cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Zuriat
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (1991)" : 12 Documents clear
Penilaian Parameter Genetik Beberapa Kultivar Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) dengan Persilangan Dialel , Sudjindro; , Soemartono; Wuryono M. D.
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6614

Abstract

Untuk menilai sifat-sifat dominan kultivar unggul kenaf dibuat persilangan dialel lengkap terhadap empat tetua Hc33, Hc48, Hc62, dan G4. Dalam percobaan ini digunakan rancangan percobaan acak kelompok lengkap dengan tiga ulangan. Metode Hayman (1954) seperti yang diuraikan oleh Singh dan Chaudhary (1979) digunakan untuk analisisnya. Percobaan ini dilaksanakan di kebun percobaan Balittas Muktiharjo, Pati, Jawa Tengah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa galur G4 mengandung gen dominan nisbi lebih banyak untuk sifat tinggi tanaman dan diameter batang, sedang Hc62 mengandung gen dominan nisbi lebih banyak untuk sifat umur berbunga, dan Hc33 memiliki nisbi lebih gen dominan yang mengendalikan sifat hasil serat. Sebaliknya Hc48 mengandung nisbi lebih banyak gen resesif untuk sifat-sifat lainnya. Taksiran nilai heritabilitas arti sempit untuk sifat umur berbunga dan hasil serat cukup besar, sedang heritabilitas arti sempit untuk sifat tinggi tanaman dan diameter batang bernilai sedang.
Sifat-Sifat Penting dalam Seleksi Tanaman Bawang Putih (Allium sativum L.) Murdaningsih Haeruman K.; Achmad Baihaki; Gunawan Satari; Tohar Danakusuma; Anggoro Hadi Permadi
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6620

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui variasi genetik tanaman bawang putih di Indonesia. Untuk mengetahui sifat-sifat yang penting dalam seleksi tanaman bawang putih. 10 kultivar di tanam di Ciwidey dan Cipanas pada bulan April sampai dengan September 1984. Pada tempat dan musim yang sama di tahun 1985 dilaksanakan pula terdapat 24 kultivar. Rancangan Acak Kelompok yang diulang tiga kali digunakan di setiap lokasi per tanaman. Faktor kultivar, lokasi, dan musim tanam diasumsikan diambil secara acak. Pengamatan dilakukan terhadap 22 sifat pada tahun 1984 dan terhadap 24 sifat pada tahun 1985. Terhadap setiap data pengamatan dilakukan analisis gabungan. Melalui nilai penduga parameter genetik sifat-sifat yang diamati ditentukan sifat penting yang bermanfaat dalam penelitian dan pelaksanaan pemuliaan bawang putih yang berkaitan dengan seleksi. Ternyata sepuluh sifat yaitu LOV daun ketujuh, LOR, umur tanaman, hasil per plot, volume umbi, diameter umbi, jumlah siung per umbi, variasi berat siung, kualitas aroma dan sifat persentase bunting merupakan sifat-sifat yang penting dalam penelitian dan pelaksanaan pemuliaan yang berkaitan dengan seleksi.
Seleksi Galur Terpadu Pada Tembakau Rakyat Tipe Madura Abdul Rachman S.K.
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6610

Abstract

Tembakau tipe Madura banyak dibutuhkan oleh pabrik rokok. Namun demikian, kultivar tembakau Madura, yaitu Jepon Kenek, merupakan populasi campuran. Kultivar tersebut perlu dimurnikan. Pemurnian dengan sistem seleksi galur terpadu, relatif dapat memperpendek waktu seleksi. Seleksi galur terpadu adalah seleksi galur yang sekaligus menggabungkan beberapa penelitian pada waktu yang bersamaan, misalnya: seleksi galur, penelitian jarak tanam dan pemupukan, multilokasi, dan lain-lain. Namun demikian, seluruh aktivitas tersebut hanya untuk menyaring galur-galur terseleksi. Seleksi galur terpadu, mungkin cocok untuk pemurnian populasi tembakau rakyat. 
Parameter Genetik, Seleksi Sifat Hasil dan Sifat Non Bunting pada Populasi Radiasi Sinar Gamma dan Neutron Generasi VM-3 Bawang Putih Murdaningsih Haeruman
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6615

