Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

PERGESERAN NILAI BUDAYA PADA BANGUNA RUMAH TRADISIONAL JAWA Danarti Karsono
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 1 No. 3 (2001): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah tradisional sebagai salah satu peninggalan Arsitektur Tradisional mempunyai arti sebagai arsitektur yang mencerminkan gagasan dan perilaku masyarakat pendukungnya berkenaan dengan pemafaatan bentuk dan ruang untuk memenuhi hajad hidup masyarakat pada masanya baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Masyarakat  jawa dalam membangun rumah selalu berpedoman pada kaidah-kaidah yang telah dianut secara turun temurun berdasarkan kebudayaan jawa. Kaidah-kaidah membangun dalam arsitektur jawa sebagai suatu unsure kebudayaan sangat ditentukan oleh manusia, tradisi dan filosofi dan unsur-unsur itu sangat menentukan fungsi dsari arsitektur, bangunan dan ruang. Pada penelitian ini dikaji fenomena karateristik pergeseran nilai budaya dengan mengkaitan perubahan aspek fisik dan non fisik. Untuk memperoleh faktor pengaruh yang bersifat deskriptif dari perubahan bentuk bangunan maka metoda pendekatan yang digunakan adalah metoda observasi jejak fisik. Diharapkan dengan metoda ini nantinya akan dapat dijelaskan adanya pengaruh yang melatar belakangi terjadinya perubahan tersebut. Dalam pembahasan penelitian ini diambil kriteria pergeseran nila-nilai budaya  yang berkaitan dengan bangunan rumah tradisional jawa, bangunan-bangunan yang digunakan perbandingan adalah bangunan rumah tradisional yang terletak diwilayah inti (kutanegara) dan nagaragung. Pengambilan smpel ini dengan pertimbangan bahwa bangunan-bangunan yang terdapat pada wilayah tersebut dalam pembangunannya menggunakan kaidah dan norma yang baku. Hasil pembahasan menghasilkan kesimpulan yang antara lain menggugah kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya jawa yang dicerminkan pada bagnuna rumah tradisional, hendaknya selalu dijaga kelestariaannya dan dipelihara selaras dengan perkembanhan jaman.
PERAN TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI PEMBENTUK ESTETIKA KOTA Danarti Karsono
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 9 No. 13 (2011): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Taman Balekambang adalah area  seluas 10 ha yang merupakan sebuah simbol kebesaran Swapraja Mangkunegaran, merupakan asset Kota Surakarta dan mempunyai nilai histories, serta nilai budaya yang tinggi mempunyai fasilitas rekreasi yang potensial untuk dikembangkan meliputi rekreasi air, rekreasi hiburan, dan rekreasi alam, selain sebagai daerah resapan air dan tata air kota. Taman Balekambang  juga difungsikan menjadi taman rekreasi untuk memperindah tata ruang kota. Mangkraknya kawasan Balekambang nampaknya memaksa sebuah revitalisasi, dan revitalisasi saat ini telah terealisas. Pemerintah Kota Surakarta  merevitalisasi taman Balekambang, mengembalikan kejayaan masa lampaunya dengan tidak menghilangkan konsep aslinya, yakni sebagai hutan buatan dan ruang publik yang juga berfungsi sebagai daerah resapan air dan paru-paru kota. Dalam revitalisasi penataan Taman Balekambang sebagai taman kota, kebutuhan sarana dan prasarana taman mendapat perhatian utama karena nilai-nilai estetika taman merupakan hal yang sangat penting untuk diolah secara keseluruhan dan berkinambungan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perancangan sebuah taman yang mengacu pada komponen perancangan lansekap, sehingga taman dapat ditata dengan baik secara fungsional