cover
Contact Name
Melly Maulin
Contact Email
melly.maulin@email.unikom.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
melly.maulin@email.unikom.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Common
ISSN : 26549271     EISSN : 25806386     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 129 Documents
TAYANGAN MISTIK DI TELEVISI: BUDAYA ATAU PEMBODOHAN? Robbi, Firman Alamsyah Taufik; Rachaju, Ranni Dyah Khatamisari
Jurnal Common Vol. 2 No. 2 (2018): Common
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.397 KB) | DOI: 10.34010/common.v2i2.1187

Abstract

Hal-hal berbau mistik selalu menjadi hal yang menarik untuk dibahas dan dipertanyakan, meskipun ditengah kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang kian pesat. Dan menjadi salah satu komoditi yang menguntungkan. Ini pula lah yang mendorong media massa untuk mengolahnya menjadi sebuah tayangan yang disuguhkan kepada masyarakat.Meskipun secara pasar tayangan tersebut memberikan keuntungan bagi pihak media, namun keinginan pasar ternyata bertentangan dengan aturan UU penyiaran yang ada. Sehingga keberadaan tayangan ini dipertanyakan apakah sebagai penyajian bentuk kebudayaan yang ada di masyarakat atau justru sebagai bentuk pembodohan masyarat melalui penyajian tayangan yang berbau klenik dan mistik. --------------------------------------------------------------------------------- In this current and advance era where technology development are faster then ever, but there’s always an interesting things to talk and questioned about mystical or mysticism. And we can deny that it become a profitable comodity in society. That become one of the reason why mass media use this as their programme and present them to the audiences.Eventhough this mystical or mysticism profitable for the media, but it doesn’t align with the broadcasting constitution. Thus this programme existence are questioned, wether mystical or mysticism programme is a part of our culture or it is a way to duping our society?
Optimalisasi Kebijakan Diseminasi Informasi Kinerja Lembaga Legislatif Daerah Dalam Peningkatan Kualitas Demokrasi Hikmat, Mahi M
Jurnal Common Vol. 1 No. 1 (2017): Common
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.013 KB) | DOI: 10.34010/common.v1i1.246

Abstract

Salah satu perubahan paradigma yang mendasar dari lahirnya kebijakan otonomi daerah adalah penguatan aksebilitas rakyat terhadap kebijakan yang dibuat Pemerintah Daerah. Hal itu diwujudkan dengan penguatan eksistensi DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) sebagai representasi kehendak rakyat. Sebagaimana amanah Pasal 18 ayat (3) UUD 1945, DPRD dipilih melalui Pemilu oleh rakyat daerah, sehingga suara DPRD merupakan suara rakyat daerah.Diseminasi informasi kinerja Legislatif Daerah merupakan bagian yang sangat penting dalam penguatan DPRD, sehingga harus dioptimalkan dalam kerangka mendorong kualitas demokrasi di daerah. Untuk mengungkap tujuan tersebut dilakukan kajian yuridis dengan menggunakan pendekatan subyektif dan metode deskriptif kualitatif.Kajian ini menghasilkan kesimpulan, 1). Banyak peraturan perundangan yang terkait dengan lembaga Legislatif Daerah mengamanahkan urgensi diseminasi informasi kinerja sebagai bagian dari pertanggungjawaban publik dan merupakan bagian penting dari penguatan kualitas demokrasi di daerah; 2). Semua kegiatan dalam implementasi amanah peraturan perundangan terkait dengan fungsi, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, merupakan hal penting untuk didiseminasikan kepada publik, kecuali informasi yang harus dirahasiakan menurut peraturan perundangan; 3) Model alternatif diseminasi informasi kinerja adalah Model Persuasi Hugh Rank yang lebih menguatkan pelibatan komponen pokok, mengekspose secara intensif ide-ide, peristiwa, kegiatan atau substansi diseminasi informasi lainnya yang bernilai kebaikan dan kelebihan sisi positif) serta memainkan, menyamarkan, atau menyembunyikan (downplay) aspek-aspek sisi negatif. AbstractOne of the paradigm changes which inherent from the birth of local autonomy policy is strengthening the accessibility of the people to the policies of the government made by local government. It occurred in strengthening existence of local representative (DPRD) as representatives of the will of the people. As the mandate of article 18 paragraph ( 3 ) 1945 constitution, local representative was elected through general election by local people, that the voice of local representative is the voice of the local people.Information dissemination of local legislative performance becomes really important part in strengthening parliament. To uncover the purpose of juridical, the study was conducted with the use of subjective approach and a method of descriptive qualitative study.This study finds several conclusions, 1) Many laws relating to the legislative institutions gives urgency disseminate information performance as part of accountability public and an essential part of strengthening the quality of democracy in the local area; 2) All activities implementation of legislation relating to the function, responsibility and authority, rights and obligations, are crucial to be disseminated to the public, except for information which should be confidential according to legislation; 3) Model of alternative disseminate information performance is a persuasion model of Hugh Rank, which more strengthens the principal engagement, exposes intensively ideas, events, activity or other substance of information dissemination which is good and excess (the positive side) and which plays, disguises, or downplays the negative sides.
ADAPTASI KOMUNIKASI DAN BUDAYA MAHASISWA ASING PROGRAM INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG Manap Solihat
Jurnal Common Vol 2 No 1 (2018): Common
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.679 KB) | DOI: 10.34010/common.v2i1.872