Abstract

Sepuluh genotipe populasi tanaman bawang putih diteliti untuk mengetahui nilai duga parameter genetik sifat hasil dan sifat non bunting, dihubungkan dengan langkah seleksi untuk perbaikan kedua sifat tersebut. Sembilan genotipe merupakan populasi tanaman (generasi VM-3) yang tumbuh dari siung tanaman non bunting hasil seleksi pada generasi VM-2 turunan generasi VM-0 kultivar Lumbu Hijau yang diradiasi induksi sinar gamma dan neutron. Satu genotipe berupa populasi kultivar Lumbu Hijau bersifat bunting sebagai genotipe kontrol. Ternyata nilai duga koefisien variasi genetik (KVG), heritabilitas dalam arti luas (h2), dan kemajuan genetik (KG dan KG dalam persen dari rata-rata) sifat hasil per plot dan sifat non bunting cukup tinggi, sehingga memberi peluang untuk perbaikan kedua sifat tersebut melalui seleksi. Koefisien korelasi fenotipik yang negatif nyata dan koefisien korelasi genetik yang negatif sangat nyata di antara sifat hasil per plot dan sifat non bunting menunjukkan bahwa usaha untuk memperoleh kultivar berdaya hasil tinggi dapat dilakukan melalui seleksi jenis bawang putih yang bersifat bunting. Radiasi induksi sinar gamma dan neutron pada dosis tertentu dapat mengubah sifat bunting menjadi non bunting, tetapi merugikan sifat hasil.
Diversitas Genetik pada Beberapa Sifat Kuantitatif Tanaman Terigu (Triticum aestivum L.) Aan A. Daradjat; M. Noch; M. T. Danakusuma
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6611

Abstract

Diversitas genetik 40 galur terigu telah diduga dengan menggunakan uji statistik D2 untuk sifat-sifat komponen hasil. Hasil analisis varians menunjukkan adanya tingkat diversitas yang sangat nyata untuk semua sifat-sifat tersebut. Populasi dikelompokkan ke dalam 5 kluster. Kluster III merupakan kelompok terbesar yang mencakup lebih dari 2/5 dari populasi. Galur No. 39 yang berpotensi hasil tinggi secara genetik berada pada kluster yang berbeda dengan galur No. 9, 11, 23, 25, 28, dan 35 yang unggul dalam beberapa sifat komponen hasil, sehingga galur-galur tersebut dapat dijadikan calon tetua persilangan.
Seleksi Pohon Induk Teh dari Tanaman Muda Asal Biji Propellegitim Bambang Sriyadi; W. Astika; D. Muchtar; , Sutrisno
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6616

Abstract

Seleksi pohon induk untuk hasil yang tinggi dan didukung oleh komponen hasil yang maksimal diharapkan akan lebih mantap dipertahankan pada keturunan vegetatifnya. Seleksi dilakukan di KP. Pasir Sarongge terhadap tanaman asal biji klon PS 1 dan TRI 2024 dari kebun biji poliklonal. Pengamatan produksi per perdu dilakukan sebelum dan sesudah pemangkasan yang pertama. Fungsi diskriminan disusun dengan menggunakan tiga komponen hasil, yaitu jumlah pucuk, bobot pucuk p+2, dan persentase pucuk peko per perdu setiap petikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pucuk mempunyai koefisien indeks yang terbesar dalam menentukan nilai diskriminan, kemudian diikuti oleh bobot pucuk p+2 dan persentase pucuk peko. Dari hasil seleksi yang didasarkan atas teori fungsi diskriminan dan dipadukan dengan potensi hasil per perdu, telah terpilih 20 perdu yang mempunyai potensi hasil tinggi dan didukung oleh komponen hasil secara maksimal masing-masing yaitu 11 perdu dari biji klon TRI 2024 dan 9 perdu dari PS 1.
Screening for Salinity Tolerance in Lowland Rice Suhaimi Sulaiman
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6612