dan estetis. Setelah melakukan kajian  dan pembahasan, dapat diketahui bahwa Taman Balekambang menerapkan unsur-unsur perancangan lansekap, prinsip perancangan lansekap dan aplikasi perancangan lansekap dengan baik. Pemerintah Kota Surakarta telah merevitalisasi, dengan tidak meninggalkan nuansa yang pernah ada yakni  kejayaan masa lalunya untuk  kembali diangkat sebagai penguat citra taman tersebut. Pemugaran dan penambahan fasilitas estetik taman yang berupa bangku tempat duduk, rancangan sirkulasi yang didesain dengan batuan, paving berornamen membuat nyaman penggunanya, penambahan sanitasi dan aspek kebersihan juga menjadi salah satu keunggulan dari taman ini. Lahan Parkir dan Fasilitas hot spot menjadikan Taman Balekambang tidak hanya sebagai tempat rekreasi keluarga tetapi juga sebagai taman edukasi dengan  pengadaan rusa- rusa yang bebas berkeliaran dan tanaman langka menjadikan Balekambang benar-benar seperti yang diinginkan masyarakat yakni memunculkan kembali kejayaan masa lalu  dan saatnya sekarang  untuk dipelihara karena taman ini  sarat manfaat dan sejarah
PERUBAHAN PENATAAN RUANG PERMUKIMAN PADA KERATON KASUNANAN SURAKARTA DANARTI KARSONO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 6 No. 10 (2009): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keraton Kasunanan Surakarta sebagai pusat pemerintahan kerajaan merupakan sumber atau pusat kebudayaan pada saat itu, hal ini dapat dilihat pada bangunan-bangunan telah berdiri mempunyai orientasi dan mengambil panutan pada pola bangunan keraton. Peanataan ruang pada Komplek perumahan Baluwarti adalah merupakan kawasan perumahan yang ada di dalam tembok keraton, didalam komplek ini status kepemilikan tanah adalah milik keraton. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara deskriptif didalam mengusahakan perkembangan pola permukiman yang terjadi dengan tetap menjaga kelestarian nilai-nilai budaya tradisional dari temuan factor pengaruh perubahan tersebut dengan menihat fenomena perubahan social budaya serta implikasi perubahan fisik yang terjadi. Berdasarkan pengamatan menunjukan bahwa masyarakat Keraton baik dalam arti fisik, cultural, filosofis maupun mitologis sangat mewarnai totalitas pola kehidupan masyarakat di kawasan ini, sehingga apabila terjadi suatu perubahan pada salah satu factor akan berpengaruh pada factor-faktor lain yang berhubungan. Proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat pada permukiman ini diperkuat dengan intervensi pemerintah sebagai upaya pengembangan lingkungan. Stimulan dari pemerintah sebagai upaya dari ekonomi (bagian dari budaya) membawa perubahan-perubahan di dalam pola penggunaan lahan. Perubahan budaya sifatnya sangat komplek, karena tidak terlepas dari perubahan-perubahan bidang ekonomi, social, politis dan sebagainya, yang didalamnya terdapat pengaruh timbale balik antara budaya dan aspek-aspek tersebut. Dari hasil pembahasan kajian perubahan penataan ruang permukiman pada Keraton Kasunanan Surakarta ini dapat diambil kesimpulan bahwa system kekerabatan yang sangat kuat  nampak pada pola  permukiman yang merupakan salah satu unsure budaya cerminan hidup yang akrab dan mempunyai hirarki yang ketat sebagai warisan budaya dan terbukti bertahan menghadapi perkembangan jaman
