cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Majalah Keperawatan Unpad
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 88 Documents
EFEKTIFITAS PELAKSANAAN KOMUNIKASI DALAM KOLABORASI ANTARA PERAWAT DAN DOKTER DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM SUMEDANG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.512 KB)

Abstract

ABSTRAK Interprofesional kolaborasi merupakan strategi umum untuk mencapai kualitas hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien dalam kesatuan kompleks pelayanan kesehatan. Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur penting untuk kualitas perawatan dan keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan komunikasi dalam kolaborasi perawat-dokter di ruang rawat inap Rumah Sakit. Penelitian telah dilaksanakan di RSUD Sumedang pada bulan Juni 2010. Metode deskriptif kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini semua perawat dan dokter yang ada di ruang rawat inap. Cara penarikan sampel adalah stratified random sampling sehingga diperoleh 59 perawat dan 11 dokter. Pengumpulan data menggunakan kuesioner inventori dari Skala Komunikasi Perawat Dan Dokter oleh Feiger & Schmitt (1979). Analisis statistik dilakukan dengan penjumlahan skala komunikasi perawat-dokter. Implikasi dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam persepsi tentang pelaksanaan komunikasi dalam kolaborasi perawat dokter. Dalam penelitian ditemukan bahwa pelaksanaan komunikasi kolaboratif antara perawat dan dokter belum efektif, ini berarti bahwa kolegialitas dalam hubungan perawat-dokter belum terbentuk. Pola interaksi hirarkis masih jelas terlihat dalam hubungan antar-disiplin antara perawat dokter. Dari hasil penelitian ini disarankan untuk membuat kebijakan khusus terkait pelaksanaan kolaborasi perawat dan dokter salah satunya yang mengatur tentang pelaksanaan komunikasi, sehingga peran professional setiap disiplin berjalan dengan baik. Selain itu perlu mengadakan pertemuan rutin dengan komite medik untuk mengembangkan pemahaman terhadap persepsi tentang kolaborasi. Kata Kunci : Kolaborasi, Komunikasi, Hubungan perawat-dokter ABSTRACT Collaboration communication and teamwork are the essential elements for quality care and patient safety. The purpose this study to find an overview of the effectiveness of communication in collaboration between nurses-physician in Sumedang general hospital inpatient. A descriptive quantitative methods was apllied to this study. Samples in this study were 59 nurses and 11 doctors in inpatient units. Data were collected using questionnaire inventory of Nurse And Physician Communication Scale by Feiger & Schmitt (1979). Statistic analysis was performed by rating scale of communication nurse-physician. The finding of this study suggested that there were significant differences in perception about the implementation of communication nurses and physician collaboration. This means of communication in the implementation of collaboration between nurses and doctors are not yet effective. In the researched was found that collegiality in the nurse-physician relationships is not formed. The hierarchical interaction patterns were still evident in the interdisciplinary relationships between nurse-physician. Therefore required a real effort to improve communication between nurses and physicians. Keywords : Collaboration, Communication, Nurses-physician relationship
PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH BERDASARKAN FAKTOR CUACA DAN IKLIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIWARUGA KABUPATEN BANDUNG BARAT Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Faktor cuaca dan iklim mempengaruhi perkembangan berbagai organisma, termasuk binatang pembawa penyakit (vector borne diseases) seperti nyamuk penyebab demam berdarah. Fenomena pemanasan global dan perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan kasus demam berdarah, antara lain di wilayah pegunungan dan wilayah lintang tinggi, yang tadinya tidak dihuni oleh nyamuk demam berdarah. Penelitian ini bertujuan mempelajari gambaran penyebaran penyakit demam berdarah berdasarkan faktor cuaca dan iklim di wilayah kerja Puskesmas Ciwaruga Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang penyebaran penyakit demam berdarah serta gambaran faktor cuaca dan iklim. Data yang digunakan meliputi data pasien penderita penyakit demam berdarah yang berobat ke Puskesmas Ciwaruga selama tahun 2006-2009, data suhu udara (1998-2007) dan curah hujan (1953-2007) yang dipantau oleh Stasiun Meteorologi Cemara Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penderita demam berdarah di Puskesmas Ciwaruga meningkat pada bulan Februari dan bulan Agustus. Kenaikan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh kondisi kenaikan curah hujan dan kenaikan suhu udara yang juga memperlihatkan dua puncak dalam satu tahun. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai peringatan dini dalam upaya antisipasi terhadap penyebaran penyakit demam berdarah dengan meningkatkan kondisi lingkungan serta kesehatan masyarakat. Kata Kunci : Dengue, Demam, Cuaca ABSTRACT Weather and climate affect development of various organisms, including vector borne diseases, such as mosquitos which caused dengue fever. Global warming and climate change are predicted to increase of dengue fever cases, especially at higher altitude and latitude, previously untraveled by the mosquitos. This research aims to describe distribution of dengue fever based on weather and climate condition in Ciwaruga Community Health Centre in West Bandung Regency. The data used include the number of patient suffering dengue fever seeking treatment at the health centre during 2006-2009, air temperature (1998-2007) dan rainfall (1953-2007) data monitored by the Cemara Meteorological Station in Bandung. The results indicated that the number of dengue fever patients at Ciwaruga Community Heath Centre increased in Februari and August. The increases tend to be affected by the increase in rainfall and air temperature, which also showed two peaks in one year. The results could be used as an early warning in an effort to anticipate develeopment of dengue fever by improving environmental condition and community health. Keywords : Dengue, Fever, Weather
PENGETAHUAN BIDAN MENGENAI IMD Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 10, No 18 (2008): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.473 KB)