Abstract

Screening for breeding materials for salinity tolerance is most accurately done by measuring grain yields. However, mass screening during the vegetative period of plant development using pots in a greenhouse is more effective for rapid evaluation of large amounts of germplasm.In this study, Pokkall and IR 22 cultivars were grown in pots which contained five kilograms of soil. The soil had been fertilized with four liters of Hoagland's solution which was salinized with a given concentration of 0, 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, 5000 ppm, and 6000 ppm NaCl. Four of two weeks old seedlings were transplanted into each pot. The experiment unit were arranged in a Randomized Complete Block Design (RCBD) with two replications.A salinity level of 4000 ppm NaCl (8.5 mmhos/cm EC) showed the best differentiation of phenotypic performance for the salinity tolerance evaluation four weeks after transplanting.This technique was also used for screening of 23 traditional cultivars from South Kalimantan at salinity level of 8.5 mmhos/cm EC. Pokkal was used as tolerant check, and IR 22 was use as a susceptible check.Bayar Putih, Pandak, Pucuk, Lemo, and Duyung cultivars were identified as the most tolerant cultivars. It was also found that the percentage of sodium was greater in susceptible plants than in tolerant ones. However, the differences in N, P, and K were relatively small.  
Inheritance of Fruit Detachment Force and Its Association with Pedicel Characters in Capsicum annuum L. Ridwan Setiamihardja
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6617

Abstract

Low Fruit Detachment Force (FDF) is necessary to harvest fruit-producing crops to allow low fruit damage during harvest. FDF was evaluated in the Serrano x KRG family; it appeared that FDF inherited quantitatively with dominant gens action but mainly additive. Correlation coefficient between FDF with pedicel diameter was positive, and negative with pedicel index, and both significant at the 1 percent level.
Keragaman Genetik dan Heritabilitas Beberapa Sifat Morfologi Eucalyptus urophylla S.T. Blake Hendi Suhaendi
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6607

Abstract

Penelitian dilakukan apda pertanaman uji keturunan saudara tiri Eucalyptus urophylla S.T. Blake dalam populasi Subanjeriji, Palembang, Sumatera Selatan. Tegakan ditanam bulan Januari 1984, dan pengukuran lapangan dilakukan bulan Januari 1990 terhadap beberapa sifat morfologi yang penting secara ekonomi, yaitu tinggi total, tinggi bebas cabang, dan diameter batang dan bentuk batang.Tujuan penelitian ialah untuk menduga keragaman genetik dan heritabilitas famili dari masing-masing sifat morfologi pohon. Parameter genetik diduga melalui komponen ragam dari sidik ragam untuk setiap sifat pohon. Digunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 10 ulangan. Petak coba berupa baris yang mengandung 4 pohon untuk setiap famili yang sama dengan jarak tanam 2m x 3m. Seratus famili yang berasal dari 14 tempat tumbuh alami digunakan dalam studi ini.Keragaman genetik dan heritabilitas dari sifat-sifat tinggi total, tinggi bebas cabang dan bentuk batang adalah luas dan tinggi, sehingga perbaikan genetik dari masing-masing sifat tersebut dapat dicapai melalui seleksi massa yang dimulai pada generasi awal, di pihak lain, keragaman genetik dan heritabilitas diameter batang sempit dan rendah, karena itu perbaikan genetik sifat ini dapat diperoleh melalui seleksi famili pada generasi lanjut.
Pemanfaatan Gejala Heterosis Beberapa Genotipe Kedelai (Glycine max L. Merill) Melalui Teknik Kultur Jaringan Suseno Amien; Murdaningsih Haeruman K.; Achmad Baihaki
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6613

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi NAA (Napthalene Acetic Acid) dan kinetin pada media Murashige dan Skoog yang dimodifikasi pada tiga genotipe tetua F1 hibrida kedelai (Glycine max L. Merill) heterosis dan kemungkinan perbanyakannya melalui cara subkultur berulang. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi NAA 0,1 ppm; 0,2 ppm dan 0,3 ppm. Faktor kedua adalah konsentrasi kinetin 0,5 ppm; 1,0 ppm dan 1,5 ppm dikombinasikan sehingga diperoleh 9 perlakuan dan diulang tiga kali untuk setiap genotipe dari tiga genotipe yang diuji. Peubah yang diamati adalah jumlah akar, jumlah buku serta jumlah daun. Hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat perbedaan respons antara genotipe G 110, G 114 dan G 115 terhadap pertumbuhan akar, buku dan daun melalui kultur pucuk embrio yang dikulturkan. Melalui subkultur berulang diperoleh perbanyakan yang cukup tinggi. Selama dua minggu setelah subkultur diperoleh penambahan dua sampai tiga buku dari pemotongan buku yang berasal dari pucuk embrio.

Page 1 of 2 | Total Record : 12