cover
Contact Name
Angga Kautsar
Contact Email
jurnal.farmaka@unpad.ac.id
Phone
842 888888 Ext : 3510
Journal Mail Official
jurnal.farmaka@unpad.ac.id
Editorial Address
Gedung Laboratorium I Fakultas Farmasi, UNPAD Jl. Raya Jatinangor KM 21, Bandung-Sumedang, Indonesia 45363
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Farmaka
ISSN : 16931424     EISSN : 27163075     DOI : https://doi.org/10.24198/
Core Subject : Health, Science,
Farmaka is replacement for Pharmaceutical Bulletin, published since 1991, with a frequency of four times a year. Editors accept scholarly works of research results and literature review which was closely related to the science, pharmaceutical technology and practice.
Articles 775 Documents
ARTIKEL REVIEW: PERKEMBANGAN DAN POTENSI VAKSIN DBD DARI BERBAGAI NEGARA Monica Richelle Herdady; Resmi Mustarichie
Farmaka Vol 16, No 3 (2018): Suplemen (September)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.899 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i3.17415

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue melalui Aedes aegyptidan Aedes albopictus. Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Sindrom Syok Dengue yang dapat berujung pada kematian. Hingga saat ini, pengobatan DBD yang tersedia saat ini hanya terapi suportif saja. Namun, kini terapi preventif berupa vaksin DBD sedang dikembangkan. Review ini bertujuan untuk mengumpulkan literatur mengenai perkembangan vaksin DBD dan meninjau potensi vaksin DBD berdasarkan studi di berbagai negara.Kata kunci:Demam Berdarah Dengue, vaksin, perkembangan, potensi
Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas dari Eucalyptus globulus Labill. LIZA FAUZIYYAH KOSWANDY; Zelika Mega Ramadhania
Farmaka Vol 14, No 2 (2016): Suplemen
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.213 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i2.10815

Abstract

Eucalyptus merupakan genus tanaman dari famili Myrtaceae. Eucalyptus ini sering digunakan sebagai tanaman obat. Salah satu spesies yang digunakan sebagai obat yaitu Eucalyptus globulus. Tanaman ini berasal dari Australia dan Tasmania serta terdistribusi di daerah tropis dan subtropis. Minyak esensial yang diperoleh dari daun Eucalyptus globulus, dimanfaatkan daunnya sebagai obat TBC paru-paru, diabetes, obat pilek, antiseptik, asma, desinfektan, terapi malaria, antibakteri, antifeedant, anti fungi, pengusir serangga atau repellant sedangkan untuk batang dimanfaatkan sebagai antivirus. Bioaktivitas Eucalyptus globulus ini dibuktikan dengan studi farmakologi secara in-vivo dan in-vitro. Senyawa yang berperan dalam bioaktivitas ini, yaitu 1,8-sineol, α-terpineol, quinat, luteolin, dan proantosianidin. Review artikel ini diperoleh dari beberapa pustaka jurnal serta textbook, penelusurannya dari berbagai situs penyedia jurnal terpercaya, seperti google scholar, ncbi, science direct, Elsevier yang kemudian di skrining berdasarkan kriteria inklusi. Berdasarkan data-data tesebut, diharapkan dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka. Kata kunci: Eucalyptus globulus, Kayu Putih, Minyak esensial, Senyawa kimia, Bioaktivitas
Morfin : Penggunaan Klinis dan Aspek-Aspeknya Aulia Annisa Putri Heri; Anas Subarnas
Farmaka Vol 17, No 3 (2019): Farmaka (Desember)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.925 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i3.22096

Abstract

Review: Aktivitas Biologis Tanaman Bandotan (Ageratum conyzoides Linn.) sebagai Terapi Luka Terbuka YUNISTYA DWI CAHYANI; SORAYA RATNAWULAN MITA
Farmaka Vol 16, No 2 (2018): Suplemen Agustus
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.003 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i2.17641

