cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
KALPATARU
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Arjuna Subject : -
Articles 278 Documents
PERKEMBANGAN RAGAM HIAS PADA OMO SEBUA DI NIAS SELATAN, SUMATERA UTARA Elyada Wigati Pramaresti
KALPATARU Vol. 27 No. 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v27i2.463

Abstract

Abstract. Omo Sebua or chief’s house is a cultural material heritage found in South Nias Regency, North Sumatera. In the past, each village in South Nias has one Omo Sebua. However, currently there are only four houses that still exist located in Hilinawalö Mazinö, Hilinawalö Fau, Onohondrö, and Bawömataluo. Each house has its own ornament style which rather different to each other. The main purpose of this article is to find out about the development of the ornaments on four remaining omo sebua which were built in different periods. The methods used in this research were by making shape-based ornament classification then followed by analysis to identify the quantity of its sub-theme, location, and ornament morphology. The result reveals that ornaments on those four houses have developed through times which caused by many factors, such as time, skill, and influence from other cultures. This research attempts to provide documentation of ornaments on Omo Sebua before these fine buildings completely destroyed, as well as to introduce the cultural material heritage of Nias to general public so that it can become an asset for tourism in the future.Keywords: Omo sebua, ornaments, classification, development Abstrak. Omo sebua atau rumah bangsawan merupakan salah satu tinggalan budaya materi di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Dahulu, tiap desa di Nias Selatan mempunyai satu omo sebua. Kini, hanya empat omo sebua yang masih berdiri di Nias Selatan, yakni di Desa Hilinawalö Mazinö, Hilinawalö Fau, Onohondrö, dan Bawömataluo. Ragam hias pada omo sebua tidak sama antara satu  dan yang lain. Masing-masing rumah mempunyai gaya ragam hiasnya sendiri. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini berkaitan dengan perubahan ragam hias pada empat omo sebua yang didirikan dalam waktu yang berbeda-beda. Tujuan penelitian ini adalah melihat perkembangan ragam hias yang ditemukan pada keempat omo sebua di Nias Selatan. Metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan adalah klasifikasi ragam hias berdasarkan bentuk, dilanjutkan dengan analisis jumlah subtema, keletakan, dan morfologi ragam hias. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam hias pada keempat omo sebua mengalami perkembangan dari rumah tertua hingga rumah termuda. Perkembangan ragam hias terjadi karena faktor waktu, keterampilan seniman, dan pengaruh budaya asing di Nias Selatan. Manfaat dari penelitian ini adalah menyediakan dokumentasi ragam hias sebelum keempat omo sebua yang tersisa rusak sekaligus memperkenalkan tinggalan budaya materi di Nias kepada masyarakat umum sehingga dapat menjadi modal dalam sektor pariwisata di masa yang akan datang.Kata kunci: Omo sebua, ragam hias, klasifikasi, perkembangan 
TEMUAN KAPAL TENGGELAM DARI SITUS KARANG KENNEDY: GAMBARAN PERAIRAN BELITUNG BAGIAN SELATAN DALAM JALUR PERDAGANGAN MARITIM PADA AWAL ABAD XX Aryandini Novita
KALPATARU Vol. 28 No. 1 (2019)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v28i1.496