GUIDELINES PROCEDURE PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DANARTI KARSONO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 5 No. 9 (2008): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Guidelines Procedure Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang ini disusun untuk memberi peran masyarakat secara optimal sebagaimana diatur dalam peraturan penyusunan tata ruang agar dapat mengantisipasi perkembangan beberapa kawasan potensial di perkotaan yang berkembang dengan cepat yang apabila tidak segera ditindaklanjuti dikhawatirkan akan memberi imbas pada tidak optimalnya potensi masing-masing kawasan. Tumbuh dan berkembangnya berbagai bagian wilayah di perkotaan yang demikian cepat, pada satu sisi menunjukkan dinamika aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berkembang dalam tingkat persaingan yang cepat, sehingga menuntut ketersediaan sarana dan prasarana yang mampu mengantisipasi kebutuhan masyarakat. Pada sisi lain kecenderungan yang terjadi tersebut dihadapkan pada kendala arahan penataan ruang sebagai produk dari rencana yang diberlakukan sebelumnya yang diharapkan mampu secara komprehensif mengantisipasi dinamika yang berkembang dalam masyarakat. Memperhatikan kondisi tersebut keberadaan Guildeline Procedure Peran serta Masyarakat dalam penataan ruang menjadi suatu keperluan yang sangat mendesak untuk diwujudkan, sehingga permasalahan dan kebijakan pemanfaatan ruang pada masing-masing bagian wilayah di perkotaan dapat berfungsi secara optimal, tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
PERAN CITY WALK SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DALAM MENDUKUNG KEINDAHAN DAN KENYAMANAN KOTA Studi Kasus City Walk Koridor Jalan Slamet Ruyadi Surakarta Danarti Karsono
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 7 No. 11 (2010): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan kota yang bergulir cepat terkadang mengabaikan kebutuhan ruang terbuka yang sangat didambakan bagi kehidupan perkotaan, dimana factor keamanan dan kenyamanan perlu diutaman untuk pemenuhan ruang terbuka tersebut, sebagai fasiltas interaksi social ruang public diharapkan dapat mempertautkan seluruh kepentingan pengguna tanpa membedakan latar belakang ekonomi, social, budaya dalam dinamika kehidupan kota. City Walk sebagai ruang terbuka menjadi tempat alternatif yang nyaman dalam memenuhi kebutuhan masyarakat untuk bersantai, melakukan pergerakan dengan berjalan kaki, berinteraksi dan sekedar duduk-duduk. Keberadaan city walk dapat mengubah kawasan /pedestrian yang kurang berfungsi optimal menjadi kawasan yang aktif dan menghadirkan ruang terbuka dengan fungsi baru. Koridor jalan Slamet Riyadi yang dipilih sebagai kawsan city walk mempunyai banyak titik-titik menarik yang sangat mendukung keberadaannya Jalur wisata mulai dari Stasiun Purwosari berujung di kawasan Gladag, dipenuhi bangunan-bangunan heritage yang beberapa masih berdiri. Dijalur ini dapat dijumpai pusat perbelanjaan modern, kawasan konservasi Sriwedari, Museum Radya Pustaka, Museum Batik Wuryaningratan, Kawasan Ngarsopuran Mangkunegaran, Kampung Kauman dan Gladag. Saat ini sisi selatan Jalan Slamet Riyadi telah mengalami perubahan berupa penataan kawasan pedestrian dengan jalur hijau dan jalur pejalan kaki. Lebarnya pedestrian, taman yang tertata rapi dan fasilitas penunjang lainnya yang memadai, membuat kawasan ini menjadi lokasi yang ideal untuk bisa menjadi kekhasan Kota Solo ke depan dan juga sebagai kota tujuan wisata. Pedagang kaki lima yang keberadaannya berusaha dihilangkan atau diposisikan sebagai pihak yang terpinggirkan di kebanyakan kota-kota besar di Indonesia, diberi tempat-tempat khusus dan diberikan sarana berjualan yang seragam dan rapi, street furniture ditata terencana sehingga kenyamanan dan keindahan tampak mendominasi kawasan ini.
