cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
,
INDONESIA
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN
Published by Forum Ilmiah Kesehatan
ISSN : -     EISSN : 25485970     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 500 Documents
TINGKAT KEPUASAN PASIEN BPJS TERHADAP PELAYANAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN DI RSUD Dr. HARJONO PONOROGO Venty Rahayuningsih; Rumpiati Rumpiati; Anjarie Dharmastuti
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 7, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelayanan pendaftaran sangat mempengaruhi penilaian pasien terhadap kualitas pelayanan di rumah sakit, karena tempat pendaftaran pasien merupakan gerbang utama dalam suatu pelayanan kesehatan. Menjaga mutu dapat menyangkut beberapa dimensi yang salah satunya kenyamanan dan kenikmatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien BPJS di unit pendaftaran rawat jalan berdasarkan dimensi kepuasan antara lain : Tangibles, Responsivness, Reability, Assurance, Emphaty. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang berada di tempat pendaftaran rawat jalan pasien BPJS. Sampel pada penelitian ini 50 sampel yaitu pasien yang berkunjung pada tempat pendaftaran rawat jalan pasien BPJS, data diambil secara Sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil penelitian yaitu tingkat kepuasan pasien BPJS berdasarkan aspek Tangibles sebesar 70,54% dengan kriteria puas, aspek Responsivness sebesar 67,29% dengan kriteria puas, aspek Reability sebesar 74,01% dengan kriteria puas, aspek Assurance sebesar 79.80% dengan kriteria puas dan aspek Emphaty sebesar 78,87% dengan kriteria puas. Kata Kunci : Kepuasan, tingkat kepuasan pasien
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION MENGENAI SKRINING PRAKONSEPSI TERHADAP SIKAP DAN MOTIVASI WANITA USIA SUBUR Lusiana El sinta Bustami; Yulizawati Yulizawati; Aldina Ayunda Insani; Ayu Nurdiyan
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 7, No 2 (2017): Mei 2017
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.654 KB)

Abstract

Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan selama masa reproduksi yang berguna untuk mengurangi risiko dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat dan meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode peer education mengenai skrining prakonsepsi terhadap sikap dan motivasi wanita usia subur. Penelitian ini merupakan studi quasi eksperimental dengan rancangan pretest-posttest design. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner. Dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode peer group pada kelompok intervensi, dan pada kelompok kontrol tidak dilakukan. Data dianalisa menggunakan uji t-test, dan nilai p
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI MENGHADAPI MENARCHE Rani Ratna Ayu; Ani Rosita; Yocykha Ari Rimbaga
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 7, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ayu, Rani Ratna, 2017, “Hubungan Pengetahuan Tentang Menstruasi Terhadap Sikap Remaja Putri Menghadapi Menarche di SMPN 2 Balong Kab. Ponorogo“. Skripsi. Pembimbing I: Ani Rosita, S.Kep., Ns., M.Kes., Pembimbing II: Yocykha Ari Rimbaga, S.Pd., S.E., M.Pd. Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buana Husada Ponorogo. Menarcheadalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun. Pemahaman dan persiapan remaja putri terhadap menarche sangatlah penting karena jika tidak dipersiapkan akan menimbulkan anggapan yang salah tentang menstruasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang menstruasi terhadap sikap remaja putri menghadapi menarche di SMPN 2 Balong Kab. Ponorogo. Desain penelitian korelasional. Populasi penelitian semua siswa perempuan kelas 7 di SMPN 2 Balong Kab. Ponorogo. Sedangkan sampel penelitian adalah siswa perempuan yang belum mengalami menarche. Teknik pengambilansampel adalah purposive sampling, Jumlah sampel sebanyak 22 responden. Variabel independent adalah pengetahuan tentang menstruasi,sedangkan variabel dependent sikap remaja putri menghadapi menarche. Uji statistik Spearman Rank (Rho). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang menstruasi yang cukup sebanyak 12 responden (54,5%), dan hampir seluruh dari responden mempunyai sikapcukup sebanyak 17 responden (77,3%). Berdasarkan hasil uji statistik Spearman Rank (Rho) didapat hasil signifikansi 0,066 < 0,05 dengan tingkat korelasi 0,398, maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti ada hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi terhadap sikap remaja putri menghadapi menarche di SMPN 2 Balong Kab. Ponorogo. Diperlukan pendidikan kesehatan untuk menyiapkan pengetahuan tentang menstruasi untuk sikap remaja putri menghadapi menarche. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Menarche.
KOMPLIKASI KEHAMILAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO GANGGUAN SPEKTRUM AUTISTIK PADA ANAK rosni lubis
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 7, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.224 KB)