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan. Inisiasi Menyusu Dini merupakan salah satu intervensi dari berbagai intervensi yang dapat dilakukan meningkatkan sistem imunitas pada bayi baru lahir dan meningkatkan praktek menyusui. Pengetahuan dan keterampilan tidak merupakan factor yang berkontribusi terhadap suksesnya menyusui dini. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat pengetahuan bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini. Metodologi. Metodologi Penelitian ini adalah kualitatif dengan informan adalah anggota Ikatan Bidan Indonesia Cabang Bandung, Bidan yang bekerja di Rumah Sakit, Puskesmas dan klinik pribadi. Hasil. Pengetahuan bidan tentang pengetahuan dasar relatif rendah akan tetapi pengetahuan tentang defenisi dan keuntungan Inisiasi Menyusu Dini sudah baik. Terdapat sedikit perbedaan dalam praktek Inisiasi Menyusu Dini yang harus dikoreksi. Saran. Pengetahuan bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini harus ditingkatkan dengan cara meningkatkan sosialisasi dan workshop tentang implementasi Inisiasi Menyusu Dini yang dapat dilakukan oleh organisasi profesi seperti ini. Kata kunci: Inisiasi Menyusu Dini, Bidan, Pengetahuan ABSTRACT Introduction Initiation of breastfeeding is one of many interventions to increase infant’s immune system and breastfeeding practice. Knowledge and skills of the midwife is a contributing factor to the sucseccfull of the intervention. This study aimed to explore midwifes’ knowledge on initiation of breastfeeding. Methodology Quantitatative method was used in this study. The informans in this study were the member of Ikatan Bidan Indonesia in Bandung district. Midwives who work in the hospital, public health center and private clinic were interviewed. The content analysis was used to analyse the results of the interview. Results Midwives’s knowledge on general information of initiation of breastfeeding is relatively low. However, their knowledge about the definition and the benefit of the initiation is already satisfactory. There is still a small difference in the practice of the initiation of breastfeeding among the midwives that must be corrected. Suggestion The midwives’ knowledge on the initiation of breastfeeding should be enhanced by improvement of the socialization and workshop of implementing the intervention. These kinds of activities can be held by the professional organization or the district health office. Keywords: Early Breast-feeding Initiation, knowledge, midwife
PERBEDAAN KEJADIAN VENTILATOR ASSOCIATE PNEUMONIA PADA ORAL HYGIENE MENGGUNAKAN CHLORHEXIDINE GLUCONATE 0,12% DAN LISTERINE Joice Mermy Laoh
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.363 KB)

