cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Zuriat
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (1991)" : 12 Documents clear
Penampilan dan pewarisan beberapa sifat kuantitatif pada persilangan resiprokal kacang hijau Ceciliany Permadi; Achmad Baihaki; Murdaningsih H K; Toto Warsa
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6763

Abstract

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tetua betina pada 10 pasang genotip kombinasi persilangan kacang hijau, menduga nilai heritabilitas dan nilai pewarisan beberapa sifat kuantitatif.behan penelitian adalah genotip-genotip F1 dan F1 resiproknya hasil persilangan lima tetua kacang hijau yang saling dipersilangkan menurut disain dialil; Kelima tetua ini adalah Siwalik (P1), No. 129 (P2), Bhakti (P3), VC.2750 A (P4) dan VC.3301 A (P5). Penelitian dilaksanakan di Desa Manggungharja, Kecamatan Ciparay, pada bulan Juli sampai Desember 1988. Terletak lapangan menggunakan rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali.Hasil penelitian  menunjukkan bahwa beberapa genotip yang dipengaruhi tetua betina memberikan gejala heterosis; Karakter-karakter pada populasi F1 lebih dikendalikan oleh gen-gen aditif, sedangkan karakter-karakter pada populasi F1 resiprokal umumnya dikendalikan oleh tetua betina dan non aditif. Nilai heritabilitas dalam arti luas dan sempit untuk sifat hasil dan beberapa komponen hasil pada populasi F1 maupun F1 resiprokal bernilai rendang sampai sedang.
Uji ketahanan terhadap penyakit antraknos pada cabai merah untuk seleksi tetua Ridwan Setiamihardja; Warid Ali Qosim
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6735

Abstract

Pengujian ketahanan terhadap penyakit Antraknosa (Colletotricum capsici) dilakukan pada 36 genotip cabai merah (Colletotricum annum) untuk memperoleh bahan tetua. Pengujian tingkat serangan pada buah cabai merah dilakukan di lapangan (Kebun Percobaan Wera, Subang) dan di laboratorium Balai Penelitian Hortikultura Lembang, dari bulan Oktober 1989 sampai Februari 1990. Percobaan lapangan ditata dalam rancangan acak kelomok dan di laboratorium dalam rancangan acak lengkap.dari hasil percobaan ternyata tidak terdapat tanaman yang imun (tingkat kerusakan 0%). Pada uji lapangan terdapat empat genotip yang tahan (tingkat kerusakan rata-rata 4.9%-7.2%); sedangkan dari uji laboratorium tidak terdapat genotip yang tahan, enam genotip menunjukkan tingkat kerusakan 11.1%-15.1% (agak peka).
Reproduction of corn lesion nematode on maize and white clover callus tissue cultures Yuyu S Poerba
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6731

Abstract

Cara pewarisan beberapa karakter agronomis pada tembakau yogya voor oogst Fatkhur Rochman; Abdul Rachman S; Rusim Mardjono; Anik Herwati
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6792

Abstract

Telah dilaksanakan penelitian untuk mengetahui parameter genetis dari tanaman tembakau 'Yogya Voor Oogst' ('Yogya VO'). Tanaman tetua, F1 dan F2 ditanam serentak dalam suatu petak tanah di Kebun Percobaan Kalipare-balittas-Malang. sepuluh sifat agronomis dari persilangan antara kultivar PB/Areal dianalisis aksi gennya, daya warisnya, dan kolerasi genotipnya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi dominan lebih pada karakter panjang daun, lebar daun, luas daun relatif, tinggi tanaman dan sudut daun. Luas daun relatif bersifat dominan lebih dan jumlah daun bersifat dominan positif tidak sempurna. Sedangkan umur berbunga bersifat dominan negatif tidak sempurna. Kondisi ini sangat menguntungkan, karena menambah peluang untuk memperoleh tanaman tembakau yang lebih produktif dan berumur genjah.Nilai daya waris (heritabilitas) untuk sifat-sifat agronomis yang diamati memberikan nilai yang tinggi dan cukup tinggi (0.60), kecuali karakter sudut daun dan lebar daun telinga yang memberikan nilai agak rendah dan rendah. Antara karakter panjang daun vs luas daun relatif, lebar daun vs luas daun relatif, tinggi tanaman vs jumlah daun, panjang ruas rata-rata vs sudut daun mempunyai koefisien kolerasi fenotip dan genotip yang positif dan sangat nyata. 
Variasi penampilan komponen pertumbuhan beberapa genotip jagung komposit generasi pertama dan ke tiga Murdaningsih Haeruman; Ai Neni Ruhaidah; Syam Arjayanti
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6811

Abstract

Lima belas genotip jagung komposit generasi pertama dan 14 genotip generasi ketiganya ditanam masing-masing pada musim yang berbeda. Diteliti keragaman komponen pertumbuhan vegetatifnya dan dibandingkan dengan kultivar Kalingga. Rancangan acak kelompok yang diulang dua kali digunakan pada setiap pertanaman.Ternyata keseragaman karakter tinggi tanaman, jumlah daun, Index Luas Daun (ILD) dan diameter batang sudah tercapai pada generasi pertama. Pada generasi ke tiga setiap varians karakter-karakter tersebut semakin kecil nilainya. Perbedaan tingkat keseragaman karakter populasi komposit antara generasi yang berbeda tergantung pada kombinasi genotip pembentuknya.
Cara pembelahan umbi, lama perendaman dan konsentrasi kolkhisin pada poliploidisasi bawang merah 'Sumenep' Anggoro Hadi Permadi; Retno Cahyani; Supartini Syarif
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6693