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan adaptasi komunikasi dan budaya yang terbentuk dari para mahasiswa asing dalam lingkungan belajarnya pada kelas internasional di Unikom Bandung. Adaptasi komunikasi tersebut dieksplorasi melalui penyesuaian perilaku komunikasi yang terjadi dalam setiap interaksi diantara para mahasiswa asing, khususnya saat mahasiswa asing masuk dan menyesuaikan diri dengan orang-orang, lingkungan, dan kelompokkelompok baru yang mereka temui. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara (tidak terstruktur), observasi non partisipan dan studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah para mahasiswa asing Internasional Program di Unikom, yang terdiri dari 10 negara yang berbeda. Informan penelitian berjumlah 3 orang yang berasal dari 3 negara berbeda, yakni dari Thailand, Sudan dan Ukraina. Hasil riset ini menunjukkan bahwa keragaman bangsa, budaya dan bahasa tidak sepenuhnya membawa permasalahan dalam adaptasi komunikasi antara para mahasiswa asing dengan mahasiswa asing lainnya ataupun antara mahasiswa asing dengan mahasiswa Indonesia, namun minimnya waktu, intensitas dan sarana untuk interaksi menimbulkan permasalahan-permasalahan komunikasi antarbudaya. Permasalahan tersebut dapat dilihat dari adanya perbedaanperbedaan cara berperilaku saat berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal, seperti adanya perbedaan volume dan kecepatan bicara, ekpresi wajah melalui tatapan mata, perbedaan minat pada topik pembicaraan dan lain-lain yang teramati saat mahasiswa asing menyapa, berkenalan, berdiskusi ataupun pada saat mahasiswa asing melakukan presentasi dikelas, Namun permasalahan dalam pola komunikasi antarbudaya tersebut berkurang karena beberapa faktor, yakni kebutuhan pribadi, strata sosial, dan rasa hormat, dimana secara umum para mahasiswa asing dapat beradaptasi dengan baik pada saat berkomunikasi dengan para pengajar dan para pengelola di Internasional Program. Kesimpulan Keragaman bangsa, budaya dan bahasa tidak sepenuhnya membawa persoalan dalam adaptasi komunikasi antar budaya; Faktor waktu, intensitas dan sarana untuk interaksi menimbulkan permasalahan-permasalahan komunikasi antarbudaya.; Permasalahan dalam adaptasi komunikasi antarbudaya dapat berkurang karena beberapa faktor, yakni kebutuhan pribadi, strata sosial, dan rasa hormat, dimana secara umum para mahasiswa asing dapat beradaptasi dengan baik pada saat berkomunikasi dengan teman multukultural dan pengajarnya.
PENDEKATAN KOMUNIKASI INTERNASIONAL Malik, Deddy Djamaluddin
Jurnal Common Vol. 1 No. 2 (2017): Common
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.837 KB) | DOI: 10.34010/common.v1i2.574