Abstract

ABSTRAKVentilator Associated Pneumonia (VAP) adalah nosokomial pneumonia yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif, khususnya pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik selama 48 jam. Kejadian VAP cukup tinggi, bervariasi antara 10–25% dan angka kematiannya berkisar  10-40%,  serta bisa mencapai 76% pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik yang disebabkan oleh kuman patogen dan penumpukan sekret di trakea. Memberikan oral hygiene, dapat mengurangi kejadian VAP. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengaruh oral hygiene yang menggunakan chlorhexidine gluconate 0,12% dengan listerine terhadap kejadian VAP di ruang perawatan intensif. Penelitian dilakukan di ruang perawatan intensif  RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jenis penelitian uji klinis dengan disain Non randomized Concurrent Control Trial. Sampel adalah pasien kritis yang terpasang ventilasi mekanik (ventilator) dan terintubasi. Cara pengambilan sampel  menggunakan cara consecutive sampling, Jumlah sampel kelompok chlorhexidine gluconate 0,12%   dan listerine masing-masing 20 orang. Data kejadian VAP dikumpulkan setelah 48 jam (pada hari ketiga) perawatan melalui daftar checklist pemeriksaan yang menggunakan Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS). Mengetahui perbedaan pengaruh oral hygiene yang menggunakan chlorhexidine gluconate 0,12% dengan listerine terhadap kejadian VAP digunakan Chi Square Test. Hasil; Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada sampel yang menggunakan oral hygiene chlorhexidine glukonate 0,12% sebanyak 3 orang (15%). Sedangkan yang tidak mengalami VAP sebanyak 17 orang (85%). Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada sampel yang menggunakan oral hygiene listerine sebanyak 13 orang (65%), sedangkan yang tidak mengalami VAP sebanyak 7 orang (35%). Kejadian VAP pada kelompok perlakuan yang menggunakan chlorhexidine gluconate 0,12% lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok listerine.   Kata Kunci : Chlorhexidine gluconate 0.12%,  Listerine, Oral hygiene, Ventilator Associated Pneumonia (VAP) ABSTRACT Ventilator Associated Pneumonia (VAP) is a nosocomial pneumonia is the most frequently encountered in intensive care units, particularly in patients using mechanical ventilation for 48 hours. VAP incidence is quite high, varying between 10-25% and mortality ranges from 10-40%, and can reach 76% in patients using mechanical ventilation caused by pathogenic bacteria and accumulation of secretions in trachea, Provide oral hygiene, can reduce the incidence of VAP. Research purposes to determine the difference effect of oral hygiene using a 0.12% chlorhexidine gluconate with listerine on the incidence of VAP in intensive care. The study was conducted in intensive care RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung. This type of research design with a nonrandomized clinical trials Concurrent Control Trial. The sample is mounted in critically ill patients mechanically ventilated (ventilator). Method of sampling using consecutive sampling. The number of sample groups of chlorhexidine gluconate and 0.12% respectively listerine 20. VAP incidence data were collected after 48 hours (third day) treatment through the list of inspection checklist using the Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS). Knowing the difference in the influence of oral hygiene using a 0.12% chlorhexidine gluconate with listerine on the incidence of VAP used Chi Square Test. Result. Incidence of Ventilator Associated Pneumonia (VAP) in the sample using the oral hygiene as much as 0.12% chlorhexidine glukonate 3 people (15.0%). While that does not have as many as 17 people VAP (85.0%). Incidence of Ventilator Associated Pneumonia (VAP) in the sample using listerine oral hygiene as much as 13 people (65.0%), while VAP who did not experience as many as 7 people (35.0%). Incidence of VAP in the group treated using chlorhexidine gluconate 0.12% lower when compared with the listerine group. Keywords : Chlorhexidine gluconate 0.12%, Listerine, Oral hygiene, Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
STUDI FENOMENOLOGI TENTANG PENGALAMAN IBU MELAKUKAN STIMULASI PRALAHIR DI KECAMATAN KEJAKSAN KOTA CIREBON PROPINSI JAWA BARAT Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.543 KB)