Abstract

KOMPLIKASI KEHAMILAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO GANGGUAN SPEKTRUM AUTISTIK PADA ANAK Rosni Lubis, SST, MKeb Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Email: rosnilubis@gmail.com ABSTRAK Gangguan spektrum autistik (GSA) merupakan penyebab penting gangguan tumbuh kembang anak yang insidensi maupun prevalensinya dewasa ini cenderung meningkat. Sampai saat ini penyebab GSA belum diketahui dengan pasti, namun komplikasi kehamilan tampaknya berperan penting dalam patogenesis terjadinya GSA seperti perdarahan antepartum, preeklamsi, dan hiperemesis gravidarum. Penelitian ini bertujuan untuk menilai faktor risiko perdarahan antepartum, preeklamsi dan hiperemesis gravidarum dan menentukan faktor yang paling berisiko terhadap terjadinya GSA. Penelitian kasus kontrol menggunakan teknik consecutive sampling dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2011 pada ibu yang memiliki anak berusia 3–11 tahun yang datang ke RSAB Harapan Kita Jakarta. Kelompok kasus terdiri atas 40 ibu dengan anak GSA dan kelompok kontrol 40 ibu dengan anak non-GSA. Data komplikasi kehamilan diperoleh dari rekam medik dan anamnesis terhadap ibu kandung. Analisis data menggunakan uji chi-kuadrat atau eksak Fisher untuk menilai komplikasi kehamilan sebagai faktor risiko GSA dan regresi logistik ganda untuk mengetahui komplikasi kehamilan yang paling berisiko terhadap kejadian GSA. Hasil penelitian secara bivariabel menunjukkan bahwa perdarahan antepartum meningkatkan risiko kejadian GSA (OR=9,15; p=0,002; IK 95%: 1,91–43,9), preeklamsi dan hiperemesis gravidarum bukan faktor risiko terjadinya GSA dengan masing-masing variabel didapatkan (OR=4,75; p=0,054; IK 95%: 0,94–23,99) dan (OR=1,54; p=0,500, IK 95%: 0,26–2,36). Analisis multivariabel menunjukkan perdarahan antepartum merupakan komplikasi kehamilan yang paling berisiko terhadap kejadian GSA (OR=8,284; p=0,010; IK 95%: 1,653–41,510). Simpulan, perdarahan antepartum merupakan faktor komplikasi kehamilan yang paling berisiko terhadap terjadinya GSA. Kata kunci: faktor risiko, gangguan spektrum autistik, hiperemesis gravidarum perdarahan antepartum, preeklamsi. PENDAHULUAN Autism spectrum disorders (ASD) atau gangguan spektrum autistik (GSA) merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang berat, ditandai dengan gangguan perkembangan dalam interaksi sosial, komunikasi yang timbal balik, serta minat dan perilaku yang terbatas dan berulang. Gangguan perkembangan ini sudah tampak sejak anak berusia di bawah 3 tahun. Sekarang ini, banyak peneliti menggolongkan GSA ke dalam pervasive developmental disorders (PDD).1,2 Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth edition, Text Revision (DSM-IV-TR) yang termasuk ke dalam PDD yaitu gangguan autistik, sindrom Rett, gangguan disintegratif masa kanak, sindrom Asperger, dan pervasive developmental disorder not otherwise specified (PDD-NOS).3 Dari perjalanan gangguan perkembangan autistik, sindrom Asperger, dan PDD-NOS memiliki kesamaan, yaitu manifestasi gejala sudah terlihat sebelum anak berusia 3 tahun, namun manifestasi gejalanya sangat bervariasi dan heterogen. Hal ini yang menyebabkan para peneliti mengelompokkan ketiga gangguan tersebut dengan istilah GSA.4 Pada anak GSA disebut sebagai