Abstract

This article purpose is discribe historical setting, approach, definition and scope of international communication. The coming of globalization makes change some activities and orientations in this field. The method used in this article is literature study related to international communication, global communication and international relations. The result of this study that the term of international communication is altered by term of global communication. But in academic environment, the old term still its used. Second, there is many approach to international communication. The last one, the writer explore the position and function of international communication.  Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan latar belakang sejarah, pendekatan, definisi dan ruang lingkup komunikasi internasional. Kedatangan globalisasi membuat perubahan beberapa aktivitas dan orientasi di bidang ini. metode yang digunakan dalam artikel ini adalah studi pustaka terkait komunikasi internasional, komunikasi global dan hubungan internasional. Hasil penelitian ini bahwa istilah komunikasi internasional diubah oleh istilah komunikasi global. Tapi di lingkungan akademik, istilah lama tetap digunakan. Kedua, ada banyak pendekatan terhadap komunikasi internasional. Yang terakhir, penulis mengeksplorasi posisi dan fungsi komunikasi internasional.
STUDI ETNOMETODOLOGI PELANGGARAN KOMUNIKASI (COMMUNICATION BREACHING) DI PASAR TRADISIONAL YOUTEFAKOTA JAYAPURA Nahria, Nahria; Laili, Izzatul
Jurnal Common Vol. 2 No. 2 (2018): Common
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.071 KB) | DOI: 10.34010/common.v2i2.1188

Abstract

Penjual dan pembeli di pasar tradisonal, Youtefa tidak dapat terhindar dari aktivitas komunikasi baik verbal maupun nonverbal dalam praktik tawar-menawar. Namun komunikasi yang dilakukan tidak selamanya berjalan lancar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan respon penjual baik secara verbal maupun nonverbal terhadap communication breaching experiment (percobaan pelanggaran komunikasi) yang dilakukan oleh pembeli dan mengetahui alasan di balik respon tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang bersifat interpretif dan metode etnometodologi dengan meminta kesediaan 5 orang pembeli untuk melakukan communication breaching experiment terhadap beberapa penjual. Data dianalisis dengan model interaktif Miles and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon penjual terhadap pelanggaran komunikasi ditunjukkan dalam dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Melalui komunikasi verbal (kata-kata secara lisan) pelanggaran dikatakan sebagai sebagai sesuatu yang aneh, tidak wajar, bahkan pelakunya dianggap tidak waras, mengada-ada atau pura-pura tidak tahu, dan angkuh dan diperkuat oleh komunikasi nonverbal (ekspresi wajah kesal, heran, menepuk jidat, nada suara yang tinggi, mengernyitkan dahi, dan menggeleng-gelengkan kepala). Respon ini dilatarbelakangi oleh terjadinya komunikasi yang tidak seperti biasanya atau tidak sebagaimana mestinya yang berbeda dari kebiasaan yang sering ditemui dalam rutinitas sehari-hari di pasar antara penjual dan pembeli. --------------------------------------------------------------------------------- Sellers and buyers in traditional markets, Youtefa cannot avoid communication activities both verbally and nonverbally in the practice of bargaining. However, the communication done does not always run smoothly. Therefore, this study aimed to describe the seller's response to breaching communication carried out by the buyers both in verbal and nonverbal communication and knowing the reasons behind the response given. This study uses a qualitative research approach and ethnometodology method through a communication breaching experiment by asking the willingness of 5 buyers to do it with some sellers. Data were analyzed by the interactive model of Miles and Huberman. The results of the study showed that the seller's response to communication breaching was shown in two forms, namely verbal communication and nonverbal communication. Through verbal communication (verbal words) violations are said to be something strange, unnatural, even the perpetrators are considered insane, making it up or pretending not to know, and arrogant. This response is reinforced by nonverbal communication such as irritated facial expressions, wonder, tapping the forehead, high tone of voice, frowning, and shaking his head. This response is motivated by the occurrence of communication that is not as usual or not as it should be that is different from the habit that often found in daily routines in the market between sellers and buyers.
Ruang Personal Sebagai Pelarian dari Modernitas Saputra, Sandi Jaya; Adiprasetio, Justito
Jurnal Common Vol. 1 No. 1 (2017): Common
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.827 KB) | DOI: 10.34010/common.v1i1.247

