cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 179 Documents
ANALIIS SPASIAL KONVERSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN BEKASI (STUDI KASUS DI KECAMATAN CIBITUNG DAN TAMBUN) Dede Dirgahayu
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol 1, No.1 Juni (2004)
Publisher : Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.093 KB)

Abstract

The result of spatial analysis indicates that there has been position sidetrack of paddy field concentration (SM=Spatial Mean)from the year 1996 until the year 2000 to the North East direction as far as 691 m in Cibitung district and 481 m in Tambun district. The SM movement is away from the center of social economic activity of the community whether in yhe local area (district) or the regional area (City, Regency). Land conversion of paddy field into non-agricultural land that mostly occur are as a residential and industrial area. Land conversion has also occured in Tambun of paddy - then more settlement type about 105.2 Ha and 154.6 Ha in Cibitung. Land conversion of paddy - then more industry type has occured in Cibitung about 486.1 Ha and 87.9 Ha in Tambun. Paddy field conversion that occurs in the research location has taken place in Highly Suitable (S1) land, and has high productivity because it taken place in the area High Accessibility towards main road and center of the district.
PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN OPERASI KEAMANAN LAUT DI LAUT ARAFURU (REMOTE SENSING APPLICATION FOR SUPPORTING MARITIME SECURITY OPERATIONS AT ARAFURU SEA) Gathot Winarso; Eko Kurniawan
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol 11 No.2 Desember 2014
Publisher : Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1195.207 KB)

Abstract

Operasi keamanan laut dilakukan secara terus menerus oleh TNI-AL membutuhkan armada yang banyak untuk menjangkau wilayah laut Indonesia yang luas dan membutuhkan logistik yang mahal. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi yang dapat mengoptimalkan jumlah armada dan melakukan efisiensi kebutuhan logistik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengaplikasikan data penginderaan jauh untuk mendapatkan informasi waktu operasi yang rawan terhadap pelanggaran dan ancaman keamanan terkait dengan aktifitas penangkapan ikan. Dengan dasar pemikiran bahwa gangguan keamanan akan banyak terjadi pada daerah dengan tingkat aktifitas penangkapan ikan yang tinggi dan akan terkonsentrasi pada daerah-daerah dengan kesuburan perairan yang tinggi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data konsentrasi klorofil-a yang diperoleh dari data MODIS level-2 dari NASA Amerika Serikat. Data harian selama 5 tahun dari 2008 sampai 2013 dijadikan rata-rata bulanan sehingga diperoleh variasi bulanan selama satu tahun dalam selang waktu 5 tahun. Analisa dilakukan pada seluruh area, dan juga pada unit-unit area yang lebih kecil untuk melihat apakah ada perbedaan pada unit-unit area yang lebih kecil tersebut. Perbedaan variasi pada unit terkecil bisa membedakan penentuan waktu operasi keamanan laut yang akan dilakukan pada area tersebut. Hasil analisa menunjukkan bahwa terjadi kenaikan kandungan klorofil-a pada bulan Mei- September. Sehingga dapat disarankan untuk lebih mengintensifkan operasi kamla pada waktu-waktu tersebut. Secara umum tidak terjadi perbedaan pada unit-unit yang lebih kecil, tetapi hanya berupa perubahan awal dan akhir waktu tingginya konsentrasi klorofil-a pada area yang berbeda. Kata kunci: Penginderaan jauh, Keamaman laut, Klorofil-a
PENGEMBANGAN MODEL IDENTIFIKASI DAERAH BEKAS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (BURNED AREA) MENGGUNAKAN CITRA MODIS DI KALIMANTAN (MODEL DEVELOPMENT OF BURNED AREA IDENTIFICATION USING MODIS IMAGERY IN KALIMANTAN) - Suwarsono; - Rokhmatuloh; Tarsoen Waryono
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 10 No.2 Desember 2013
Publisher : Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1362.495 KB)