gangguan spektrum yang artinya bahwa gejala dan karakteristik yang ditampilkan dalam kombinasi dan tingkat keparahan yang berbeda-beda antara satu anak dan yang lain. Gejalanya sangat variatif, antara lain sering berperilaku hiperaktif, pasif, agresif, bahkan menyakiti diri sendiri, sehingga membahayakan jiwa penyandang.5,6 Meskipun gangguan ini tidak menimbulkan kematian, tetapi dapat memberikan dampak negatif bagi penyandang, keluarga, lingkungan sosial, dan negara. Hal ini terjadi karena anak GSA mengalami gangguan dalam aspek interaksi sosial, komunikasi, bahasa, perilaku, emosi, dan persepsi sensori serta motoriknya. Keadaan tersebut akan menimbulkan masalah yang sangat besar bagi sumber daya manusia di masa mendatang.6,7,8 Laporan yang dikeluarkan oleh Autism Research Institute di Amerika Serikat menunjukan peningkatan jumlah penyandang GSA. Pada tahun 1987 diperkirakan terdapat 1 penyandang GSA di antara 5.000 anak, sedangkan pada tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah GSA yang sangat besar, yaitu 1 di antara 160 anak. Peneliti lain di Amerika Serikat mendapatkan angka 1 anak GSA di antara 150 anak, sedangkan di Inggris laporan tahun 2002 menunjukan bahwa dari 10 anak 1 di antaranya dicurigai GSA.6,9 Di Indonesia, anak GSA juga mendapat perhatian luas dari masyarakat maupun profesional, karena jumlah anak GSA menunjukan peningkatan yang makin mencolok.6 Sampai saat ini jumlah anak GSA belum diketahui dengan pasti, karena belum ada survei yang meneliti jumlah penyandang GSA. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7–10% dari total jumlah anak. Menurut data survei sosial ekonomi nasional (Susenas) tahun 2003, di Indonesia terdapat 679.048 anak usia sekolah berkebutuhan khusus atau 21,42% dari seluruh jumlah anak berkebutuhan khusus.10 Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2009 jumlah sekolah negeri untuk penyandang GSA sebanyak 20 sekolah dengan jumlah siswa sebanyak 639 anak. Di Jakarta, sekolah swasta yang khusus menangani GSA hingga kini sebanyak 111 (6,3%) sekolah di antara 1.752 sekolah untuk penyandang GSA di Indonesia.10 Gangguan neurotransmiter berperan dalam patofisiologi GSA. Gangguan yang terjadi terutama pada sistem dopaminergik, serotoninergik, dan gamma amino butyric acid (GABA). Gangguan sistem neurotransmiter berhubungan dengan munculnya gejala gangguan perilaku. Berbagai penelitian terdahulu memperlihatkan disfungsi sistem neurokimiawi pada penyandang GSA yang meliputi sistem serotonin, norepinefrin, dan dopamin. Gangguan sistem neurokimiawi tersebut berhubungan dengan perilaku agresif, obsesif kompulsif, dan stimulasi diri sendiri (self stimulating) yang berlebih.4 Sampai saat ini penyebab GSA secara pasti belum diketahui, diperkirakan bersifat multifaktorial. Secara garis besar, berbagai faktor yang diduga memiliki peranan pada GSA dapat dibagi ke dalam faktor genetik dan lingkungan.11,12 Faktor genetik ditunjukkan dengan terdapat penyandang GSA yang berasal dari anak kembar monozigotik atau dizigotik.13 Faktor lingkungan yang mempengaruhi GSA terbagi dalam masa kehamilan, persalinan, dan bayi baru lahir.14,15 Meskipun penyebab GSA belum diketahui secara pasti, tetapi dengan mengetahui dan mengendalikan faktor-faktor yang diduga berperan terjadinya