Abstract

Abstract. This paper discusses about maritime trade routes in southern Belitung waters in the past based on archaeological remains found at Karang Kennedy Reef by South Sumatra Archaeological Center in 2018. Inductive method was used in this study and the main data were the cargo found in the shipwreck. Data was collected thorugh underwater survey and mapping and then went into specific and contextual analysis. Written sources was also used for data interpretation. The result indicates that Karang Kennedy Site shipwreck is an evidence that Belitung used to be a part of international trade routes. Although the southern Belitung waters are protected from direct wind gusts Java sea or Belitung island, those are also relatively shallow and overgrown with coral reefs that limited the movement of ships and large boats to sail in this area.Keywords: Shipwreck site, Maritime trade, Underwater archaeologyAbstrak. Tulisan ini membahas tentang gambaran jalur perdagangan maritim di wilayah perairan Belitung bagian selatan pada masa lalu. Data yang digunakan dalam tulisan ini berupa tinggalan arkeologi yang ditemukan di Situs Karang Kennedy hasil penelitian Balai Arkeologi Sumatera Selatan tahun 2018. Metode penalaran yang digunakan pada tulisan ini adalah metode induktif. Data yang digunakan adalah temuan arkeologi hasil penelitian tahun 2018 berupa sisa kapal tenggelam dan muatannya. Pengumpulan data pada kegiatan tersebut dilakukan dengan cara survei dan pemetaan bawah air. Analisis temuan dilakukan baik secara khusus maupun kontekstual, semetara interpretasi data menggunakan analogi sejarah dari sumber-sumber tertulis. Hasil kajian ini menunjukkan temuan kapal tenggelam di Situs Karang Kennedy merupakan bukti bahwa Belitung juga merupakan bagian dari perdagangan internasional. Selain itu penemuan sisa kapal di Karang Kennedy ini juga dapat dijadikan bukti tentang gambaran pelayaran di perairan bagian selatan Belitung. Meskipun posisi perairan bagian selatan Belitung terlindung dari hembusan angin langsung yang berasal dari arah laut Jawa atau daratan pulau Belitung namun perairan tersebut relatif dangkal dan banyak ditumbuhi terumbu karang sehingga membatasi gerak kapal-kapal dan perahu-perahu berukuran besar yang melintasinya.Kata kunci: Situs kapal tenggelam, Perdagangan maritim, Arkeologi bawah air
Preface Kalpataru Volume 27, nomor 2, tahun 2018 Puslit Arkenas Puslit Arkenas
KALPATARU Vol. 27 No. 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Potential of submerged landscape archaeology in Indonesia Shinatria Adhityatama; Ajeng Salma Yarista
KALPATARU Vol. 28 No. 1 (2019)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v28i1.505

Abstract

Abstract. Indonesia has a great potential to be a country-wide laboratory of underwater landscape study. This is due to the fact that its two main contingents, Sunda and Sahul, had been experiencing sea level rise event in the late of ice age , in which intersectedcrosses the timeline of prehistoric human migration. Even though Indonesian ocean preserves the richness of underwater resources, including archaeological data, the study itself has not been touched by many. This paper will focus in two objectives: 1) Reconstructing paleo-river model and; 2) Potential prehistoric remnants in Misool Islands caves. The method used includes a field survey , by diving and data brackets by using sub-bottom profiler. Besides, we also conducted literature reviews.The results of this study indicate that the Sunda and Sahul Exposures are likely to be inhabited by humans, but at this time the remains have sunk on the seabed. It is hoped that this study can be the basis and motivation for future archeological research such as prehistoric human settlements and migration in a submerged landscape environment.Keywords: Submerged landscape, Sunda shelf, Sahul shelf, Sea-level change, Underwater archaeologyAbstrak. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi sebuah laboratorium penelitian lanskap bawah air. Gagasan ini didasarkan pada fakta bahwa dua kontingen yang membentuk Indonesia, Paparan Sunda dan Sahul, mengalami perubahan air laut pada akhir zaman es yang bersinggungan dengan migrasi manusia prasejarah. Walaupun lautan Indonesia menyimpan kekayaan alam, termasuk data arkeologi, penelitian tentang lanskap bawah laut belum banyak disentuh. Studi ini bertujuan untuk membahas dua hal: 1) rekonstruksi model sungai purba dan ;2) potensi peninggalan jejak prasejarah di gua bawah air di Pulau Misool. Metode yang digunakan adalah melakukan survei lapangan, dengan melakukan penyelaman dan perkeman data menggunakan alat akustik sub-bottom profiler, selain itu kami juga melakukan kajian dan review pustaka.Hasil studi ini menunjukkan bahwa Paparan Sunda dan Sahul kemungkinan besar telah dihuni oleh manusia namun pada saat ini peninggalannya telah tenggelam di dasar laut, diharapkan kajian ini dapat menjadi dasar dan motivasi untuk riset arkeologi mendatang seperti hunian dan migrasi manusia prasejarah pada lingkungan lanskap yang tenggelam.Kata kunci: Lanskap bawah air, Paparan sunda, Paparan sahul, Perubahan tinggi air laut, Arkeologi bawah air
Cover Kalpataru Volume 27, Nomor 2, Tahun 2018 Puslit Arkenas Puslit Arkenas
KALPATARU Vol. 27 No. 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