Abstract

ABSTRAK Peristiwa kehamilan adalah peristiwa reproduksi yang normal dalam kehidupan seorang wanita. Berbagai persiapan yang dilakukan ibu untuk menyambut kehamilannya, termasuk persiapan yang ditujukan untuk anak sejak dalam kandungan, yaitu pemberian stimulasi pralahir. Stimulasi pralahir sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dikemudian hari. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif fenomenologi. Peneliti melibatkan tujuh orang partisipan, yaitu para ibu yang memiliki anak batita, mempunyai dan mampu menceritakan dengan lancar pengalamannya melakukan berbagai teknik stimulasi pralahir. Proses pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview) sebanyak dua kali yang dilengkapi dengan catatan lapangan (field notes). Wawancara direkam kemudian dibuat transkrip wawancara. Hasil penelitian mengungkapkan fenomena pengalaman para ibu melakukan stimulasi pralahir, meliputi persepsi ibu melakukan stimulasi pralahir, makna dan alasan, berbagai manfaat, dan dukungan suami memotivasi ibu untuk melakukan stimulasi pralahir, serta kebutuhan pelayanan kesehatan yang diharapkan ibu untuk melakukan stimulasi pralahir. Hasil penelitian ini memberikan implikasi berupa informasi yang bermanfaat untuk penentuan kebijakan dalam membuat desain program maupun desain intervensi keperawatan guna membantu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan antenatal. Kata Kunci: Kehamilan, Pengalaman, Stimulasi Pralahir ABSTRACT Events of pregnancy is a normal reproductive events in a woman's life. Various preparations mother to greet her pregnancy, including the preparation intended for a child in the womb, that is the provision of prenatal stimulation. Prenatal stimulation is very beneficial for the growth and development of children in the future. The design of this study is a descriptive study with qualitative approach of phenomenology. Researchers involved seven participants, that is mothers with toddlers, have and be able to tell with a smooth experience doing a variety of prenatal stimulation techniques. The process of data collection techniques indepth interviews for two times and completed with field notes. Interviews were recorded and then made the interview transcript. The results reveal the phenomenon of the experience of mothers perform prenatal stimulation, including perceptions of mothers perform prenatal stimulation, meaning and reason, a variety of benefits, and support the mother motivates her husband to perform prenatal stimulation, as well as the expected health care needs of mothers to make prenatal stimulation. The results provide useful information in the form of implications for policy making and program design nursing interventions to help meet the needs of antenatal health services. Keywords: Pregnancy, Experience, Prenatal Stimulation
HUBUNGAN SIKAP PRALANSIA DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN TENTANG HIPERTENSI DI RW 07 KELURAHAN MARGASUKA WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIBOLERANG BANDUNG Anni Sinaga
Majalah Keperawatan Unpad Vol 13, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.8 KB)

Abstract

Anni Sinaga* ABSTRAK          Penuaan pada lansia dapat menimbulkan berbagai macam penyakit degeneratif salah satunya adalah hipertensi. Fenomena di RW 7 Kelurahan Margasuka Wilayah Kerja Puskesmas Cibolerang Bandung, penyakit hipertensi pada pralansia (usia 45-59 tahun) di Kelurahan Margasuka dari bulan Januari-Mei 2012 merupakan urutan ke-2 berjumlah 129 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan sikap pralansia dengan tindakan pencegahan tentang hipertensi di RW 07 Kelurahan Margasuka Wilayah Kerja Puskesmas Cibolerang Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, sampel penelitian adalah pralansia berjumlah 65 orang, teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Instrumen yang digunakan adalah berupa angket tertutup berjumlah 40 pernyataan terdiri dari 20 pernyataan sikap dan 20 pernyataan tindakan. Hasil penelitian untuk variabel sikap didapatkan bahwa pralansia yang bersikap mendukung sebesar 31 orang dan tidak mendukung 34 orang, variabel tindakan didapat 32 orang pralansia yang melakukan dan tidak melakukan 33 orang. Pihak Puskesmas perlu meningkatkan promosi kesehatan berupa penyuluhan bagi pralansia tentang penyakit degeneratif khususnya hipertensi yang dilakukan secara teratur dan mengajak para kader untuk berperan aktif dalam memberikan dukungan pada keluarga pralansia agar ikut dalam kegiatan penyuluhan di Puskesmas. Kata Kunci: Hipertensi, Pralansia, Sikap, Tindakan Pencegahan ABSRACT          Aging  can cause various diseases one of the degenerative diseases is hypertension. The phenomenon in Margasuka RW 7 Village Bandung in Work Area Health Center Cibolerang, at pralansia hypertension (with 45-59 years) from January-May 2012 was the No. 2 amounted to 129 people. This study aims to gain a relationship with the precautions hypertension to pralansia attitudes about in RW 07 Sub Margasuka Cibolerang Bandung Work Area of Health Center. This study is a descriptive correlational with sample in pralansia in RW 7 Village Margasuka totaling 65 people, using purposive techniques sampling. The instrument used was a questionnaire enclosed, consists of 40 statements, wich is 20 attitude statements and 20 statements for action. These results indicate that for the attitude variables are to be found that pralansia support for 31 people and does not support 34 people, 32 people obtained the action variables pralansia who do and do not do 33. The health center to improve health promotion counseling for pralansia about degenerative diseases, especially hypertension, carried out regularly and encourage cadres to take an active role in providing support to families pralansia to engage in counseling at the health center. Keywords: Hypertension, Pralansia, Attitudes, Preventive Measures
PENGALAMAN IBU YANG MEMILIKI ANAK SKIZOFRENIA DALAM MELAKSANAKAN HOLDING ENVIRONMENT DAN CENTERED RELATING (MASA BAYI: 0-1 TAHUN) DI RUMAH SAKIT JIWA BANDUNG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.663 KB)