Abstract

Kebakaran hutan dan lahan telah menjadi ancaman cukup serius bagi masyarakat secara global pada dua dekade terakhir, terutama terkait dengan degradasi aspek-aspek lingkungan dan sumberdaya alam. Kalimantan merupakan daerah di Indonesia yang paling rawan terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model-model algoritma untuk mengidentifikasi area terbakar yang paling sesuai diaplikasikan di Kalimantan menggunakan citra MODIS. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan variabel indeks vegetasi (NDVI), indeks kebakaran (NBR), dan reflektansi dari citra MODIS untuk mengidentifikasi area terbakar. Identifikasi area terbakar dilakukan dengan metode pengambangan (thresholding), yaitu perhitungan nilai ambang batas dari perubahan nilai-nilai variabel NDVI, NBR, dan reflektansi untuk piksel-piksel yang dinyatakan sebagai area terbakar. Kemudian dilakukan perhitungan tingkat separabilitas dan akurasi untuk menguji validitas tiap-tiap model. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada dasarnya semua model algoritma baik perubahan NDVI, NBR dan reflektansi memiliki kemampuan yang baik dalam mendeteksi area terbakar di Kalimantan. Namun demikian, dari semua model algoritma tersebut, hanya model algoritma perubahan NBR yang memberikan tingkat akurasi paling tinggi, yaitu sebesar 0,635 atau 63,5%. Dengan demikian, model algoritma identifikasi area terbakar yang paling sesuai diaplikasikan untuk daerah Kalimantan dengan menggunakan citra MODIS adalah model algoritma perubahan NBR.Kata kunci: Identifikasi, Area terbakar, NBR, MODIS, Kalimantan
PENENTUAN HUBUNGAN ANTARA SUHU KECERAHAN DATA MTSAT DENGAN CURAH HUJAN DATA QMORPH - Parwati; - Suwarsono; Kusumaning Ayu DS; Mahdi Kartasamita
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol 6, (2009)
Publisher : Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1823.041 KB)

Abstract

The relationship analysis between the brightness temperature from MTSAT-1R and the rainfall from Qmorph have been conducted in this research. The data used in this research are 240 data sets of MTSAT-1R and QMorph for ten days (1-10 February 2009, 00 – 23 UTC). The analysis is based on the MTSAT-1R spatial resolution (5 x 5 km) which covered 621 pixels for Bengawan Solo Water Catchment Area. The statistical analysis used are timeseries, regression-correlation analysis, and marginal analysis. The result showed that there is a significant correlation between the brightness temperature of MTSAT-1R data with the rainfall from QMorph data (r ≥ 0.80 or equal to R2 ≥ 0.65) for 66 % data or around 410 pixels. The brightness temperature tends to decrease with the higher rainfall, except for the Cirrus cloud which has a cooler temperature but not potential to become rain. Based on the marginal analysis of 410 pixels, we have found a power line regression between the QMorph rainfall (mm/hour) and the MTSAT cloud temperature (°K) with R2 = 0.9837. The equation is: Qmorph rainfall = 2. 1025 (MTSAT cloud temperature)-10.256. In order to increase the accuracy, the validation of QMorph data needs to be done by comparing the QMorph with other rainfall data sources and also taking the topography of area into consideration. Key word: Brigthness temperature, Rainfall, MTSAT, QMorph, Coefficient correlation, Marjinal Analysis
Full Paper Inderaja Vol 13 No 1 Juni 2016 Redaksi Jurnal
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 13 No. 1 Juni 2016
Publisher : Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18287.905 KB)

Abstract

Full Paper Inderaja Vol 13 No 1 Juni 2016
PEMANFAATAN DATA SATELIT UNTUK ANALISIS POTENSI GENANGAN DAN DAMPAK KERUSAKAN AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT (APPLICATION OF SATTELITE DATA TO ANALYZE INUNDATION POTENTIAL AND THE IMPACT OF SEA LEVEL RISE) Nanin Anggraini; Bambang Trisakti; Tri Edhi Budhi Soesilo
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 9 No. 2 Desember 2012
Publisher : Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1684.469 KB)

Abstract

Meningkatnya volume air laut menyebabkan kenaikan muka air laut yang mengancam keberadaan pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir seperti pesisir Jakarta Utara. Selain karena kenaikan muka air laut, Jakarta Utara juga terancam oleh fenomena penurunan permukaan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kenaikan muka air laut pada tahun 2030 dan dampaknya terhadap wilayah pesisir. Prediksi total tinggi muka air laut diperoleh berdasarkan data pasang surut (pasut), penurunan permukaan tanah, dan kenaikan muka air laut skenario B2 dari IPCC. Wilayah pesisir yang berpotensi tergenang karena kenaikan muka air laut diprediksi dengan data DEM SRTM X-C resolusi spasial 30 m. Analisis dampak kerusakan dilakukan dengan cara overlay antara potensi genangan dengan penggunaan lahan dari data QuickBird. Hasil memperlihatkan bahwa, prediksi total tinggi muka air laut tahun 2030 akibat pasut adalah 2,88 m, penurunan permukaan tanah 2,28 m, dan skenario IPCC 1,29 m, sehingga tinggi muka air laut rencana adalah 6,45 m. Jenis penggunaan lahan yang berpotensi rusak akibat tergenang didominasi oleh permukiman sebesar 1045 ha dan industri 563 ha. Permukiman yang berpotensi tergenang paling luas berada di Kecamatan Penjaringan dengan luas 523 ha dan wilayah industri berada di Kecamatan Cilincing dengan luas 171 ha. Kata kunci: DEM SRTM X-C band, Kenaikan muka air laut, Penurunan permukaan tanah, skenario B2 SRES IPCC, QuickBird
MODIFIKASI DIGITAL ELEVATION MODEL CITRA RESOLUSI TINGGI MENGGUNAKAN FUSI INTERFEROMETRI SAR DAN STEREOSAR BERBASIS FAKTOR PEMBOBOTAN Haris Suka Dyatmika; Rahmat Arief; Dodi Sudiana; Shadiq Ali; Rachmat Maulana; Marendra Eko Budiono
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 15 No. 2 Desember 2018
Publisher : Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.924 KB) | DOI: 10.30536/j.pjpdcd.2018.v15.a3063

