cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
rindo.herdianto@pu.go.id
Editorial Address
Jalan Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 40393
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Permukiman
ISSN : 19074352     EISSN : 23392975     DOI : http://dx.doi.org/10.31815/jp
Core Subject : Engineering,
Karya tulis ilmiah dibidang permukiman yang meliputi kawasan perkotaan/perdesaan, bangunan dan gedung yang ada didalamnya serta sarana dan prasarana pendukungnya.
Arjuna Subject : -
Articles 275 Documents
Penanggulangan Getaran pada Pelat Lantai Beton Bertulang Cecep Bakheri Bachroni
Jurnal Permukiman Vol 10 No 1 (2015)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2015.10.1-10

Abstract

Getaran pada sistem pelat lantai gedung bertingkat dapat terjadi akibat eksitasi yang timbul dari kegiatan manusia yang bersifat ritmik seperti gerakan berlari, menari dan aerobik. Getaran yang berlebihan pada sistem pelat lantai gedung bertingkat, umumnya tidak terkait dengan keamanan gedung, tapi terkait dengan ketidaknyamanan penghuninya. Getaran yang berlebihan pada sistem pelat lantai dapat terjadi pada gedung bertingkat yang memiliki : (a) sistem pelat lantai yang ringan karena penggunaan bahan bangunan mutu tinggi atau bahan komposit pada elemen-elemen struktur gedung seperti balok yang memungkinkan elemen-elemen struktur tersebut dirancang lebih kecil atau lebih tipis, (b) sistem lantai berbentang panjang dengan kekakuan yang rendah dimana frekuensi alami lantai yang dominan cenderung rendah dan mendekati frekuensi eksitasi, dan (c) sistem lantai dengan nilai damping yang rendah sebagai akibat dari penggunaan partisi dan barang-barang furnitur yang lebih sedikit. Ketiga hal tersebut menyebabkan getaran pada sistem pelat lantai menjadi berlebihan dan menyebabkan rasa tidak nyaman dan gangguan bagi penghuni gedung. Getaran pada sistem pelat lantai yang menimbulkan ketidaknyamanan tersebut dapat terjadi pada sistem pelat lantai yang memiliki frekuensi getar (fn) kurang dari 8 Hz. Untuk mengurangi getaran tersebut frekuensi (fn) sistem pelat harus ditingkatkan hingga mendekati 8 Hz. Makalah ini membahas metode reduksi getar pada sistem pelat lantai beton bertulang melalui penambahan kekakuan pada balok induknya dengan menggunakan rangka baja hollow yang ditempelkan di kedua sisi badan balok induk tersebut. Sebagai studi kasus, metode ini diterapkan pada gedung yang berfungsi sebagai tempat ibadah, berlokasi di Indonesia bagian timur. Lantai-2 gedung ini mengalami getaran yang berlebihan ketika digunakan untuk kegiatan yang bersifat ritmik. Dalam studi ini, sistem lantai dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis modal pada program SAP.2000. 11.1. Hasil analisis memperlihatkan bahwa penanggulangan getaran menggunakan rangka batang baja hollow yang ditempelkan dikedua sisi badan balok induk cukup efektif dalam mengubah frekuensi getar sistem lantai dari semula 3,6 Hz menjadi 8,62 Hz.
Karakteristik Aplikasi Bering (Beton Ringan) Alwa pada Komponen Panel Risha (Rumah Instan Sederhana Sehat) Nurul Aini Sulistyowati; Johnny Rakhman
Jurnal Permukiman Vol 10 No 1 (2015)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2015.10.11-18