PELESTARIAN RUANG PUBLIK LINGKUNGAN LAWEYAN SURAKARTA Danarti Karsono
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 8 No. 12 (2010): jurnal teknik sipil dan arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lingkungan Laweyan Surakarta dengan kehidupan masyarakatnya menjadi bagian yang melengkapi perkembangan kota, suatu lingkungan dengan pola kehidupan yang khas diharapkan mampu mempertahankan jati dirinya di tengah perkotaan yang selalu mengalami perubahan-perubahan karena tuntutan kebutuhan masyarakat. Perubahan Ruang Publik Lingkungan Laweyan Surakarta bertujuan untuk memperoleh gambaran dan makna yang signifikan tentang bentuk ruang publik, agar dalam kegiatan pelestariannya tidak menjadikan asing bagi penghuninya. Dari latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian, yakni mengungkapkan tentang makna pengaruh-pengaruh sosial budaya masyarakat terhadap morfologi lingkungan untuk melestarikan suatau lingkungan dengan segala perubahan kehidupan masyarakatnya, maka digunakan metoda deskriptif kualitatip. Konservasi adalah salah satu bentuk pelestarian yang mempunyai pengertian melestarikan apa yang ada sekarang dan mengarahkan perkembangannya ke masa depan. Pelestarian tersebut digunakan untuk menjaga agar tempat-tempat yang menarik dan dapat dipakai tidak dihancurkan atau diubah dengan cara yang kurang sesuai. Dari pembahasan terungkap bahwa faktor-faktor sosial budaya di Laweyan Surakarta yaitu tingginya tingkat privacy yakni kehidupan individu yang tidak ingin diganggu oleh orang yang tidak dikenal menyebabkan morfologi lingkungan menjadi rutin, sehingga timbul konservasi/pelestarian dari masyarakatnya sendiri. Hasil dari interaksi faktor-faktor sosial masyarakat Laweyan tersebut menyebabkan dinding dipersepsikan sebagai pelindung privacy, dan sebagai ciri khas lingkungannya. Rutinnya fungsi ruang publik pada lingkungan permukiman yang ada di Laweyan karena interaksi sosial budaya masyarakat banyak dilakukan di dalam tembok bangunan, sehingga ruang publik menjadi tempat untuk penuntun manusia dari satu tempat ke tempat lain. Dalam mengantisipasi perkembangan kota maka penambahan bangunan pada kawasan guna mendukung kehidupan lingkungannya diharapkan tidak menggusur tempat tinggal dan ruang publik yang ada, dengan harapan dapat mempertahankan identitas Laweyan sebagai lingkungan yang dikonservasi.
TRANFORMASI PERMUKIMAN PEDESAAN KE PERKOTAAN DI DAERAH PINGGIRAN KOTA SURAKARTA (STUDI KASUS KELURAHAN MOJOSONGO) DANARTI Karsono
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 2 No. 2 (2001): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Urbanization in Indonesia and generally still be called weak. The Indonesia population is, for a great part, still in the rural areas, nevertheless at this moment the city population has a very fas growth of (± 4%) much faster than the growth of the rural population (±1%). The settlement’s necessity especially for the middle class in cities can only be fulfilled in suburban areas, because  the prices of land on these areas is still relatively low to get a house along with its premeans. This research takes the case in Mojosongo village, in which city development is already visible in its suburban area, which changes the rural area with its ricefields into an urban area, which is full of buildings. The problem which needs to be studied for this case, is among other things, to solve the trend of the development of suburban areas. When a change or shift of land use takes place, the research method applied is the analyzis descriptive method, that of joint qualitative an quantitative nature, supplyed by a map analyzis, both about the physical things and its settlement. In its discussion, first of all, urbanization is observed, which is one of the factors, causing the development  of the Surakarta city. Further on, the dynamics of macro space change is also analyzed, both on its settlement aspect and on its physical one. Conclusions and suggestions of this research are among other things, the presentation of the process result of rural space transformation in a suburb, which will enrich the perception of all sides to the result of sub-urbanization in a suburb as a consequance of a city development.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PERUMNAS MOJOSONGO SURAKARTA Danarti Karsono
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 3 No. 7 (2006): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan perumahan sederhana yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta adalah dengan melaksanakan pembangunan perumahan oleh Perumnas Mojosongo. Dengan dibangunnya perumahan sederhana bagi golongan masyarakat berpenghasilan menengah kebawah diharapkan masyarakat yang semula tinggal di perkampungan kumuh atau dari daerah permukiman lainnya, kemudian pindah ke permukiman baru yaitu Perumnas Mojosongo, maka akan mengalami suatu perubahan ekologi spasial. Berubahnya ekologi spasial dari suatu permukiman konvensional kesuatu permukiman baru ini diasumsikan akan mempengaruhi sikap masyarakat penghuninya. Penelitiam ini mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di Perumnas Mojosongo Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan social yang meliputi tingkat pendidikan, mata pencaharian dan kepemilikan rumah terhadap sikap masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di Perumnas Mojosongo Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian diskriptif kuantitatif yaitu penelitian terhadap suatu gejala yang terjadi dalam masyarakat yang actual pada saat sekarang, dengan mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan, menganalisa danpenginterpretasikan dalam bentuk suatu laporan. Hasil pembahasan adalah merupakan kesimpulanyang merumuskan bahwa sikap masyarakat dalam pengelolaan lingkungan merupakan kemampuan masing-masing pribadi anggota masyarakat, dalam hal ini sikap masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dipengaruhi olehfaktor kondisi lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi.  