GSA, maka dapat dilakukan tindakan pencegahan atau intervensi dini pada anak penyandang GSA. Peranan seorang bidan dalam hubungannya dengan kejadian GSA, terutama memperhatikan faktor lingkungan kehamilan. Hingga saat ini faktor kehamilan yang telah diteliti berkaitan dengan GSA yaitu infeksi toksoplasma, rubela, gangguan autoimun, gangguan perkembangan otak janin, komplikasi kehamilan, obat-obatan selama kehamilan seperti asam talidomid dan valproat, usia ibu, usia kehamilan, paritas, serta kebiasaan merokok selama kehamilan.16 Komplikasi kehamilan yang paling sering dikaitkan dengan kejadian GSA yaitu perdarahan antepartum, preeklamsi, dan hiperemesis gravidarum. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan gangguan dalam proses perkembangan otak, sehingga para ahli mengemukakan hipotesis bahwa awal terjadinya GSA yaitu sebelum lahir.17-21 Penelitian faktor risiko terjadinya GSA telah dilaporkan Muhartomo 22 dalam penelitian di Semarang dengan desain kasus kontrol yang menunjukan bahwa ibu yang mengalami perdarahan antepartum memiliki risiko untuk melahirkan anak GSA sebesar 4,3 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum dianggap sebagai keadaan yang berpotensi mengganggu fungsi otak janin. Perdarahan selama kehamilan paling sering disebabkan karena komplikasi plasenta, di antaranya plasenta previa dan abrupsio plasenta. Kondisi tersebut mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan pada otak janin.22,23 Berdasarkan hasil metaanalisis dari 40 studi yang pernah dilakukan sebelumnya, Gardner dkk.24 mendapatkan perdarahan antepartum, hiperemesis gravidarum, dan preeklamsi sebagai faktor risiko terjadinya GSA. Di antara ketiga komplikasi tersebut, perdarahan antepartum memiliki risiko paling besar untuk mengakibatkan GSA pada anak. Dalam perjalanan kehamilannya, tidak tertutup kemungkinan seorang ibu mengalami lebih dari satu komplikasi kehamilan, misalnya hiperemesis gravidarum dan preeklamsi, hiperemesis gravidarum dan perdarahan antepartum, atau preeklamsi dan perdarahan antepartum.19,25 Berbagai penelitian sebelumnya yang menghubungkan komplikasi kehamilan seperti perdarahan antepartum, preeklamsi, dan hiperemesis gravidarum dengan kejadian GSA dilakukan dengan melihat berbagai faktor risiko kehamilan, persalinan dan pada bayi baru lahir.23 Pada penelitian ini hanya melihat komplikasi kehamilan sebagai faktor risiko anak dengan GSA dengan menelusuri dari riwayat komplikasi kehamilan tanpa memperhatikan faktor lain. Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita di Jakarta Barat termasuk salah satu rumah sakit rujukan yang memiliki jumlah kasus GSA dan ibu bersalin dengan komplikasi kehamilan yang cukup tinggi. Komplikasi kehamilan yang paling sering yaitu preeklamsi, perdarahan antepartum, dan hiperemesis gravidarum. Berdasarkan penelusuran data, pada tahun 2007–2010 ditemukan angka kejadian preeklamsi sebanyak 497 kasus, diikuti dengan perdarahan antepartum sebanyak 336 kasus, dan hiperemesis gravidarum sebanyak 286 kasus. Angka kejadian kasus baru GSA yang datang ke RSAB Harapan Kita mengalami peningkatan dari tahun 2007–2010. Tahun 2007 terdapat 139 kasus, sedangkan pada tahun 2008, 2009, dan 2010, angka kejadian kasus baru GSA di RSAB Harapan Kita berturut-turut sebesar 