Abstract

Artificial Light Weight Aggregate (ALWA) adalah salah satu agregat buatan yang mempunyai bobot sangat ringan berkisar antara 400~1800 kg/m3. Rumah RISHA merupakan produk litbang yang komponen pracetaknya menggunakan beton normal dengan kuat tekan 25 MPa. Penelitian ini akan membuat panel RISHA menggunakan bering ALWA (beton ringan ALWA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan komponen struktur panel RISHA bering ALWA. Pembuatan bering ALWA menggunakan rancangan acak sederhana 3 perlakuan agregat. Perlakuan A : persentase agregat kasar ukuran 10 mm ~ 20 mm sebanyak 70 % dan ukuran 5 mm ~ 10 mm sebanyak 30 % serta persentase agregat halus ukuran 1 mm ~ 2 mm sebanyak 70 % dan ukuran 0 mm ~ 1 mm sebanyak 30 %, dengan kondisi agregat kering udara. Perlakuan B sama dengan perlakuan A, dengan kondisi agregatnya jenuh permukaan. Perlakuan C : persentase agregat kasar ukuran 10 mm ~ 20 mm sebanyak 50 % dan ukuran 5 mm ~ 10 mm sebanyak 50 % serta persentase agregat halus ukuran 1 mm ~ 2 mm sebanyak 50 % dan ukuran 0 mm ~ 1 mm sebanyak 50 %, dengan kondisi agregat jenuh permukaan. Rancangan campuran bering ALWA dengan kuat tekan rencana 25 MPa. Benda uji yang dibuat berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm untuk pengujian kuat tekan beton pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Pembuatan komponen panel RISHA menggunakan komposisi campuran dari hasil pengujian kuat tekan yang tertinggi dan mempunyai berat yang ringan. Pengujian yang dilakukan pada rangkaian komponen adalah pengujian kuat lentur dan pengujian kekuatan struktur terhadap beban gempa. Berdasarkan hasil uji kuat lentur, rangkaian komponen RISHA bering ALWA memenuhi persyaratan untuk bangunan rumah tinggal 2 lantai. Portal komponen RISHA bering ALWA termasuk ke dalam struktur gedung daktail parsial seperti yang ditentukan dalam SNI 03 – 1726 -2002, sehingga untuk analisis gempa statis diambil nilai R (faktor reduksi gempa) = 4,45.
Analisis Faktor Berpengaruh terhadap Kepuasan Penghuni Rumah Susun Sewa Studi Kasus Rumah Susun Sewa Kemayoran Harri A. Setiadi
Jurnal Permukiman Vol 10 No 1 (2015)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2015.10.19-36

Abstract

Survei di dua lokasi rusun sewa (Kemayoran dan Cengkareng) mengungkapkan adanya berbagai ketidakpuasan dan kepuasan sekaligus dalam beberapa aspek pengelolaan rusun. Diantaranya atribut fisik rusun yang sebagian besar tidak terawat dan rusak membuat penghuni merasa tidak puas. Sebaliknya, indikator tingkat hunian dan kepindahan sukerala mengungkapkan tingginya kepuasan tinggal di rusun. Kajian literatur mengungkapkan ketidakpuasan tinggal merupakan indikasi adanya berbagai persoalan yang membutuhkan penyelesaian, bila ketidakpuasan tetap dibiarkan apa adanya tanpa ada upaya untuk mengetahui akar persoalan dan merumuskan alternatif penyelesaiannya maka dikhawatirkan persoalan ketidakpuasan akan mempengaruhi implementasi kebijakan program rusun secara keseluruhan. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya dan dilakukan untuk menjelaskan lebih detil dua puluh lima variabel independen yang diduga berkorelasi dengan kepuasan atau ketidakpuasan lima atribut rusun Kemayoran, serta elaborasi beberapa variabel independen tersebut dengan kondisi faktual. Survei lanjutan dilakukan terhadap penghuni rusun dan analisis data hasil survei menggunakan Metoda Koefisien Korelasi Pearson untuk menentukan korelasi antar variabel independen dengan atribut rusun dan Regresi Berganda untuk menentukan Koefisien Determinasi. Hasil penelitian ini memperlihatkan secara indikatif terdapat empat variabel independen yang secara linear berkorelasi positif kuat dengan kepuasan terhadap atribut rumah susun, tujuh variabel independen berkorelasi positif moderat, dan sisanya berkorelasi lemah dan cenderung tidak berkorelasi.
Penerapan Sistem Evakuasi Tsunami di Kawasan Perkotaan Kabupaten Cilacap, Kasus : Kecamatan Cilacap Selatan Arip Pauzi Rachman; Mahatma Shindu Suryo
Jurnal Permukiman Vol 10 No 1 (2015)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2015.10.37-48