Abstract

Tanaman bandotan (Ageratum conyzoides Linn.) dikenal sebagai salah satu tanaman liar yang berasal dari familia Asteraceae dan memiliki berbagai aktivitas biologis dan farmakologis. Salah satu aktivitas farmakologis yang menjadi fokus utama para peneliti adalah sebagai terapi luka. Penggunaan berbagai bagian tanaman bandotan dalam terapi luka terbuka sudah dimulai sejak beberapa tahun silam dan masih sering digunakan sampai saat ini. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tanaman bandotan memiliki beberapa senyawa metabolit sekunder dengan aktivitas biologis spesifik berperan dalam terapi luka terbuka. Studi kali ini akan membahas kandungan senyawa dan aktivitas biologis ekstrak tanaman bandotan sebagai terapi luka terbuka, beserta mekanisme kerja setiap golongan senyawa metabolit sekunder tersebut.Kata kunci: tanaman bandotan, Ageratum conyzoides, aktivitas biologis, terapi luka terbuka.
REVIEW: TEKNIK ANALISIS INSTRUMENTASI SENYAWA TANIN NAZILLA RESHKA FATHURRAHMAN; Ida Musfiroh
Farmaka Vol 16, No 2 (2018): Suplemen Agustus
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1819.594 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i2.17669

Abstract

Obat herbal dan sintetik dari berbagai sumber senyawa kian dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesehatan. Untuk melakukan pengembangan obat diperlukan Teknik Isolasi dan Identifikasi senyawa. Berbagai teknik yang digunakan untuk identifikasi diantaranya adalah penggunaan berbagai instrumen seperti Spektrofotometri UV-Vis, FTIR, HPLC dan NIR. Salah satu senyawa yang dapat dianalisis dengan menggunakan instrumen tersebut adalah Tanin. Tanin adalah salah satu senyawa aktif metabolit sekunder golongan polifenol yang dihasilkan oleh tanaman. Tujuan dari review artikel ini adalah untuk membahas metode instrumentasi yang dapat digunakan untuk identifikasi tanin pada sampel tanaman. Metode yang digunakan dalam review ini berdasarkan studi literatur dari beberapa publikasi ilmiah baik pada jurnal nasional maupun internasional
Ko-Kristal: Teknik Pembuatan Ko-Kristal Dewi Permatasari; iyan Sopyan; Muchtaridi Muchtaridi
Farmaka Vol 14, No 4 (2016): Farmaka
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.844 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i4.10461

Abstract

Banyak obat yang telah beredar dipasaran memiliki masalah-masalah biofarmasi seperti rendahnya kelarutan, laju disolusi, permeabilitas yang berakibat pada bioavailabilitas dan kefektifan obat tersebut dalam mengobati penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut, teknologi formulasi sediaan farmasi semakin berkembang sehingga dapat menghasilkan obat yang lebih berkualitas. Dalam satu dekade ini, sudah banyak publikasi yang menjelaskan tentang strategi dan teknik untuk mengembangkan desain obat-obat tersebut, salah satunya adalah kokristal. Kokristal dalam farmasi merupakan metode modifikasi suatu zat aktif, seperti penambahan gugus hidrogen, antara zat aktif dan koformer. Modifikasi yang dilakukan dengan harapan dapat memperbaiki masalah yang dimiliki suatu zat aktif obat tersebut tanpa mengubah efek farmakologisnya. Teknik-teknik pembuatan kokristal yang paling sering digunakan secara umum adalah grinding dan solvent based method (solvent evaporation dan slurry). Akan tetapi, saat ini sudah diterapkan pula metode sintesis kokristal dengan penambahan antisolvent, hot melt extrusion, bahkan teknologi cairan superkritis. Pertimbangan pemilihan metode ini dilihat dari sifat zat aktif dan koformer yang digunakan, serta mempertimbangkan teknologi yang dimiliki.Keywords: ko-kristal, teknik ko-kristal, karakterisasi, kokristal farmaseutikal
REVIEW ARTIKEL : BERBAGAI AKTIVITAS FARMAKOLOGI DARI SENYAWA KITOSAN Anisa Marieta; Ida Musfiroh
Farmaka Vol 17, No 2 (2019): Farmaka (Agustus)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.169 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i2.21866