UPAYA PELESTARIAN KAPAL KARAM M.V. BOELONGAN, TELUK MANDEH, SUMATRA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) Fairuz Azis; Wastu Hari Prasetya; Muslim Dimas Khoiru Dhony
KALPATARU Vol. 28 No. 1 (2019)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v28i1.530

Abstract

Abstract. M.V Boelongan shipwreck is an underwater archaeological site which is potential to be a dive spot destination in Mandeh Bay, Pesisir Selatan Regency. The shipwreck has huge historical value as it was used by Dutch during World War II. This study used Geographic Information System (GIS) to conduct the master plan, as an effort to protect the shipwreck from tourism impact. It would also be beneficial for listing tourism assets and modelling a management strategy. GIS itself is a system designed to capture, store, manipulate, analyze, manage, and present all types of geographical data. Assessment and variables scoring from the research location will be conducted to get suitable location for dive spot. To determine the location, the analysis was based on the result of the integration between the assessment and variables scoring which has been determined. The result shows that there are six locations suitable to be dive spot destination. The dive spots with zonation concept would support the preservation of marine environment as well as M.V Boelongan shipwreck as archaeological remains in Mandeh Bay area.Keywords: Management Model, Multidestination, Geographic Information System, Boeloengan Shipwreck, Mandeh Bay  Abstrak. Kapal karam M.V. Boeloengan adalah salah satu tinggalan arkeologi bawah air yang berpotensi dijadikan destinasi wisata selam di Teluk Mandeh, Pesisir Selatan Sumatra. M.V. Boeloengan mengandung nilai sejarah sebagai kapal Belanda dan menjadi bukti Perang Dunia II. Model pengelolaan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) dilakukan sebagai bentuk upaya pelestarian kapal karam dari dampak pariwisata. Dengan demikian, dilakukan pendataan aset wisata selam yang ada serta pemodelan pengelolaan dalam bentuk multidestinasi wisata selam. SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis, metode, dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan secara bentuk informasi yang bereferensi geografis. Pembobotan dan pemberian skor atas variabel dari setiap lokasi dilakukan guna menentukan lokasi wisata selam yang sesuai. Untuk menentukannya, dilakukan analisis menggunakan SIG berdasarkan hasil penggabungan antara pembobotan dan pemberian skor terhadap varibel yang ditentukan. Enam lokasi yang sesuai akan dijadikan destinasi wisata selam dengan konsep zonasi yang mendukung pelestarian lingkungan laut dan tinggalan sejarah yakni shipwreck M.V. Boelongan di kawasan Teluk Mandeh.Kata kunci: Model Pengelolaan, Multidestinasi, Sistem Informasi Geografi, Boeloengan, Teluk Mandeh
ARKEOLOGI BAWAH AIR: TEMUAN TEMBIKAR SITUS TERENDAM DI DANAU MATANO, SULAWESI SELATAN Rr. Triwurjani; Shinatria Adhityatama
KALPATARU Vol. 28 No. 1 (2019)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v28i1.533