163, 206, dan 278 kasus. Dari latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan tema sentral penelitian sebagai berikut: GSA pada anak dapat memberikan dampak negatif berupa gangguan aspek interaksi sosial, ganguan emosi, dan persepsi sensori serta motorik. Penyebab pasti gangguan ini belum diketahui secara jelas, tetapi diduga terdapat peranan genetik dan lingkungan dalam kejadiannya. Faktor prenatal yang paling sering dihubungkan dengan kejadian GSA yaitu komplikasi kehamilan berupa perdarahan antepartum, preeklamsi, dan hiperemesis gravidarum. Penelitian ini hanya melihat komplikasi kehamilan sebagai faktor risiko pada anak dengan GSA tanpa memperhatikan faktor risiko yang lain . Selain itu akan diteliti faktor yang paling berisiko di antara ketiganya dalam kejadian GSA. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat analitik menggunakan rancangan kasus kontrol. Data komplikasi kehamilan dan kejadian GSA diperoleh dari rekam medis, kemudian ditelusuri terhadap orangtua dengan cara memberikan kuesioner. Untuk mengurangi variabel perancu dilakukan matching terhadap usia ibu dan usia kehamilan. Pengumpulan data diawali dari data sekunder, dengan melihat hasil pendokumentasian rekam medis untuk mengetahui anak dengan diagnosis GSA yang mendapat penanganan di RSAB Harapan Kita Jakarta. Setelah itu baru dapat dilakukan pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dipakai sebagai panduan wawancara. Wawancara langsung dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi terhadap responden yang tidak memahami bahasa yang digunakan dalam kuesioner. Populasi target pada kelompok kasus penelitian ini semua ibu yang memiliki anak usia 3–11 tahun dengan GSA di Jakarta, sedangkan populasi terjangkau ibu yang memiliki anak usia 3–11 tahun dengan GSA yang datang ke KKTK dan POTAS RSAB Harapan Kita. Jumlah sampel sebanyak 80 orang, pada kelompok kasus sebanyak 40 orang dan kelompok kontrol 40 orang. Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 1 Agustus sampai dengan 8 Oktober 2011. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Regresi Logistik Ganda. HASILDAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Hubungan Karakteristik Umum Anak dengan Kejadian GSA Karakteristik Anak Kejadian GSA Statistik Uji Nilai p Kasus-GSA Non GSA Jenis Kelamin Laki-laki 32 (80%) 19(47%) 2= 9,14 0,002 Perempuan 8 (20%) 21(53%) Usia Anak 3 tahun 25 (63%) 25 (63%) 2= 3,33 0,189 4 tahun 10 (25%) 5 (12%) 5 tahun 5 (12%) 10 (25%) Hasil penelitian yang menghubungkan jenis kelamin dengan kejadian GSA menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih banyak mengalami GSA dibandingkan dengan anak perempuan (p=0,002). Tidak ada perbedaan kelompok usia anak pada anak GSA dan non-GSA. (Tabel 4.1) Tabel 4.2 Hubungan Karakteristik Subjek Penelitian dengan Kejadian GSA Karakteristik subjek penelitian Kejadian GSA Total χ2 Nilai p GSA Non GSA n % n % Usia (tahun) ≥35
ANALISIS CEMARAN ESCHERICHIA COLI PADA JAJANAN GORENGAN DAN MINUMAN OLAHAN DI DEPAN KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU (UKIM) AMBON Paula Julia Ur; Natalia C Latumeten; Gracia V Souisa
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 7, No 2 (2017): Mei 2017
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.124 KB)