Abstract

Kabupaten Cilacap merupakan salah satu daerah di Pantai Selatan Jawa yang terkena bencana tsunami pada tahun 2006. Pasca terjadinya tsunami tersebut, pemerintah Kabupaten Cilacap aktif mengembangkan sistem evakuasi dari bahaya tsunami di Kabupaten tersebut. Kecamatan Cilacap Selatan merupakan salah satu kawasan yang dengan ancaman bencana tsunami paling tinggi di Kabupaten Cilacap. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan sistem evakuasi tsunami di Kecamatan Cilacap Selatan. Metoda penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data primer dikumpulkan melalui : observasi lapangan, penyebaran kuesioner dan wawancara terstruktur. Sementara itu, data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan akuisisi dokumen pemerintah. Sistem evakuasi yang dimaksud dalam penelitian ini dibagi ke dalam aspek : (a) jalur evakuasi, (b) lokasi evakuasi, (c) fasilitas pendukung evakuasi tsunami, dan (d) kesiapsiagaan masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini, hanya pada aspek pengembangan kesiapsiagaan masyarakat saja, penerapan sistem evakuasi tsunami ini berhasil dilaksanakan di Kecamatan Cilacap Selatan.
Pengaruh Perkembangan Permukiman Swadaya terhadap Upaya Pelestarian Cagar Budaya Tamansari Indro Sulistyanto; Eny Krisnawati; Danarti Karsono
Jurnal Permukiman Vol 10 No 1 (2015)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2015.10.49-60

Abstract

Situs Cagar Budaya Tamansari memiliki nilai sejarah yang tinggi, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan Kraton Yogyakarta, yang pada awalnya berperan sebagai tempat Raja dan Kerabat Kraton beristirahat dan mesanggrah (menenangkan pikiran). Permasalahan yang terjadi adalah sisa-sisa artefak yang ada bercampur-baur dengan perkembangan perumahan dan kegiatan usaha di sekitarnya, menurun eksistensinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran terhadap tingkat kerusakan yang terjadi pada artefak berupa elemen-elemen benda cagar budaya yang ada. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pisau analisis berupa kerangka gagasan pelestarian situs Cagar Budaya Tamansari yang kita pakai untuk menganalisis dan mensintesis tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh perkembangan permukiman swadaya yang tidak terkendali, dengan melakukan analisis terhadap variabel situs Cagar Budaya Tamansari terhadap variabel perkembangan permukiman swadaya di sekitarnya. Beberapa elemen-elemen peninggalan berupa artefak, masih dapat ditengarai dalam bentuk puing-puing yang tidak lagi utuh, keberadaannya masih sangat menunjang untuk memberikan gambaran situasi Kawasan Cagar Budaya Tamansari pada keadaan aslinya. Hasil akhir dari kegiatan penelitian menunjukkan adanya korelasi antara pergeseran perilaku masyarakat dalam pengembangan dan pembangunan permukiman swadaya terhadap upaya konservasi bangunan cagar budaya
Kebutuhan Tipe Hunian Berdasarkan Umur Dan Status Kepala Keluarga Yulinda Rosa
Jurnal Permukiman Vol 11 No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2016.11.88-99