Abstract

ABSTRAK Skizofrenia adalah gangguan mental yang kompleks, dimana gangguan ini merupakan jenis gangguan jiwa terbanyak di Rumah Sakit Jiwa Bandung. Dari data yang diperoleh, penyebab utamanya masih belum jelas. Tetapi, salah satu yang dapat menyebabkan skizofrenia adalah pengalaman tumbuh kembang mereka pada masa bayi. Pada masa tersebut dibutuhkan suatu ruangan yang dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman (holding environment), yang di dalamnya terjadi relasi yang mendalam antara ibu dan bayi (centered relating). Kedua hal tersebut merupakan dasar bagi pembentukkan kepribadian seseorang. Apabila terjadi gangguan pada holding environment dan centered relating, maka dapat muncul suatu psikopatologis. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji riwayat masa lalu klien skizofrenia dalam hal hubungannya dengan ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu yang memiliki anak skizofrenia dalam melaksanakan holding environment dan centered relating (masa bayi: 0-1 tahun) di Rumah Sakit Jiwa Bandung. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan retrospektif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Quota Sampling dengan jumlah sampel 39 orang. Data diperoleh melalui kuesioner tertutup yang disusun sendiri berdasarkan konsep holding environment dan centered relating. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 76,92% dari responden termasuk ke dalam kategori baik dalam hal pengalaman melaksanakan holding environment dan centered relating. Jika dilihat dari setiap sub variabel yang menentukan baik dan buruknya pengalaman melaksanakan holding environment dan centered relating (masa bayi: 0-1 tahun), masih ada yang termasuk kategori buruk dalam setiap sub variabel meskipun secara keseluruhan termasuk kategori baik untuk masing-masing variabel. Dengan didapatkannya data di atas, untuk mencegah dan mengatasi kejadian skizofrenia, diharapkan perawat dapat memberikan pengetahuan kepada keluarga agar memberikan kondisi yang mendukung bagi klien skizofrenia. Kata Kunci : Skizofrenia, Holding Environment, Centered Relating. ABSTRACT Schizophrenia was a complex mental disorder, this kind was highest of disorder rate in Bandung mental hospital. From data collected, the mine cause of schizophrenia was not clearly. But one of stimulated of schizophrenia was growth and development experiences at infant period. That period has needed the space of situation in which can fulfill comfort need (holding environment). In deep relation between mother and baby (centered relating). Those twice aspects were become of basic to formation of personality. If disturbed of holding environment and centered relating, it would impact to personal psychopathological. It meanwhile, most important to assess of schizophrenia life span history, in related of their mother. The purpose of this research was to identification of how mother experience with schizophrenia child when she has done of holding environment and centered relating (infant period 0-1 year) in Bandung mental hospital. The method of this research was description method with retrospective approach. The sample was quota sampling covered 39 respondent. Data collected with closed questionnaire constructed by researcher from holding environment and centered relating concept. The result of this research shows that most of respondent (76,2%) has a good categories in holding environment and centered relating experiences. If we analyze from sub variable as critical point to create good and bad experiences holding environment and centered relating (infant period 0-1 year), although there was less of bad categorized in every sub variable, but whole of variable were good categorized. According to the result of this research, There was to implementation and to prevent of schizophrenia occurrence rate, nurses should to teach family to support favorable condition schizophrenia client. For continue research there was important to seeking information about the other predisposition without holding environment and centered relating. Keywords : Skizofrenia, Holding Environment, Centered Relating
PENGALAMAN ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) PADA SAAT MELALUI KONDISI KRITIS AKIBAT AIDS i I. Sukarja
Majalah Keperawatan Unpad Vol 13, No 1 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (37.77 KB)