Abstract

Sensor satelit SAR mampu mengukur elevasi permukaan bumi menggunakan metode interferometri (InSAR) atau radargrametri (StereoSAR). Metode InSAR memanfaatkan fase dari citra SAR, sedangkan StereoSAR menggunakan nilai amplitudo untuk menghasilkan elevasi permukaan bumi. Kedua metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa permasalahan adalah akurasi rendah DEM menggunakan InSAR citra SAR di area bayangan dan singgahan, sedangkan pada metode kedua, permasalahan muncul jika korelasi silang antara kedua citra rendah. Makalah ini mengajukan metode penggabungan citra DEM InSAR dan StereoSAR untuk pembuatan citra DEM baru menggunakan citra SAR resolusi tinggi. Pasangan citra TerraSAR-X atau TanDEM-X dengan sudut datang 21 derajat digunakan dalam penelitian ini, diolah menggunakan metode InSAR dan sepasang citra dengan sudut masing-masing 21 derajat dan 41 derajat menggunakan metode StereoSAR di area Bandung dan sekitarnya. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa DEM fusi kedua metode tersebut mempunyai akurasi yang lebih baik, dengan kesalahan absolut lebih kecil dari pada masing-masing metode InSAR dan StereoSAR, secara terpisah yaitu meningkat sebesar 3.48 m dan 1.80 m.
DETEKSI GEJALA ERUPSI STROMBOLIAN GUNUNGAPI RAUNG JAWA TIMUR MENGGUNAKAN NORMALIZED THERMAL INDEX DARI DATA MODIS (DETECTING THE PRECURSOR OF RAUNG VOLCANO STROMBOLIAN ERUPTION USING NORMALIZED THERMAL INDEX FROM MODIS) - Suwarsono; - Hidayat; Totok Suprapto; Fajar Yulianto; Nurwita Mustika Sari; - Parwati; Wikanti Asriningrum
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 12 No. 2 Desember 2015
Publisher : Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1385.992 KB)

Abstract

Secara geologi, sebagian besar wilayah Indonesia berada pada jalur subduksi cincin api pasifik (pacific ring of fires) yang menyebabkan banyak bermunculan gunungapi aktif. Keberadaan gunungapi aktif tersebut membawa implikasi tersendiri akan munculnya ancaman erupsi vulkanik yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi gejala erupsi gunungapi dengan menggunakan parameter Normalized Thermal Index (NTI) yang diturunkan dari data MODIS. Obyek gunungapi yang dipilih adalah Gunungapi Raung di Jawa Timur dimana sekitar Juni hingga Juli 2015 menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanisme serta mengalami erupsi. Metode pengolahan data meliputi pengolahan citra Landsat-8 untuk penentuan area of interest (kaldera), pengolahan citra MODIS untuk pengukuran NTI, serta analisis pola spasial dan temporal NTI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala suatu gunungapi akan mengalami erupsi dapat diketahui dari adanya nilai NTI pada daerah kaldera yang meningkat dan relatif lebih tinggi dari daerah di sekitarnya. Parameter NTI telah teruji memiliki kemampuan yang baik dalam membedakan antara kaldera yang sedang meningkat aktivitas vulkaniknya dan obyek-obyek lainnya. Nilai NTI = 0,06 dapat diterapkan sebagai nilai ambang batas (threshold) suatu gunungapi menunjukkan gejala akan erupsi.Kata kunci: Gejala erupsi, Gunungapi Raung, Strombolian,MODIS, NTI
METODE DUAL KANAL UNTUK ESTIMASI KEDALAMAN DI PERAIRAN DANGKAL MENGGUNAKAN DATA SPOT 6 STUDI KASUS : TELUK LAMPUNG (DUAL BAND METHOD FOR BATHYMETRY ESTIMATION IN SHALLOW WATERS DEPTH USING SPOT 6 DATA CASE STUDY: LAMPUNG BAY) Muchlisin Arief; Syifa Wismayati Adawiah; Ety Parwati; Sartono Marpaung
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 14 No. 1 Juni 2017
Publisher : Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1004.554 KB) | DOI: 10.30536/j.pjpdcd.2017.v14.a2618