Abstract

The availability of tendency information was selected by the type of dwelling households based on increasing age and sosial status, economic and cultural families, better known by dwelling type propensities very helpful to solve the problem of housing. Getting an idea of dwelling type propensities in Indonesia, conducted a case study in Depok, Cirebon and Pekanbaru with the technique of taking multistage sampling was taken in 1200 families, used a software program excel and Statistical Package Special Sciences (SPSS) to analyzes all faktors, regression analysis and descriptive analysis. The career of housing in all three samples of the city's most visible change in the age range ≤ 34 years, in line with the magnitude of changes in family income towards the more established and increase the number of families, accompanied by changes in the ownership of dwellings to change the size of the floor area toward larger, the highest achievement in the primary age range of 40 years of age 45 years. On average people in Depok work at the age of 22 years with an average senior high school, taking dwellings with contract status, average income of Rp. 1.3885 million, - (under MSE = Rp. 1,453,875, -). The average of  age almost 23 years began to be separated from their parents and live independently, the average income of Rp. 1.613 million, - inhabit the house with residential status contracting (0.25%) and 0.08% belongs to take the house status. The percentage of families take a house belonging to a sharp rise began when school-age children up to 55 years (69.23%) and tend to take a permanent dwelling place in  one location.
Pengkajian Penyediaan Sarana Prasarana Permukiman Berdasarkan Daya Dukung Pulau Giliyang Rian Wulan Desriani; Rani Widyahantari; Heni Suhaeni; Puthut Samyahardja; Wahyu Yodhakersa
Jurnal Permukiman Vol 10 No 2 (2015)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2015.10.68-77

Abstract

Tekanan terhadap kawasan pulau kecil semakin tinggi akibat pertambahan penduduk dan perkembangan ekonomi terutama ketika ditetapkan sebagai kawasan wisata. Salah satu pulau kecil yang direncanakan menjadi kawasan wisata adalah Pulau Giliyang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Pemerintah Kabupaten Sumenep berencana untuk mengembangkan Pulau Giliyang menjadi pulau wisata kesehatan karena terdapat beberapa titik O2 tinggi di pulau ini. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kriteria penyediaan sarana prasarana permukiman yang dapat mendorong kegiatan wisata namun tetap berkelanjutan. Alat ukur yang digunakan adalah daya dukung pulau kecil. Hasilnya menyatakan bahwa daya dukung fisik dan lingkungan serta sosial ekonomi memiliki beberapa keterbatasan yang harus diakomodasi pada penyediaan sarana prasarana permukiman. Tiga hal utama yang menjadi persyaratan dalam penyediaan sarana prasarana adalah lokasi berada di luar kawasan lindung, besaran harus di bawah daya dukung pulau serta dampak penyediaan harus terukur. Penyediaan sarana prasarana ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam perencanaan pengembangan kawasan Pulau Giliyang ataupun pulau kecil lainnya sebagai tujuan wisata alam.
Efektivitas Pengawetan Bambu untuk Bahan Material Rumah Apung Danau Tempe di Sulawesi Selatan Karina Mayasari; Muhammad Yunus; Muhammad Daud
Jurnal Permukiman Vol 10 No 2 (2015)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2015.10.118-129

Abstract

Material rumah apung dengan menggunakan rakit dan dinding serta lantai dari bambu, sering kali mengalami kerusakan yang umumnya disebabkan oleh mikroorganisme perusak, sehingga membuat masyarakat pemilik rumah apung merasa kesulitan karena material bambu tersebut mempengaruhi kinerja daya apung dari rakit bambu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas pengawetan bambu yang dilakukan di rumah apung Danau Tempe Sulawesi Selatan. Pengawetan bambu menggunakan metode Modified Bouchery dengan menggunakan beberapa perlakuan antara lain, sebagai kontrol, menggunakan boron, cuka kayu, dan juga dilapisi oleh epoksi. Hasil penelitian dengan data sampai dengan satu bulan menunjukkan bahwa pemberian boron dan cuka kayu, maupun pelapisan pada bagian ujung dengan epoksi tidak menyebabkan penurunan sifat fisis (kadar air, kerapatan, berat jenis, proporsi volume rongga) dan sifat mekanis (MOE dan MOR) bambu dan pemberian boron dan cuka kayu, maupun pelapisan pada bagian ujung dengan epoksi meningkatkan ketahanan bambu dari serangan organisme perusak terutama terhadap jamur pewarna dan jamur pelapuk, serangan rayap dan kumbang belum ditemukan pada semua jenis perlakuan bambu.
Metoda Penerapan Zero Run Off pada Bangunan Gedung dan Persilnya untuk Peningkatan Panen Air Hujan dan Penurunan Puncak Banjir Sarbidi Sarbidi
Jurnal Permukiman Vol 10 No 2 (2015)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2015.10.106-117