Abstract

Kitosan adalah salah satu senyawa dari turunan kitin, dan banyak dihasilkan oleh hewan seperti  cangkang eksoskeleton artropoda (kepiting, udang, lobster) maupun jamur. Kitosan dapat terbentuk dengan pengurangan gugus asetil dengan adanya proses deasetilasi. Keberadaan kitin sangat berlimpah di alam, dan menurut beberapa penelitian ternyata kitosan memiliki berbagai aktivitas farmakologi seperti sebagai antibakteri, antioksidan, antihiperglikemik, antimalarial, antiulcer, antifungal, dan antitoxoplasma. Dengan begitu dapat diketahui bahwa kitin memiliki banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia.Kata kunci : Kitosan, gugus asetil, aktivitas farmakologi.
AKTIVITAS JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SEBAGAI ANTIBAKTERI, ANTIVIRUS, ANTIFUNGAL, LARVASIDA, DAN ANTHELMINTIK IMROATUL CHUSNIAH; Ahmad Muhtadi
Farmaka Vol 15, No 2 (2017): Suplemen
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.22 KB) | DOI: 10.24198/jf.v15i2.13040

Abstract

POTENSI PENGHAMBATAN ENZIM α-GLUKOSIDASE PADA TANAMAN OBAT TRADISIONAL INDONESIA Novi Dwi Apriliani; Febrina Amelia Saputri
Farmaka Vol 16, No 1 (2018): Suplemen Juni
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.814 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i1.17436

Abstract

ABSTRAKDiabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang telah menjadi permasalahan cukup serius di dunia. Sejumlah 90% penderita diabetes adalah DM tipe 2, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang kurang sehat. Penderita DM tipe 2 harus memperhatikan kadar glukosa postprandial. Pengontrolan kadar glukosa postprandial dapat dilakukan dengan penundaan absorpsi glukosa dengan cara menghambat enzim hidrolisis karbohidrat seperti α-glukosidase pada organ pencernaan. Indonesia memiliki banyak tanaman obat trandisional, yang secara turun temurun telah digunakan dalam berbagai pengobatan, beberapa tanaman telah ditetapkan ke dalam Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia (FROTI) (Kemenkes RI No HK.01.07/MENKES/187/2017 ) sebagai tanaman yang aman dan terbukti secara empiris bermanfaat bagi kesehatan. Terdapat 4 jenis tanaman yang terdaftar sebagai terapi pengobatan diabetes mellitus yaitu kayu manis (Cinnamomum Burmanii),  pare (Momordica charantia), daun salam (Syzgium polyanthum), dan brotowali (Tinospora crispa ).  Review ini mengkaji potensi penghambatan enzim α-glukosidase yang mungkin terdapat pada keempat tanaman tersebut. Dari hasil kajian didapatkan bahwa kayu manis (Cinnamomum burmanii),  daun salam (Syzgium polyanthum), dan brotowali (Tinospora crispa )  memiliki aktivitas penghambatan α-glukosidase yang baik sementara pare (Momordica charantia) tidak memiliki aktivitas penghambatan enzim. Kata Kunci: Penghambatan α-glukosidase , IC50, tanaman obat tradisional. ABSTRACTDiabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease that has become a serious problem in the world. 90% of diabetics are type 2 diabetes, this is influenced by a less healthy lifestyle. Patients with type 2 DM should consider postprandial glucose levels. Control of postprandial glucose levels can be done by delaying glucose absorption by inhibiting carbohydrate hydrolysis enzymes such as α-glucosidase in the digestive organs. Indonesia has many traditional medicinal plants, which have been used in various treatments, some plants have been established into the Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia (FROTI) (Kemenkes RI No HK.01.07/MENKES/187/2017 )  as safe and proven plants empirically beneficial to health. There are 4 species of plants listed as treatment for diabetes mellitus that are Cinnamomum Burmanii, Momarea charantia, Syzgium polyanthum, and Tinospora Crispa. Therefore, this review examines the potential inhibitory effects of alpha glucosidase enzymes that may be present in all four plants. The test results obtained Cinnamomum burmanii, Syzgium polyanthum, and Tinospora crispa have a good α-glucosidase inhibitory activity while Momordica charantia has no enzyme inhibitory activity. Key words: α-glucosidase Inhibition, IC50, traditional medicinal plants.
Review Artikel: Penggunaan Secara Etnofarmasi dan Farmakologi Tumbuhan Lumut (Bryophyta) SARAH NURMALINDA; SRI AGUNG FITRI KUSUMA
Farmaka Vol 17, No 1 (2019): Farmaka (Februari)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.916 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i1.17383