Abstract

Abstract. Underwater archaeological research usually talks about archaeological remains under the sea like a sinking ship. The issue of sinking ships concerns the cargo, the type of ship, shipping lines, trade routes, and the origin and technology of shipbuilding. The problem is that archeological findings are not only in the sea, but also in lakes, swamps, or rivers. Therefore underwater archeology not only studies archeological findings in the sea but also on the lake. Archaeological findings originating from within the Matano lake include in the form of pottery both intact and fractions mixed with metal objects. Lake Matano located in Luwu Regency in South Sulawesi is an ancient lake and is the deepest lake in Southeast Asia. How and why these pottery findings arrived inside the lake, are the problems that will be answered in this study. The aim is to find out the function and role of pottery in the sites of Lake Matano and what factors influence it. With the method of inductive reasoning and underwater exploration and land and an analogy with the findings of similar pottery in the terrestrial area of the lake, we can find a connection between the findings of pottery and the same activities related to the manufacture of metal objects, and strong suspicion of tectonic activity that affects the site's existence.Keywords: Pottery, Underwater, Terrestrial, Metal, Lake MatanoAbstrak. Penelitian arkeologi bawah air biasanya berbicara tentang tinggalan arkeologi di bawah laut seperti kapal tenggelam. Isu kapal tenggelam ini menyangkut tentang muatan, jenis kapal, jalur pelayaran, jalur perdagangan, dan asal muasal dan teknologi pembuatan kapal. Permasalahannya, temuan arkeologi tidak saja berada di dalam laut, tetapi juga terdapat di perairan danau, rawa, ataupun sungai. Oleh karena itu, arkeologi bawah air tidak saja mempelajari temuan arkeologi di dalam laut, tetapi juga di danau. Temuan arkeologi yang berasal dari dalam Danau Matano antara lain berupa tembikar, baik utuh maupun pecahan yang bercampur dengan benda logam. Danau Matano yang terletak di Kabupaten Luwu di Sulawesi Selatan adalah danau purba dan merupakan danau terdalam di Asia Tenggara. Bagaimana dan mengapa temuan tembikar ini sampai berada di dalam danau adalah permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini. Tujuannya adalah untuk mengetahui fungsi dan peran keberadaan tembikar di situs-situs Danau Matano dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya. Dengan metode penalaran induktif dan ekplorasi bawah air dan daratan serta analogi dengan temuan tembikar serupa di area terrestrial danau dapat diketahui adanya hubungan antara temuan tembikar dengan aktivitas yang sama berkaitan dengan pembuatan benda logam, dan dugaan kuat adanya aktivitas tektonik yang mempengaruhi keberadaan situs.Kata kunci: Tembikar, Bawah air, Terrestrial, logam, Danau Matano
Cover Kalpataru Volume 27, nomor 1, tahun 2018 Puslit Arkenas Puslit Arkenas
KALPATARU Vol. 27 No. 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Preface Kalpataru Volume 27, nomor 1, tahun 2018 Puslit Arkenas Puslit Arkenas
KALPATARU Vol. 27 No. 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

WARISAN BUDAYA SEBAGAI BARANG PUBLIK: Cultural Heritage as Public Property Bambang Sulistyanto
KALPATARU Vol. 27 No. 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v27i1.543

Abstract

Abstract. The basic concept of this research departs from the view that cultural heritage is essentially a property of community, so that it requires public policy to manage it. Based on such perspective, the research was focused on the management of cultural heritage as public properties. The objective of this research is to reveal the management of public property from the aspects of public policy which was primarily derived from the study of scientific literatures and empirical evidences. This research used qualitative and explanative method using public relation model that emphasized on the effort to improve people’s perspective on the image of archaeology. Until today, the hypothesis that cultural heritages are public properties which could be enjoyed unconditionally by the public remains a theory. The research results proved that the hypothesis was correct. Keywords: Policy, public, management, cultural heritage. Abstrak. Konsep dasar penelitian ini berangkat dari pandangan bahwa warisan budaya pada hakikatnya adalah milik masyarakat sehingga dalam pengelolaannya diperlukan kebijakan publik. Berangkat dari konsep di atas, permasalahan penelitian ini adalah “bagaimanakah pengelolaan warisan budaya sebagai barang publik”? Tujuan penelitian ini terfokus pada pengelolaan barang publik ditinjau dari aspek kebijakan publik yang berasal dari berbagai literatur ilmiah dan didukung pengalaman pribadi penulis selama berinteraksi dengan masyarakat. Kajian ini bersumber dari sintesa berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam berbagai tema dan topik penelitian. Metode yang digunakan adalah eksplanatif kualitatif dengan pendekatan hubungan masyarakat (public relation model) yang menekankan pada upaya perbaikan image ‘citra’ arkeologi di mata masyarakat. Barang publik untuk rakyat yang semestinya dapat dinikmati secara gratis oleh masyarakat hanya berupa teori. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pengelolaan warisan budaya sebagai barang publik tidak bisa sepenuhnya dapat dinikmati oleh masyarakat secara gratis. Kata kunci: kebijakan, publik, pengelolaan, warisan,budaya.