Abstract

Dalam artikel ini penulis membedah keseharian Ruang Personal sebagai Pelarian dari Modernitas dengan mengunakan medium fotografi dokumenter dan semiologi Barthesian. Tujuannya adalah untuk mendemonstrasikan bagaimana ruang personal dan komunal dalam realitas keseharian terhubung dengan narasi modernitas. Dalam artikel ini, penulis menunjukan relasi praktik keseharian yang remeh temeh dengan wacana besar modernitas di kostan yang terdapat di Bandung bersifat oposisif dan kontraproduktif. Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas-aktivitas yang terdapat di ruang personal, merupakan representasi leisure dan ketidak-bergunaan di level ekstrim bila dipandang dari ukuran efisiensi dan efektifitas semangat modernisme. AbstractThis article discusses personal and communal spaces as an escape from modernity by using the medium of documentary photography and semiology Barthesian. The goal of is to demonstrate how personal and communal spaces in everyday reality is connected with the narrative of modernity. In this article, the authors show the relation of daily practice that is trivial with the great discourse of modernity in kostan contained in Bandung is oppositional and counterproductive. This study shows that activities in the personal and communal spaces, representing leisure and uselessness at the extreme level when viewed from the measure of efficiency and effectiveness of the spirit of modernism
KEKERASAN KOMUNIKASI DALAM LINGKUNGAN YANG MULTIKULTURAL: PENERAPAN KONSEP (NVC) NONVIOLENT COMMUNICATIONS PADA BENTUK-BENTUK KEKERASAN KOMUNIKASI Sangra Juliano Prakasa
Jurnal Common Vol 2 No 1 (2018): Common
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.98 KB) | DOI: 10.34010/common.v2i1.873

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskrispsikan kekerasan komunikasi khususnya kekerasan verbal dalam lingkungan yang multikultural, serta mengidentifikasifaktor-faktor mengenai penyebab dan bentuk-bentuk kekerasan komunikasi itu sendiri serta mencoba memberikan gambaran bentuk penerapan konsep Non Violent Communication sebagai solusi praktis dari maraknya perilaku kekerasan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi lapangan dan studi literatur. Hasil penelitian menggambarkan bahwa kekerasan komunikasi merupakan bagian dari perilaku yang negatif yang dapat merugikan orang lain. Beragam kekerasan verbal yang terjadi dalam kehidupan sosial, didominasi oleh perilaku dari kelompok dominan terhadap kelompok minoritas. Kekerasan komunikasi menjadi perilaku negatif yang kurang disadari karena efek dan dampaknya yang tidak langsung dan wujudnya yang tidak kasat mata (dampak psikis). Dapat disimpulkan bahwa Bentuk-bentuk kekerasan komunikasi dapat dipicu dari tingginya perbedaan budaya diantara para peserta komunikasi, dan didukung oleh minimnya kesadaran berbahasa pada masyarakat. Seluruh lapisan masyarakat harus menyadari betapa pentingnya menggunakan komunikasi yang baik dan humanis seperti konsep yang ditawarkan oleh NVC, agar kita dapat mewariskan “komunikasi” yang jauh dari kekerasan kepada generasi berikutnya, Adapun saran yang dapat diberikan yaitu bahwa Kekerasan komunikasi dapat diminimalisir dengan cara meningkatkan kesadaran dan kesetaraan diri terhadap orang-orang disekeliling kita. NVC merupakan sebuah metode dan opsi solusi bukan obat mujarab yang dapat merubah perilaku secara instan, perlu kerja keras untuk memperoleh hasil yang diinginkan, agar kita dapat melakukan komunikasi yang lebih humanis.
TAMAN ALUN-ALUN: PRODUKSI RUANG (SOSIAL) DAN KEPUBLIKAN Adiprasetio, Justito; Saputra, Sandi Jaya
Jurnal Common Vol. 1 No. 2 (2017): Common
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.097 KB) | DOI: 10.34010/common.v1i2.575