Abstract

Bawang merah 'Sumenep' tidak mampu berbunga di daerah tropis. Kultivar ini dapat diperbaiki dengan metode poliploidi. Suatu percobaan yang ditata menurut rancangan acak lengkap pola faktorial dengan tiga ulangan, digunakan untuk mempelajari pengaruh pembelahann umbi (melintang dan membujur), waktu perendaman (3 dan 6 jam) serta konsentrasi kolkhisin (0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 400 ppm). Percobaan dilaksanakan di Balai Penelitian Hortikultura, Margahayu (1250 m dpl), Lembang.Hasil percobaan menunjukkan: (1) terdapat interaksi antara konsentrasi kolkhisin dan waktu perendaman yang menentukan efektifitas induksi poliploidi. (2) Poliploidi ditunjukkan dengan bentuk tanaman yang lebih pendek, jumlah daun sedikit, jumlah stomata sedikit, daun lebih tebal dengan pembesaran stomata, baik lebar maupun panjangnya. (3) tanaman poliploid menunjukkan lebih ringan, baik pada karakter berat basah maupun berat kering. (4) Pembelahan umbi melintang yang direndam dalam larutan kolkhisin dapat menginduksi poliploidi lebih nyata dibandingkan dengan pembelahan umbi membujur. (5) Waktu perendaman tiga jam dalam larutan kolkhisin cukup baik untuk menginduksi poliploidi, baik pada cara pembelahan melintang maupun membujur. (6) Pembelahan umbi melintang dengan waktu perendaman 3 jam dalam larutan kolkhisin 400 ppm adalah cara yang paling efektif untuk menginduksi poliploidi.
Penampilan tanaman padi pada populasi campuran Z A Simanullang
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6743

Abstract

Pada dua musim tanam telah dilakukan percobaan untuk melihat pengaruh populasi tunggal dan populasi campuran terhadap hasil tanaman padi. percobaan ditata dalam rancangan acak kelompok empat populasi tunggal dan enam populasi campuran yang terdiri dari 2-3 komponen, sedangkan pada musim ke dua ditanam lima populasi tunggal dan sepuluh populasi campuran.Hasil percobaan memperlihatkan bahwa penggunaan campuran 2-3 komponen merupakan alternatif pada areal yang terkontaminasi penyakit. Campuran dari dua kultivar terbaik memberikan hasil yang lebih tinggi di antara semua populasi campuran. Daya hasil populasi campuran lebih rendah dari pada hasil populasi tunggal kultivar terbaik.
Penampilan hasil populasi campuran tanaman jagung Johannis Untung; Elsje Awuy; Jantje Saroinsong
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6766

Abstract

Tiga populasi tunggal yaitu Manado Kuning, Manado Merah dan Ketan Minahasa, serta empat kombinasi campurannya, ditata dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan, yang ditanam di Kakaskasen III, Tomohon, Minahasa, untuk membandingkan penampilan hasilnya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil populasi campuran lebih tinggi daripada populasi tunggal. Hasil terbaik diperoleh pada populasi campuran Manado Kuning dan Manado Merah, hasil ke dua terbaik adalah campuran Manado kuning, Manado Merah dan Ketan Minahasa.
Pola pewarisan sifat bentuk daun okra dan heretabilitas beberapa sifat penting tanaman kapas Rusim Mardjono; Edy M; Sutarso Sutarso
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6721

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pewarisan bentuk daun okra dan estimasi heritabilitas beberapa sifat penting tanaman kapas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk daun okra dikendalikan oleh sepasang gen tunggal tidak dominan. Pada populasi F1 menunjukkan efek heterosis untuk luas daun dan berat kapas berbiji. Sedangkan distribusi pewarisan sifat luas daun dalam populasi F2 adalah kontinyu dan normal, atau dikendalikan oleh banyak gen. Seleksi pada generasi awal dapat dilakukan untuk sifat persentase serat dan panjang serat, sedangkan sifat-sifat lainnya, terutama berat kapas berbiji, seleksi lebih baik dilakukan pada generasi lanjut
Berbagai waktu awal kejutan panas pada triploidisasi lele dumbo Tini Lusiandari; Maman Herman Suparta; Sukaya Sastrawibawa; Ike Rustikawati
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6689

Abstract

Pengujian pengaruh berbagai waktu awal kejutan panas terhadap triploidisasi lele dumbo (Clarias garlepinus), telah dilakukon di Balai Budidaya Air Tawar, Sukabumi dari bulan September sampai Nopember 1990. Perlakuan empat waktu awal kejutan panas yakni satu, dua, tiga dan ernpat menit setelah fertilisasi, dicoba dalam induksl triploid Clarias gariepinus dengan lama waktu kejutan dua menit pada suhu 40°C setelah fertilisasi. Hasil menunjukkan bahwa waktu awal kejutan dua menit menghasilkan persentase benih ikan triploidi yang terbaik.

Page 1 of 2 | Total Record : 12