Transformasi Permukiman Pedesaan ke Perkotaaan di Daerah pinggiran Kota Surakarta(Studi Kasus Kelurahan Mojosongo) Danarti Karsono
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 1 No. 2 (2001): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Transformasi Permukiman Pedesaan ke Perkotaaan di Daerah pinggiran Kota Surakarta(Studi Kasus Kelurahan Mojosongo)Urbanization in Indonesia and generally still be called weak. The Indonesia population is, for a great part, still in the rural areas, nevertheless at this moment the city population has a very fas growth of (± 4%) much faster than the growth of the rural population (±1%). The settlement’s necessity especially for the middle class in cities can only be fulfilled in suburban areas, because  the prices of land on these areas is still relatively low to get a house along with its premeans. This research takes the case in Mojosongo village, in which city development is already visible in its suburban area, which changes the rural area with its ricefields into an urban area, which is full of buildings. The problem which needs to be studied for this case, is among other things, to solve the trend of the development of suburban areas. When a change or shift of land use takes place, the research method applied is the analyzis descriptive method, that of joint qualitative an quantitative nature, supplyed by a map analyzis, both about the physical things and its settlement. In its discussion, first of all, urbanization is observed, which is one of the factors, causing the development  of the Surakarta city. Further on, the dynamics of macro space change is also analyzed, both on its settlement aspect and on its physical one. Conclusions and suggestions of this research are among other things, the presentation of the process result of rural space transformation in a suburb, which will enrich the perception of all sides to the result of sub-urbanization in a suburb as a consequance of a city development.
MUSEUM ALAT MUSIK TRADISIONAL DAN GEDUNG OPERA DI SURAKARTA BERPENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA Dennis Kresnatama Basta; Danarti Karsono; Ismadi
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 25 No. 1 (2020): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36728/jtsa.v25i1.1062

Abstract

Perkembangan pariwisata kota Surakarta semakin meningkat tiap tahunnya. Selain itu sektor industri, perdagangan dan jasa pembangunannya juga semakin maju, hal ini juga didukung oleh faktor letak geografis. Peluang dan potensi yang dimiliki Kota Surakarta sangat besar dalam peningkatan dan pendapatan di sektor parawisata. Konsep perencanaan Museum Alat Musik Tradisional dan Gedung Opera di Kota Surakata, mengacu pada pariwisata edukasi tentang budaya indonesia sebagai penunjung program pemerintah serta mendukung pariwisata-pariwisata yang ada di Jawa Tengah. Dengan merencanakan Museum Alat Musik Tradisional dan Gedung Opera di Surakarta ini merupakan upaya kongkrit, wujud konsekuensi sebagai kota budaya. Serta dapat mendukung aspek pengetahuan alat musik tradisional, ekonomi dan pariwisata. Diharapkan dengan terwujudnya Museum Alat Musik Tradisional dan Gedung Opera di kota Surakarta dapat menjadikan wadah untuk koleksi alat musik tradisional, pementasan alat musik tradisional dan menambah wawasan tentang alat musik tradisional Indonesia bagi masyarakat. Museum Alat Musik Tradisional dan Gedung Opera di Surakarta diharapkan mampu menjadi tujuan wisata seni budaya bangsa, memiliki fungsi pelestarian sekaligus pendidikan bagi generasi muda terhadap alat musik tradisional dan sebagai daya Tarik masyarakat agar selalu mencintai alat musik tradisional.