Abstract

Since the beginning of revitalization, Taman Alun-alun Bandung is expected to be a public space where people can interact with each other and build a healthy social order. Public space when viewing on the concept of Juergen Habermas, is a space within which there is participation and plural public consolidation and across classes and social structures with an emancipatory agenda. This research is by ethnography method which seeks to examine how so far Taman Alun-alun Bandung carry out its function as a public space of Bandung city residents. This research uses two big concepts namely Public Space from Juergen Habermas and Production of Social Space from Henrik Lafebvre, seeks to describe how social production space and nuance of publicity in the Park Taman Alun-alun Bandung. In the praxis level Taman Alun-alun Bandung can not be said to successfully perform its function as a representational spaces for community participatory activities. Created public spaces become pseudo, considering the imprisonment it makes imagined publicity can fill Taman Alun-alun Bandung not achieved. Sejak awal revitalisasi, Taman Alun-alun Bandung diharapkan dapat menjadi ruang publik tempat di mana masyarakat dapat saling berinteraksi dan membangun tatanan sosial yang sehat. Ruang publik apabila menilik pada konsep Juergen Habermas, adalah ruang yang didalamnya terdapat partisipasi dan konsolidasi publik yang plural dan melintasi kelas serta struktur sosial dengan agenda emansipasi. Penelitian ini mengunakan metode etnografi, yang berupaya memeriksa bagaimana sejauh ini Taman Alun-alun Bandung menjalankan fungsinya sebagai ruang publik warga kota Bandung. Penelitian ini menggunakan dua konsep besar yaitu Ruang Publik dari Juergen Habermas dan Produksi Ruang Sosial dari Henrik Lefebvre, berupaya mendeskripsikan bagaimana ruang produksi sosial dan nuansa kepublikan di Taman Alun-alun Bandung. Dalam tataran praksis Taman Alun-alun Bandung tidak dapat dikatakan berhasil menjalankan fungsinya sebagai representational spaces bagi aktivitas partisipatif masyarakat. Ruang publik yang tercipta menjadi semu, mengingat keberjarakan tersebut membuat kepublikan yang dibayangkan dapat mengisi Taman Alun-alun Bandung tidak tercapai.
Pengaruh Komunikasi Persuasif Personal Sales Terhadap Keputusan Pembelian Produk Al-Quran Miracle The Reference E-PEN Rakhmatin, Tina
Jurnal Common Vol. 1 No. 1 (2017): Common
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.247 KB) | DOI: 10.34010/common.v1i1.248

