian dipadatkan pada tiga variasi kadar air, yaitu pada kadar air dibawah optimum, pada kadar air optimum dan pada kadar air diatas optimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat geser total dan kuat geser efektif tertinggi diperoleh pada kondisi variasi kadar air terkecil (30 %). Dari perhitungan nilai stabilitas bronjong diperoleh bahwa pada variasi kadar air 30 % dan 40 % tingkat stabilitas bronjong aman terhadap guling, geser dan daya dukung sedangkan pada variasi kadar air 50 %, dinding bronjong aman terhadap daya dukung tetapi tidak aman terhadap guling dan geser.
Effectiveness of Competency-Based Training for construction Labor in West Sumatra
Dwifitra Yenti Jumas;
Vivi Ariani;
Asirini Asrini
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25077/jrs.17.1.52-63.2021
The issuance of Minister Regulation of Public Works and Public Housing (PUPR) No. 24/ PRT/ M/ 2014 concerning Competency-Based Training Guidelines in the Construction Services Sector is a strong effort by the government to increase the capacity of sustainable construction human resources in order to produce productive and competent human resources. Therefore, the workforce must-have requirements and a series of specific competencies to carry it out effectively and efficiently. Moreover, these competencies must be under the work they will do. The Kirkpatrick Model is used to evaluate the results of training and learning programs and rates against four levels of criteria: reaction, learning, behavior, and results. This research aims to find out what variables affect the effectiveness of competency-based training based on Kirkpatrick's four levels and see whether the competency training activities effectively increase human resources in construction services. A total of 64 questionnaires were then distributed to relevant respondents who attended the competency-based training held in West Sumatera during the 2017-2018 periods. From the results, there are 4 Kirkpatrick level variables that affect the effectiveness of training, namely the level of reaction (21 indicators), learning (6 indicators), behavior (7 indicators), and results (11 indicators). The variable that shows the most effective results is the variable level of learning as much as 47.51%, followed by results (44.56%), learning (47.51%), and behavior (29.27). It can be concluded that the workforce competency training conducted in West Sumatera from 2017 to 2018 was still less effective.
Vehicles Speed in Platoon, Case Study Padang - Bukittinggi Road
Sri Ramayanti;
Bayu Martanto Adji;
yosritzal yosritzal;
Hendra Gunawan
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25077/jrs.17.1.97-107.2021
The increase in vehicle ownership number will affect the increase in traffic flow, which will usually result in congestion on the road network. This phenomenon causes vehicles to tend to travel close to one another (platoon). Characteristics used in describing the platoon phenomenon are the distance between vehicles (headway), average speed, and the number of vehicles in the platoon. This study is to analyzes the effect of variations in the leader and platoon length on vehicle speed. This research was conducted on Padang – Bukittinggi Road. Based on the Decree of the Minister of PUPR No: 248/KPTS/M/2015, Padang - Bukittinggi Road is categorized as a primary arterial road. This research used the primary data, a field survey, by recording vehicle traffic flow (traffic platoon) for two days. A distance of 50 meters is taken to determine the speed, and the time is measured with a stop program. The average headway on weekdays is 1.32 seconds and on holidays is 1.47 seconds. The size of the platoon and the type of platoon leader have a significant effect on the average speed of the vehicle in the platoon if the headway is ≤ 2 seconds. At the addition of one vehicle in the platoon, which can change the vehicle's average speed, follows the equation y = -4.30x + 67.09.
Pengaruh Penerapan SNI 1726:2019 Terhadap Desain Struktur Rangka Momen Beton Bertulang Di Indonesia
Ahmad Sobah Nurul Sodik;
Relly Andayani
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25077/jrs.17.1.1-12.2021
Telah diterbitkan peraturan gempa yang terbaru, yaitu tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI 1726:2019 menggantikan peraturan gempa sebelumnya, SNI 1726:2012. Dalam penelitian ini spektra desain yang ada dalam SNI 1726:2019 dibandingkan dengan spektra desain dalam SNI 1726:2012 dengan mengambil sampling 21 kota besar yang dianggap mewakili seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil perbandingan tampak sebagian besar mengalami kenaikan walaupun tidak sedikit yang mengalami penurunan dan ada pula yang tetap. Penerapan faktor amplifikasi Fa menurut SNI 1726:2019 menyebabkan adanya fenomena anomali di daerah-daerah rawan gempa, dimana nilai spektra desain untuk perioda pendek di situs Tanah Lunak (SE) dapat lebih rendah daripada nilai untuk Tanah Sedang (SD) dan Tanah Keras (SC). Fenomena anomali tersebut terjadi di kota-kota dengan SS di atas 0,75 g. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan studi komparasi dengan membandingkan besaran gaya gempa yang dihitung menggunakan SNI 1726:2012 dan SNI 1726:2019 terhadap suatu sampel model struktur gedung yang diasumsikan terletak di Jakarta pada kondisi tanah lunak (SE). Terjadi kenaikan base shear desain pada gedung yang dihitung menggunakan SNI 1726:2019 dibandingkan gedung yang dihitung menggunakan SNI 1726:2012 sebesar 128,93% untuk arah x dan 131,23% untuk arah y. Sampel model struktur gedung memiliki level kinerja life safety jika dievaluasi terhadap peraturan gempa SNI 1726:2012 dan mengalami penurunan kinerja dari level life safety ke collapse prevention jika dievaluasi terhadap gempa peraturan baru, SNI 1726:2019.