Abstract

Cemaran Escherichia coli pada jajanan dan minuman dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan para konsumen, salah satunya menyebabkan diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya cemaran E.coli pada jajanan gorengan dan minuman olahan serta faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pengujian laboratorium. Pengujian MPN E.coli dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Maluku dengan tahapan uji yaitu uji pendugaan, uji konfirmasi dan isolasi-identifikasi. Uji dilakukan pada 10 sampel gorengan dan 10 sampel minuman olahan. Hasil penelitian menunjukan bahwa MPN E.coli pada 10 sampel gorengan didapatkan hasil yang sama yaitu negative E.coli (layak untuk dikonsumsi). Sedangkan MPN E.coli pada 10 sampel minuman olahan, 2 sampel dinyatakan negatif Escherichia Coli dan layak dikonsumsi dan 8 sampel lainnya positif Escherichia Coli yang melebihi ambang batas (tidak layak untuk dikonsumsi). Kata Kunci: MPN E.coli, Jajanan gorengan, Minuman olahan
AKTIVITAS FISIK BERDASARKAN RERATA JUMLAH LANGKAH TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PEGAWAI OBES POLTEKKES JAKARTA III junengsih rosdewanto
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 6, No 4 (2016): November 2016
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.631 KB)

Abstract

Aktivitas fisik diyakini sebagai cara yang efektif untuk menurunkan berat badan pada obesitas. Peningkatan aktivitas fisik pegawai dapat dilakukan dengan menambah jumlah langkah setiap hari, yang dapat diukur dengan menggunakan alat penghitung langkah (pedometer). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik berdasarkan rerata jumlah langkah terhadap penurunan berat badan pada pegawai obes di Poltekkes Kemenkes Jakarta III Tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan kohort prospektif selama 4 minggu dengan jumlah sampel 30 orang pegawai yang dipilih secara simple random sampling. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan diuji menggunakan uji chi square. Ada pengaruh bermakna antara aktivitas fisik berdasarkan rerata jumlah langkah dengan penurunan berat badan pada pegawai obes (p=0,045 ;RR = 3,051. Rekomendasi agar pegawai dapat meningkatkan aktivitas fisik dengan berjalan secara rutin dan menyeimbangkan asupan zat gizi sesuai anjuran konsep gizi seimbang. Kata kunci: Aktivitas Fisik, Jumlah Langkah, Pedometer, Penurunan Berat Badan
ANALISIS MINAT AKSEPTOR KB DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASANEA KECAMATAN SERAM UTARA BARAT KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2015 Pelu, Aulia Deby
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 6 (2016): Nomor Khusus Hari Kesehatan Nasional
Publisher : WAHANA RISET KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang. Indonesia merupakan negara urutan ke-5 di dunia, dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta menurut World Population Data Sheet 2013. Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan Usia Subur (PUS). Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, yang termasuk dalam kelompok ini adalah metode kontrasepsi INTRA UTERINE DEVICE (IUD).Tujuan Penelian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan minat akseptor KB dalam pemilihan kontrasepsi IUD pada wilayah kerja Puskesmas Pasanea Kecamatan seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah tahun 2016. Metode. : Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. besar sampel yang diperoleh sebanyak 150 orang. Uji statistic yang dilakukan adalah Analisis hubungan menggunakan korelasi chi-square (Fisher’s Exact Tes), dengan derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dan niali kemaknaan α = 0,05. Hasil dalam penelitian ini diperoleh Nilai signifikan pengetahuan (ρ=1,000), Sikap (ρ=0,047), Tingkat pendidikan (ρ=0,053), dan Umur (ρ=1,000). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, Pengetahuan dan Usia tidak memiliki hubungan dengan minat terhadap kontrasepsi IUD, sedangkan Sikap dan Tingkat Pendidikan memiliki hubungan dengan minat terhadap kontrasepsi IUD. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, Umur Minat IUD
PENYULUHAN METODE VIDEO LEBIH EFEKTIF DIBANDING METODE LEAFLET DALAM MENINGKATAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN PAYUDARA PADA MASA NIFAS Irma Linda
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 8, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.193 KB)