Abstract

ABSTRAKSuatu studi fenomenologi telah dilakukan untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman ODHA yang pernah dirawat dalam kondisi kritis. Data studi diperoleh melalui wawancara semiterstruktur secara mendalam pada sepuluh partisipan terdiri dari 8 orang laki-laki dan 2 orang wanita di Rumah Sakit X di Bandung. Wawancara direkam kemudian dibuat dalam bentuk transkrip. Selanjutnya data dianalisis untuk mengidentifikasi tema-tema tentang pengalaman ODHA saat kondisi kritis. Hasil penelitian ini mendapatkan 6 tema yaitu: 1) mengalami respon emosi, 2) berjuang mengatasi perasaan dan dampak dari penyakitnya, 3) semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, 4) menjalani takdir hidup sebagai ODHA, 5) mendapat dukungan dan doa orang sekitar dan 6) memiliki harapan sembuh. ODHA yang dirawat dalam kondisi kritis mengalami ancaman kematian akibat infeksi oportunistik dan mendapat beban psikologis akibat stigma buruk penyakit HIV/AIDS. Hal ini membuat mereka terpuruk secara fisik maupun psikologis sehingga mereka merasa tidak berdaya. Saran dari hasil penelitian ini adalah agar masyarakat, keluarga dan petugas kesehatan untuk memberikan dukungan pada ODHA dalam rangka meningkatkan harapan hidupnya akibat kondisi yang terpuruk dan keputusasaan. Kata Kunci     : HIV/AIDS, Kondisi kritis, ODHA, Pengalaman   ABSTRACT A fenomenology study has been conducted to explore the various experiences people living with HIV who had been treated in  critical condition. The data was obtained through in-depth semistructured interview in ten participants consisted of 8 men and 2 women at Hospital X in Bandung. Interviews were recorded and then made ​​in the form of transcript. Furthermore, the data were analyzed to identify themes about the experience of people living with HIV during a critical condition. Study result found six themes namely: 1) experiencing emotional response, 2) striving to overcome the feelings and the impact of illness, 3) closer to God, 4) undergoing destiny as Patient Living With Hiv/Aids (PLWHA), 5) has the support and prayers of people around and 6 ) has a hope of a cure. PLWHA are treated in a critical condition under threat of death from opportunistic infections and had the psychological burden of disease due to stigma of HIV / AIDS. This makes them slumped physically and psychologically so feel helpless. Recommendation from the results of this research is that communities, families and health workers s hould provide a support system to people living with HIV in order to increase life expectancy due to a collapsed condition and hopelessness. Keywords: HIV/AIDS, Critical conditions, PLWHA, Experience
How to Publish in International Journal Workshop Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2046.074 KB)

Abstract

How to Publish in International Journal Workshop [INC Workshop]
SKRINING OSTEOPOROSIS: HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS DI DESA CIJAMBU KECAMATAN TANJUNGSARI Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.416 KB)

Abstract

ABSTRAK Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan metabolik termasuk osteoporosis akan menjadi masalah sistem muskuskletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Untuk mengetahui secara dini terjadinya osteoporosis dapat dilakukan skrining dengan mengukur kepadatan massa tulang (Bone Mineral Density) menggunakan alat densitometry. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejadian osteoporosis di Desa Cijambu Kecamatan Tanjungsari. Metode deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional dilakukan untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Cijambu yang berusia >18 tahun berjumlah 2.444 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling dengan ukuran sampel sejumlah 259 orang. Hasil penelitian menunjukkan kejadian osteoporosis lebih banyak terdapat pada perempuan dibandingkan laki-laki dan paling banyak terdapat pada usia 45-59 tahun. Untuk kejadian osteoporosis, sebagian besar mempunyai resiko rendah yaitu sebesar 60% dan resiko tinggi hanya 11%, . Untuk korelasi dapat diketahui memiliki hubungan yang signifikan antara usia dan kejadian osteoporosis di Desa Cijambu (p value < 0,05). Sedangkan untuk jenis kelamin, tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian osteoporosis. (p value ≥ 0,05). Kata kunci : osteoporosis, usia, jenis kelamin ABSTRACT Because of increasing of life expectancy, many degenerative and metabolic diseases such as osteoporosis which is one of musculoskeletal system problem will need special treatment especially for development countries including Indonesia. Early diagnosis for Osteoporosis can be done with screening of bone mineral density using densitometry equipment. Objective of this research was to identify the relation of age and sex with incidence of osteoporosis in Desa Cijambu Kecamatan Tanjungsari. This research use correlation descriptive method with cross sectional approached. Population of people in Desa Cijambu has aged more than 18 years is 2,444 with sample for this research is 259 respondents. Sampling technique that has been used for this research is accidental sampling. The result shows that incidence of osteoporosis is more happen in female than male and the high risk consists in the aged of 45-59 years. Most of respondents have low risk of incidence osteoporosis with number is 60%, but fewer respondents (11%) have high risk of incidence. The analysis shows that there is significant correlation between age and incidence of osteoporosis (p value < 0.05). While with sex, there is no correlation between sex and incidence of osteoporosis (p value ≥ 0.05). Keywords : osteoporosis, age, sex