Abstract

Indonesia merupakan negara yang mempunyai tingkat keanekaragaman yang tinggi dan memiliki banyak tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat tersebut adalah tumbuhan lumut (bryophyta). Kandungan metabolit sekunder dari tumbuhan tersebut adalah alkaloid (klavatoksin, klavatine, nikotin, lycopodine) asam polifenol (dihidrokor) dan flavonoid (apigenin, triterpen). Beberapa khasiat yang telah dibuktikan secara ilmiah yaitu efektivitas antioksidan, antimikroba, antijamur, dan antikanker

Page 7 of 78 | Total Record : 775


Filter by Year

2015 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 23, No 1 (2025): Farmaka (Maret) (In Press) Vol 22, No 3 (2024): Farmaka (November) Vol 22, No 2 (2024): Farmaka (Juli) Vol 22, No 1 (2024): Farmaka (Maret) Vol 21, No 3 (2023): Farmaka (November) Vol 21, No 2 (2023): Farmaka (Juli) Vol 21, No 1 (2023): Farmaka (Maret) Vol 20, No 3 (2022): Farmaka (November) Vol 20, No 2 (2022): Farmaka (Juli) Vol 20, No 1 (2022): Farmaka (Maret) Vol 19, No 4 (2021): Farmaka (Suplemen) Vol 19, No 3 (2021): Farmaka (November) Vol 19, No 2 (2021): Farmaka (Juli) Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret) Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen) Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November) Vol 18, No 2 (2020): Farmaka (September) Vol 18, No 1 (2020): Farmaka (Januari) Vol 17, No 3 (2019): Farmaka (Desember) Vol 17, No 2 (2019): Farmaka (Agustus) Vol 17, No 1 (2019): Farmaka (Supplemen) Vol 17, No 1 (2019): Farmaka (Februari) Vol 16, No 4 (2018): Prosiding Abstrak Pharmacopea 2018 Vol 16, No 3 (2018): Suplemen (September) Vol 16, No 3 (2018): Farmaka (September) Vol 16, No 2 (2018): Suplemen Agustus Vol 16, No 2 (2018): Farmaka (Agustus) Vol 16, No 1 (2018): Suplemen Juni Vol 16, No 1 (2018): Farmaka (Juni) Vol 15, No 4 (2017): Farmaka Desember Vol 15, No 3 (2017): Suplemen Desember Vol 15, No 3 (2017): Farmaka Vol 15, No 2 (2017): Farmaka Vol 15, No 2 (2017): Suplemen Vol 15, No 1 (2017): Farmaka (Maret) Vol 15, No 1 (2017): Suplemen Vol 14, No 4 (2016): Farmaka Vol 14, No 3 (2016): Farmaka Vol 14, No 2 (2016): Farmaka Vol 14, No 2 (2016): Suplemen Vol 14, No 1 (2016): Supplement Vol 14, No 1 (2016): Farmaka Vol 13, No 4 (2015): FARMAKA More Issue