Abstract

Depth data can be used to produce seabed profile, oceanography, biology, and sea level rise. Remote sensing technology can be used to estimate the depth of shallow marine waters characterized by the ability of light to penetrate water bodies. One image that can estimate the depth is SPOT 6 which has three visible canals and one NIR channel with 6 meter spatial resolution. This study used SPOT 6 image on March 22, 2015. The image was first being  dark pixel atmospheric corrected by making 30 polygons. The originality of this method was to build a correlation between the dark pixel value of red and green channels with the depth of the field measurement results, made on June 3 to 9, 2015. The algorithm  derived experimentally consisted of: thresholding which served to separate the land by the sea and the correlation function. The correlation function was obtained: first correlating the observation value with each band, then calculating the difference of minimum pixel darkness value and minimum for red and green channel was 0.056 and 0.0692. The model was then constructed by using the comparison proportions, so that the linear equations were obtained in two channels: Z (X1, X2) = 406.26 X1 + 327.21 X2 - 28.48. Depth estimation results were for a 5-meter scale, the most efficient estimation with the smallest error relative mean occured in shallow water depth from 20 to 25 meters, while the result of   10 meters scale from 20 to 30 meters and the estimated depth hadsimilar patterns or could be said close to reality. This method was able to detect sea depths up to 25 meters and had a small RMS error of 0.653246 meters. Thus the two-channel method coukd offer a fast, flexible, efficient, and economical solution to map topography of the ocean floor.AbstrakData kedalaman dapat digunakan untuk menghasilkan profil dasar laut, oseanografi, biologi, dan kenaikan muka air laut. Teknologi penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengestimasi kedalaman perairan laut dangkal yang ditandai dengan kemampuan cahaya untuk menembus badan air. Salah satu citra yang mampu mengestimasi kedalaman tersebut adalah SPOT 6 yang memiliki tiga kanal visible dan satu kanal NIR dengan resolusi spasial 6 meter. Pada penelitian ini, Citra SPOT-6 yang digunakan adalah 22 Maret 2015. Citra terlebih dahulu dilakukan koreksi atmosferik dark pixel dengan membuat 30 poligon. Originalitas dari metode ini adalah membangun suatu korelasi antara nilai dark pixel kanal merah dan hijau dengan nilai kedalaman hasil pengukuran lapangan yang dilakukan pada 3 sampai dengan 9 Juni 2015. Algoritma diturunkan secara eksperimen yang terdiri dari thresholding yang berfungsi untuk memisahkan daratan dengan lautan dan fungsi korelasi. Fungsi korelasi diperoleh pertama-tama mengkorelasikan nilai pengamatan dengan masing-masing band, kemudian menghitung selisih nilai dark pixel maksimum dan minimum untuk kanal merah dan hijau yaitu 0,056 dan 0,0692. Selanjutnya, dibangun model dengan menggunakan dalil perbandingan sehingga diperoleh persamaan linier dalam dua kanal yaitu: Z(X1,X2) = 406,26 X1 + 327,21 X2 – 28,48. Hasil estimasi kedalaman, untuk skala 5 meter, estimasi yang paling efisien dengan Mean relatif error terkecil terjadi pada kedalaman perairan dangkal dari 20 sampai dengan 25 meter, sedangkan untuk skala 10 meter dari 20 sampai dengan 30 meter dan juga hasil estimasi kedalaman yang diperoleh mempunyai pola kemiripan atau dapat dikatakan mendekati kenyataan. Metode ini mampu mendeteksi kedalaman laut hingga 25 meter dan mempunyai RMS error yang kecil yaitu 0,653246 meter. Dengan demikian, metode dua kanal ini dapat menawarkan solusi cepat, fleksibel, efisien, dan ekonomis untuk memetakan topografi dasar laut.
PENGEMBANGAN METODE ZONASI DAERAH BAHAYA LETUSAN GUNUNG API STUDI KASUS GUNUNG MERAPI Wikanti Asriningrum; Heru Noviar; - suwarsono
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol 1, No.1 Juni (2004)
Publisher : Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.622 KB)

Abstract

Merapi volcano which has height 2.986 m is located at central of Java Island. This volcano is one of 129 active volcano in Indonesia. Considering the amount of volcano, we need a method as a mitigation system of eruption hazard. MOS-MESSR (1991) dan Landsat-ETM (2002) sata and supported by secondary data are used to identify and classify landform, drainage pattern, and land cover. The result are 10 classes of landform, 3 leruption hazard level of drainage pattern, and 9 classes of landform. Based on gemorphogical analysis during 11 years show that forest area decrease 13.062 Ha and hazard risk pattern increasa.

Page 4 of 18 | Total Record : 179