Abstract

Nifas tidak terlepas dari proses menyusui dan permasalahan menyusui yang mana dapat cegah dengan tindakan perawatan payudara semasa nifas. Penelitian ini bertujuan membandingkan keefektifan penyuluhan dengan media video dan leaflet untuk meningkatkan pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara di Klinik Bidan Kecamatan Sei Bingai, Langkat. Penelitian dilakukan di klinik bidan Juliana Br Tarigan dan klinik bidan Kritina Br Ginting. Populasi penelitian adalah seluruh ibu nifas (44 orang) yang berkunjung di kedua klinik. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling yakni seluruh ibu nifas 1-7 hari, yang berkunjung pada bulan Maret sampai April. Desain penelitian eksperimental kuasi ini adalah “Two group Pretest-Posttest”. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner lalu dianalisis dengan independent sample T-test. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai p adalah 0,000 sehingga disimpulkan bahwa mean posttest pengetahuan pada kelompok dengan media video lebih tinggi daripada kelompok dengan metode leaflet. Diharapkan bidan memberikan penyuluhan kesehatan kepada kliennya tentang perawatan payudara pada masa nifas untuk membantu klien terhindar dari permasalahan payudara pada ma nifas. Diharapkan pula agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perawatan payudara masa nifas agar dapat menjadi sumber informasi dan membantu menekan angka kesakitan dan kematian akibat komplikasi pada masa nifas. Kata Kunci: Pengetahuan, Ibu nifas, Penyuluhan, Video, Leaflet
HUBUNGAN DESKRIPSI PEKERJAAN, REVIEW KINERJA, PENGETAHUAN DAN PELATIHAN DENGAN KINERJA BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN ANTENATAL TERPADU DI KOTA SEMARANG Nessi Meilan
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 6, No 3 (2016): Agustus 2016
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.569 KB)

Abstract

Kematian maternal di Kota Semarang meningkat, dari 29 kasus pada Tahun 2013 menjadi 36 kasus pada tahun 2014. Penyebab kematian terbanyak adalah pre eklampsia berat, perdarahan dan penyakit jantung yang dapat dicegah memalui deteksi awal pemeriksaan kehamilan. Separuh dari jumlah ibu yang meninggal mempunyai riwayat pemeriksaan di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Kota Semarang, hal ini berkaitan dengan kinerja BPM dalam pelayanan antenatal terpadu. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Variabel terikat adalah kinerja BPM dalam pelayanan antenatal terpadu dan variabel bebasnya adalah deskripsi pekerjaan, revew kinerja, pengetahuan, dan pelatihan. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Populasi penelitian adalah BPM di Kota Semarang dan metode pengambilan sampel adalah multi stage random sampling. Dari 9 wilayah ranting IBI dipilih wilayah I dan III, dengan jumlah subjek penelitian 78 orang. Analisis bivaiat dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan BPM yang memiliki kinerja kurang sebanyak 52,6%. Variabel yang berhubungan dengan kinerja BPM adalah deskripsi pekerjaan (p=0,018), review kerja (p=0,011), pengetahuan (p=0,001), sedangkan pelatihan tidak ada hubungan (p=0,096). Disarankan kepada DKK Semarang untuk melakukan pengawasan ketat terhadap kompetensi dan pemberian sanksi apabila diperlukan. IBI juga dapat meningkatkan review kinerja melalui uji kompetensi dan BPM harus memperbaharui pengetahuannya secara berkelanjutan.
PENGARUH BAWANG PUTIH DAN BAWANG PUTIH FERMENTASI PADA TEKANAN DARAH DAN KADAR KOLESTEROL Sari Lutfiah; Bambang Hadi Sugito; Yuni Ginarsih
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 8, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.481 KB)