Abstract

Penelitian ini membahas tentang pengaruh komunikasi persuasif personal sales terhadap perubahan sikap konsumen dalam proses keputusan pembelian Al-Quran Miracle the Reference E-Pen. Teori yang digunakan dalam penelitian ini model Instrumental Theory of Persuasion yang memperhitungkan faktor-faktor komunikator dan pesan, intervening process, dan perubahan sikap. Metode penelitian yang digunakan adalah survei eksplanatori. Teknik pengambilan sampel menggunakan responden sejumlah 86 orang, lalu kemudian dilakukan proportionate random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur, setelah sebelumnya dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur dalam komunikasi persuasif yakni komunikator dan pesan terbukti memberikan pengaruh signifikan terhadap perubahan sikap konsumen yang terdiri dari perubahan kognisi, afeksi, dan konasi dalam proses keputusan pembelian. Pengaruh pesan terbukti memimiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perubahan sikap tersebut dibandingkan komunikator. Faktor-faktor intervening yakni perhatian, pemahaman, dan penerimaan turut memberi andil dalam memberi pengaruh tersebut. AbstractThis research is focusing on how the effect of personal salespersons' persuasive communication on consumers' behaviour change in the decision process of buying Al-Quran Miracle the Reference E-Pen. The theory used in this research is the Instrumental Theory of Persuasion model that reckons the communicator and message factors, intervening process, and behavior change. The method used in this research is explanatory survey. Sampling technique uses 86 respondents, succeeded by proportionate random sampling. The data analysis technique used is path analysis following the validity test and reability test. The output of the research shows that elements in persuasive communication namely communicator and message are proven to have significant effect on the consumers‟ behavior, which consists the cognition, affection, and conation change in the decision process of buying. The message effect is proven to be greater than the communicator effect. The intervening factors namely attention, comprehension, and acceptance also contribute in giving the effect.
PROSES KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM METODE PEMBELAJARAN SENTRA UNTUK MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK Rismawaty, Rismawaty; Rahmah, Sofie Aulia
Jurnal Common Vol. 2 No. 2 (2018): Common
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.998 KB) | DOI: 10.34010/common.v2i2.1189

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses komunikasi kelompok dalam metode pembelajaran sentra di TK Zaid bin Tsabit. Penelitian ini mendiskusikan tentang proses komunikasi kelompok. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kualitatif dengan pendekatan Deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti ada dengan studi pustaka, penelusuran data secara online, wawancara, observasi serta dokumentasi dengan 3 orang informan kunci yaitu guru di TK Zaid bin Tsabit serta 3 informan pendukung yaitu Kepala TK Zaid bin Tsabit dan 2 orang tua murid. Uji keabsahan data dengan peningkatan ketekunan, triangulasi dan diskusi dengan teman sejawat, teknik analisis data menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan evaluasi.Hasil penelitian ini bahwa Proses komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi langsung yang terjadi dua arah dan dilakukan terus menerus untuk membentuk kemandirian anak. Proses komunikasi yang terjadi dalam kelompok metode pembelajaran sentra membentuk kemandirian anak. Proses komunikasi yang dilakukan oleh guru kepada anak dilakukan dengan memberikan arahan-arahan kepada anak serta contoh dari arahan yang telah disampaikan oleh guru.Kesimpulan pada penelitian ini adalah metode pembelajaran sentra membentuk kemandirian anak lewat komunikasi yang dilakukan guru secara terus menerus, karna melalui pembelajaran sentra anak diminta untuk melakukan segala sesuatunya sendiri dalam pengawasan guru. Saran yang diberikan adalah guru harus lebih kreatif dalam memberikan materi pada metode pembelajaran sentra serta bersikap lebih tegas dalam mendidik anak dan melakukan komunikasi yang berkelanjutan dengan orang tua murid. --------------------------------------------------------------------------------- This study was conducted to determine the process of group communication in the center learning method at TK Zaid bin Tsabit. This study discusses the process of group communication. The research method used in this study is a qualitative method with a descriptive approach. The data collection techniques carried out by the researcher were with literature studies, online data searches, interviews, observation and documentation with 3 key informants namely the teacher at TK Zaid bin Tsabit and 3 supporting informants namely TK Head Zaid bin Tsabit and 2 parents. Test the validity of data by increasing perseverance, triangulation and discussion with colleagues, data analysis techniques using data collection, data reduction, data presentation, drawing conclusions and evaluations.The results of this study that the communication process that occurs is direct communication that occurs in two directions and carried out continuously to form the independence of children. The communication process that occurs in a group of central learning methods shapes children's independence. The process of communication carried out by the teacher to the child is done by giving directions to the child as well as examples of directions that have been delivered by the teacher.The conclusion of this study is that the central learning method shapes children's independence through continuous communication by the teacher, because through central learning children are asked to do everything themselves in the supervision of the teacher. The advice given is that the teacher must be more creative in giving material to the central learning method and be more assertive in educating children and making ongoing communication with parents.

Page 2 of 13 | Total Record : 129