Abstract

Bangunan dan persilnya, terutama yang atapnya luas berpotensi menghasilkan air baku, air hujan yang besar dan memicu genangan air (banjir) pada waktu musim hujan. Oleh karena itu, tata air hujan zero run off (ZRO) perlu diterapkan pada bangunan dan persilnya serta diperlukan metoda penerapannya. Tahun 2011 – 2013 telah diteliti dan diterapkan drainase kawasan berwawasan lingkungan dengan sistem tampung, resapan, manfaat dan alirkan (TRMA) kelebihan air hujan ke luar kawasan. Kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan metoda ZRO pada bangunan dan persilnya. Metode kajian mencakup analisis data hidrologi dan hidrolika menggunakan data pustaka dan data hasil kajian yang telah ada, diskusi dengan pakar, pembahasan dan perumusan. Hasil kajian menunjukkan dengan luas atap bangunan 714 m2 diperoleh hasil : (1) metode zero run off merupakan integrasi antara intensitas hujan (I), sarana tampung (T), seperti subreservoir dan kolam retensi, resapan (R), seperti sumur resapan, manfaat (M), aliran (A) air kelebihan limpasan ke luar kawasan atau persil serta operasi dan perawatan. (2) ZRO adalah fungsi (I, T, R, M, A); (3) dipanen air hujan ± 2.382,8 m3/tahun, volume limpasan (input) dapat ditahan hingga 100% dan volume limpasan mengalir ke luar (output) sebesar nol persen atau maksimum 3%, sehingga efektif untuk peningkatan panen air hujan dan penurunan atau pengendalian puncak banjir atau air genangan.
Pemodelan Tingkat Risiko Bencana Tsunami pada Permukiman di Kota Bengkulu Menggunakan Sistem Informasi Geografis S. Hidayatullah Santius
Jurnal Permukiman Vol 10 No 2 (2015)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2015.10.92-105

Abstract

Perairan laut dan pesisir Kota Bengkulu merupakan zona subduksi lempeng Indo - Australia dengan lempeng Eurasia dengan laju pergeseran sebesar 9 cm/tahun. Kondisi ini menyebabkan Kota Bengkulu sangat rawan terhadap gempa bumi dengan magnitudo di atas 6 skala Richter (SR) yang merupakan salah satu pemicu terjadinya tsunami. Dalam kurun waktu dari tahun 2000 – 2010 tercatat ada 2 gempa besar terjadi di Bengkulu, yaitu tahun 2000 (7,9 SR) dan tahun 2008 (7,9 SR). Salah satu model yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat risiko bencana tsunami adalah Model Crunch. Model ini merupakan hasil perkalian antara bahaya (hazard) dengan kerentanan (vulnerability). Parameter hazard dan vulnerability tersebut selanjutnya dimodelkan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Daerah yang berisiko tinggi terhadap bahaya tsunami di Kota Bengkulu berdasarkan asumsi/simulasi tinggi gelombang tsunami 20 meter, yaitu seluas 29,99 km2 atau sekitar 20,19% dari total luas wilayah Kota Bengkulu. Daerah tersebut sebagian besar berada di pinggir pantai dengan ketinggian permukaan tanah kurang dari 10 meter dengan dominasi penggunaan lahan berupa permukiman. Kecamatan yang masuk dalam zona risiko tinggi bahaya tsunami antara lain : Kecamatan Teluk Segara (95,38% dari luas kecamatan), Kecamatan Ratu Samban (57,87% dari luas kecamatan), Kecamatan Ratu Agung (56,41% dari luas kecamatan), dan Kecamatan Kampung Melayu (42,95% dari luas kecamatan).

Page 1 of 28 | Total Record : 275