Abstract

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang sering ditemukan dan merupakan penyebab kematian utama di negara maju. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh bawang putih dan bawang putih fermentasi pada tekanan darah dan kolesterol pegawai Poltekkes Kemenkes Surabaya. Desain penelitian eksperimental ini adalah “Pretest-Postest Control Group Design”, Sebagai variabel bebas adalah bawang putih segar dan bawang putih fermentasi. Variabel tergantung adalah perubahan level kolesterol dan tekanan darah. Pengujian hipotesis menggunakan uni Anova. Kesimpulan yang diambil adalah: 1) terjadi penurunan nilai sistole post dibandingkan sistole pre, demikian juga diastole, 2) kolesterol mengalami penurunan setelah mendapatkan bawang putih segar, 3) terjadi penurunan nilai sistole post dibandingkan sistole pre, demikian juga diastole, 4) kolesterol darah juga mengalami penurunan setelah mendapatkan terapi bawang hitam, 5) hasil perhitungan uji lanjut untuk mengetahui perbedaan antar kelompok menunjukkan bahwa antara bawang putih segar dan bawang hitam tidak ada perbedaan yang signifikan. Kata kunci: Bawang putih fermentasi, tekanan darah, kolesterol

Page 2 of 50 | Total Record : 500


Filter by Year

2015 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 4 (2025): Oktober-Desember 2025 Vol 15, No 3 (2025): Juli-September 2025 Vol 15, No 2 (2025): April-Juni2025 Vol 15, No 1 (2025): Januari-Maret 2025 Vol 14, No 4 (2024): Oktober-Desember 2024 Vol 14, No 3 (2024): Juli-September 2024 Vol 14, No 2 (2024): April-Juni 2024 Vol 14, No 1 (2024): Januari-Maret 2024 Vol 13, No 4 (2023): November 2023 Vol 13, No 3 (2023): Agustus 2023 Vol 13, No 2 (2023): Mei 2023 Vol 13, No 1 (2023): Februari 2023 Vol 12, No 4 (2022): November 2022 Vol 12, No 3 (2022): Agustus 2022 Vol 12, No 2 (2022): Mei 2022 Vol 12, No 1 (2022): Februari 2022 Vol 12 (2022): Nomor Khusus Hari AIDS Sedunia Vol 11, No 4 (2021): November 2021 Vol 11, No 3 (2021): Agustus 2021 Vol 11, No 2 (2021): Mei 2021 Vol 11, No 1 (2021): Februari 2021 Vol 10, No 4 (2020): November 2020 Vol 10, No 3 (2020): Agustus 2020 Vol 10, No 2 (2020): Mei 2020 Vol 10, No 1 (2020): Februari 2020 Vol 9, No 4 (2019): November 2019 Vol 9, No 3 (2019): Agustus 2019 Vol 9, No 2 (2019): MEI 2019 Vol 9, No 1 (2019): FEBRUARI 2019 Vol 8, No 4 (2018): NOVEMBER 2018 Vol 8, No 3 (2018): AGUSTUS 2018 Vol 8, No 2 (2018): MEI 2018 Vol 8, No 1 (2018): Februari 2018 Vol 8 (2018): Nomor Khusus Hari Kesehatan Nasional Vol 7, No 4 (2017): NOVEMBER 2017 Vol 7, No 3 (2017): Agustus 2017 Vol 7, No 2 (2017): Mei 2017 Vol 7, No 1 (2017): Februari 2017 Vol 7 (2017): Nomor Khusus Hari Ibu Vol 7 (2017): Nomor Khusus Hari Kesehatan Nasional Vol 6, No 4 (2016): November 2016 Vol 6, No 3 (2016): Agustus 2016 Vol 6 (2016): Nomor Khusus Hari Kesehatan Nasional Vol 6 (2016): Nomor Khusus Hari Kesehatan Nasional Vol 5, No 2 (2015): Mei 2015 Vol 5, No 1 (2015): Februari 2015 More Issue